Dr.-Ing Bondan Halim Winartomo; Asli kota Gudeg, jadi Ulama dan Pakar Teknik Mesin di Jerman

Kanan ke kiri: Acha, Saya, Dr.-Ing Bondan Halim Winartomo, dan Bakti di Nurnberg, 2010
Serial: Ilmuan Indonesia di Jerman/Eropa
Saya tinggal di bagian utaranya Jerman, tepatnya dikota Hannover, sedangkan Dr.-Ing Bondan Halim Winartomo saat ini tinggal di kota Nurnberg, di daerah selatannya Jerman. Terpisah 464 km, 4 jam 20 menit perjalan kereta api. Saya berkenalan dengannya, karena beliau merupakan orang yang diberikan kontaknya kepada saya ketika mempersiapkan diri berangkat ke Jerman.
Di Jakarta, saya berkenalan dengan Dipl-Ing Hafit Ishandono, yang merupakan teman satu angkatan Dr.-Ing Bondan Halim Winartomo ketika berangkat ke Jerman. dan bukan hanya teman satu angkatan, mereka berdua pernah lama tinggal satu kota di Nurnberg.
Jadilah ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di Jerman, orang pertama diluar kota Hannover yang saya datangi adalah keluarga Dr.-Ing Bondan Halim Winartomo ini. Saya bermalam dirumahnya, saya berkenalan dengan keluarganya yang ramah dan hangat. Kami sekeluarga berkenalan dengan istrinya yang bernama ibu Marfuah Sembiring, yang ternyata adik kandung Menkoinfo, bapak Tifatul Sembiring.
Saya juga berkenalan dengan anak-anak beliau, Maryam, Fatih, Isa dan yang paling kecil (saya lupa namanya). Interaksi kami berlanjut di beberapa kegiatan, dan yang bagi saya sangat terkesan adalah kerendahan hati beliau membimbing kami yang baru datang dinegeri minoritas agar bisa menjaga identitas sebagai muslim, saat yang sama tetap bergaul dan beraktivitas seperti biasa.
Hari-hari pertama saya sampai di Jerman, saya mendapat telepon dari Dr-Ing Bondan, anda bisa membayangkan bagaimana senangnya, dinegeri asing, ada orang yang mau menelpon kita yang baru datang. Beliau, menanyakan kabar saya sekeluarga, bercerita bagaimana tips tinggal dinegeri minoritas, diceritakan bagaimana mencari makanan halal, dijelaskan bagaimana menggunakan pemanas ruangan, karena kami datang awal musim dingin, diceritakan bagaimana melihat dan mencari jadwal sholat, masjid, termasuk dijelaskan bagaimana mengunakan toilet di Jerman , yang memang berbeda dibanding Indonesia.
Singkat cerita, saya dan keluarga merasa sangat terbantu dengan penjelasan dan bimbingan beliau. Nah, awalnya saya menyangka, beliau orang biasa-biasa saja, namun setelah kenal lebih jauh, saya mengagumi sosok beliau, yang sangat cerdas, pintar dan berprestasi, dan tetap rendah hati, jauh dari kesombongan. Dr.-Ing. Bondan Halim Winartomo lahir di Yogyakarta. Pakar Teknik Mesin yang meraih gelar Dr.-Ing. dari Rheinisch-Westfälischen Technischen Hochschule (RWTH) Aachen pada 2006, dengan penelitian berjudul : "Untersuchung der Strömungsverhältnisse von Kernsandmischungen und Modellierung von Mehrphasenströmung beim Kernschießprozess" Von der Fakultät für Georessourcen und Materialtechnik der RWTH Aachen. 
RWTH Aachen, adalah tempat Prof. BJ Habibie menimba ilmu, salah satu universitas elit di Jerman. Hanya orang-orang yang sangat cerdas yang bisa masuk RWTH Aachen, salah satunya Dr.-Ing Bondan. Beliau telah berkarya di Jerman lebih dari 18 tahun. Banyak aktivitas yang telah dilakukan, pernah mengelola Forum Komunikasi Masyarakat Muslim se-Jerman (FORKOM), dan juga mengelola Yayasan Bimbingan Haji ARAFAH.
Kecerdasan beliau dimanfaatkan maksimal untuk pengembangan umat, disamping menguasai bahasa Jerman, Inggris, juga beliau menguasai bahasa Arab, dan tentunya bahasa Indonesia. Jadilah beliau menjadi rujukan tentang berbagai hal yang terkait dengan aktivitas keseharian masyarakat muslim di Jerman. 
Paling baru, saya mengikuti diskusi beliau seputar penetapan hari pertama ramadhan dan penetapan sholat Isya di Jama' atau tidak saat musim panas ini. Jawaban beliau sungguh runut, jelas dan menentramkan.
Bukan hanya pakar Teknik Mesin, juga ulama, keluarga ini  juga berhasil mendidik anak-anaknya. Mengenai pendidikan anak merupakan topik yang sering dibahas di Jerman, karena tantangannya amatlah besar. Anak-anak yang dilahirkan dan dididik di Jerman, diajarkan untuk mandiri, dan sampai umur tertentu (17 atau 18 tahun), orang tua tidak diperbolehkan mencampuri urusan anak-anaknya, termasuk urusan agama dan akhlak anak-anaknya, ada aturan hukum yang memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk menentukan sendiri jalan hidupnya.
Coba anda bayangkan jika anak-anak muslim, dari keluarga baik-baik ternyata salah jalan, maka kehancuran aqidah dan akhlak lah yang terjadi, dan kalau anda pernah datang dan tinggal di Jerman, inilah yang terjadi terhadap generasi muda di Jerman saat ini, karena mereka diberi kebebasan sebebas bebasnya, tanpa bimbingan, maka akhirnya yang terjadi adalah minum al-khohol, hidup serumah tanpa menikah, dan budaya rusak lainnya.
Melalui proses inilah kerusakan generasi muda diawali, banyak orang tua muslim khawatir sekali dengan budaya ini, bahkan ada orang tua, walaupun sudah mapan pekerjaan dan kehidupan di Jerman, setelah melihat anak-anaknya menginjak remaja, dan khawatir dengan pergaulan dan lingkungan anak-anak, akhirnya memutuskan untuk kembali ketanah air, memulai karir dan kehidupan yang baru.
Kondisi ini sangat disadari oleh keluarga Dr.-Ing Bondan, dan apa yang dilakukan keluarga ini agar anak-anaknya bisa imun dari lingkungannya yang rusak?
Setahu saya semua anak beliau yang saat ini berjumlah empat orang, semuanya dilahirkan di Jerman, yang paling besar bernama Maryam, saat ini sekolah Gymnasium (setara SMA di Indonesia). Maryam bergaul dengan teman-teman lainnya. Dan uniknya Maryam, malah dengan kesadaran sendiri, tanpa disuruh, saat memasuki umur baligh, minta mengunakan jilbab. Bagi saya, ini luar biasa, pada saat Maryam mempunyai pilihan untuk bebas, termasuk memutuskan apa yang akan dilakukan. Malah Maryam memutuskan untuk menunjukkan identitas Islamnya kepada teman-temannya, dengan penuh kesadaran dan bangga dengan identitas keIslaman tersebut.
Makanya, ketika saya bertemu dengan teman-teman Indonesia, yang sedang bekerja dan berencana menetap lama di Jerman, saya sangat menganjurkan untuk banyak-banyak menggali pengalaman keluarga Dr.-Ing Bondan Halim Winartomo dalam mendidik anak. Pada saat anak-anak di Jerman dididik menjadi bebas, sebebasnya, keluarga ini mampu mendidik anak-anaknya dengan baik.
Bahkan, saya mendengar anak-anak mereka, juga menghapal Al-Qur'an, dan pernah mendapatkan penghargaan dalam menghapal Al-Qur'an dari Islamic Center Nurnberg. Kalau di Indonesia, ini sudah biasa, tapi kalau di Jerman, ada keluarga Indonesia yang bisa mengkondisikan anak-anaknya menjadi penghapal Al-Qur'an ini LUAR BIASA.
Musim Panas, Hannover, Jerman, 13 Ramadhan 1434H/22 Juli 2013.
Catatan: Tulisan ini adalah opini penulis

,

2 comments

kak, boleh minta CPnya pak Bondan? beliau anaknya ibu Wasilah temen ibu saya, saya butuh info tentang study di Jerman
danke :)

Assalamualaikum wr wb....mas bolehkah sy minta contac HP beliau yg ada WA nya...syvteman SMP beliau...di SMP 12 Jogja beliau kelas 3b dan saya kelas 3c..kami dulu sering bersama belajar dan diskusi...mohon berkenan,thanks sblmnya..wassalam

Write Down Your Responses

catatan2 universitas Kehidupan

"Inti dari Kecerdasan adalah Bermanfaat" . Powered by Blogger.