Pemuda-Pemuda Korban Orang Tua
Oleh: Jaharuddin
Kali ini saya bercerita tentang kisah nyata anak seorang da'i ternama asal Indonesia yang sedang sekolah disalah satu kota dagang di Jerman. Pekan lalu ustadz ini datang ke Jerman bersama istrinya, dan ternyata beliau hadir ke Jerman dalam rangka menikahkan putranya yang masih muda belia, dengan seorang muslimah yang orang tuanya sudah lama mukim di Jerman.
Bagi saya ini fenomena cerdas, bukan hanya melawan arus, namun juga benar. Mengapa demikian, karena saya yang saat ini juga mukim di Jerman, tahu persis beratnya godaan mereka para mahasiswa dan mahasiswa Indonesia di Jerman. Mereka bergaul dengan teman-teman yang bebas, sebebasnya. sesuai dengan lingkungan mereka masing-masing, misal minum alkhohol, free sex, kumpul kebo, dan seterusnya.
Kami menemukan sebagian mahasiswa Indonesia yang akhirnya juga terjerumus pada budaya yang sama dengan teman-teman kebanyakan lainnya. Misalnya, ada mahasiswa Indonesia pacaran beda kota, nah ketika liburan mereka saling bertemu dan tanpa merasa berdosa menginap dirumah pacarnya. Bagi saya ini fenomena yang mengerikan. Disisi lain, belum tentu seminggu sekali bisa ketemuan dengan sesama orang Indonesia, atau muslim yang bisa menasehati, atau yang disegani, akhirnya mereka tanpa kontrol, karena toh orang tua dan saudara jauuuuh sekali di Indonesia.
Fenomena seorang ustadz menikahkan anaknya walaupun masih memulai kuliah ini merupakan salah satu solusi preventif anak-anak muda agar tidak jatuh ke jurang maksiat. Namun inikan budaya baru, yang kebanyakan orang tua biasanya berfikiran: "selesaikan kuliah dulu, bekerja, kemudian baru menikah". Padahal selama proses kuliah, kalau dinegara minoritas dan jauh dari orang tua dan keluarga, banyak hal bisa terjadi, termasuk hal-hal yang tidak diinginkan.
Saya sangat yakin ustadz ternama tersebut, tidak menyangsikan kesholehan dan karakter anaknya, namun anak yang sholeh dan berkarakter kuat sekalipun, jika berada pada lingkungan yang salah, lambat laun kesholehannya bisa tergerus sedikit demi sedikit, dan bisa berakibat fatal.
Nah, untuk menjaga putra putri kita, maka orang tua jangan "egois", memaksa anak-anak jauh dari orang tua, ditengah godaan yang berat, para orang tua dulu kan juga pernah muda, bagaimana gejolak emosi saat muda. Untuk itu menikahkan putra putri pada usia muda, apalagi jauh dari orang tua bagi saya adalah solusi yang cerdas, sehingga putra putri kita lebih terjaga dengan baik.
Pernah ada kasus pada kota x di Jerman, ada seorang pemuda dari Indonesia, diketahui pacaran dengan seorang wanita juga dari Indonesia, dan suatu hari ditemukan bukti bahwa sang perempuan sering menginap dirumah sang cowok, sang laki-laki dinasehati oleh pemuda-pemuda lainnya di kota tersebut, namun sepertinya tidak mempan. Ditempuhlah cara lain, yaitu dengan menyampaikan informasi tersebut kepada kedua orang tua, dan diusulkan sebaiknya dinikahkan saja, , namun orang tuanya malah cuek, seolah-olah tidak ada masalah.
Ingat!, ketika putra putri anda hidup bebas, tidak terkontrol, jauh dari orang tua, faktanya juga akan berdampak pada studi, akhirnya studi tidak selesai, atau menyelesaikan studinya dalam jangka yang amat panjang. Sekali lagi, kasus seperti ini merupakan contoh pemuda-pemuda yang menjadi korban orang tuanya, dimana cara berfikirnya masih konvensional, seolah-olah melakukan maksiat biasa saja.
Ingat!, ketika putra putri anda hidup bebas, tidak terkontrol, jauh dari orang tua, faktanya juga akan berdampak pada studi, akhirnya studi tidak selesai, atau menyelesaikan studinya dalam jangka yang amat panjang. Sekali lagi, kasus seperti ini merupakan contoh pemuda-pemuda yang menjadi korban orang tuanya, dimana cara berfikirnya masih konvensional, seolah-olah melakukan maksiat biasa saja.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan para orang tua adalah kesiapan orang tua dalam mengirimkan anak-anaknya sekolah ke Jerman. Orang tua harus benar-benar sadar dengan berbagai resiko yang mungkin muncul, juga diharapkan memahami sistim pendidikan di Jerman, bukan hanya karena "prestise' anak sekolah di luar negeri.
Saya menemukan cukup banyak calon mahasiswa dan mahasiswa Indonesia yang terbengkalai kuliahnya, misal: sudah 7 tahun berjalan , namun masih sangat mungkin Drop Out. kemudian untuk yang akan mengambil bachelor (S1) di jerman, maka tamat SMA tidak langsung kuliah, disiapkan dulu dengan mengikuti studkoll, untuk mendapatkan kursi diterima di studkoll pun tidak mudah, akhirnya saya menemukan calon mahasiswa yang terkatung-katung di sini, studkoll belum, apalagi kuliah.
Hannover, 25 Maret 2013
Jaharuddin (juga orang tua)
Jaharuddin (juga orang tua)
0 comments
Write Down Your Responses