Pihak mana yang diuntungkan jika ummat aPolitis

Oleh: Jaharuddin
Ini mungkin sebagai kegundahan saya pribadi, dengan fenomena tindakan sebagian dari orang yang melihat pragmatisme dalam politik, walaupun tidak punya bukti yang valid tapi dengan sangat yakin menduga ada "mahar" politik dalam setiap tindakan politik yang dilakukan sebuah partai, muncullah berbagai keluhan.

Dari berbagai keluhan tersebut...biasanya akan berujung pada ...dulu saya simpati...bahkan saya juga ikut berjuang, ikut juga mempengaruhi keluarga, teman dan seterusnya.....namun melihat perkembangan saat ini...akhirnya saya mengambil sikap untuk tidak memilih partai itu lagi ....walaupun...jujur saya sendiri juga tidak menjatuhkan pilihan pada partai yang mengaku nasionalis, dan partai sekuler lainnya.

Fenomena curhat dan kegalauan umat, terhadap sikap dan pilihan PKS, yang paling anyar adalah: PKS memutuskan berkoalisi dengan Foke-Nara pada putaran kedua, muncul beragam reaksi ada yang sepakat dan langsung bekerja, ada yang biasa saja dan siap bekerja, ada yang kecewa, ada yang bingung dan seterusnya.

Kalau membahas topik kecewa, mungkin Ustadz HNW adalah orang yang paling kecewa dengan gagalnya menjadi pemenang pilkada DKI, dan sekarang akhirnya harus tampil ke depan bersama Foke-Nara untuk mensupport penuh Foke-Nara, lupakah khalayak dengan black campaig pihak tertentu yang menuduh HNW anti maulid, dan seterusnya, namun HNW berjiwa besar, tegar dan terus berjuang.

Sudah hilangkah keyakinan kita, bahwa para qiyadah, tidak bermain-main dalam memutuskan sesuatu. Rasa dan perasaan para kader dan simpatisan masuk dalam pertimbangan-pertimbangan mereka dalam memutuskan suatu perkara, namun sebagai manusia (bukan para malaikat) kita pun harus sadar, salah satu fungsi dari qiyadah itu adalah memutuskan suatu perkara, walaupun perkara itu rumit.

Bukankah perkara pilihan pilkada putaran kedua ini perkara yang rumit, paling tidak ada tiga pilihan yang disajikan: (1). Berkoalisi dengan Foke-Nara. (2). Berkoalisi dengan Jokowi-Ahok. (3). Golput. Pilihan Golput dalam mengelola negara, bukanlah pilihan enak dan mudah, bukankah ini juga sesungguhnya pernyataan sikap, tidak memihak kemanapun, artinya apapun hasil dari pilkada nanti, maka PKS tidak bisa berbuat apa-apa, apakah ini sikap terbaik?, jawabanya bisa didiskusikan panjang lebar, begitu pula dengan pilhan nomor 1 dan nomor 2.

Nah, jangan sampai karena merasa jago, pintar, kritis, berpendidikan, dan seterusnya, didasarkan data dan informasi yang berserakan di media, langsung membuat keputusan yang seolah-olah pasti benar. Bukankah keputusan yang baik itu, diawali dengan data dan fakta yang valid, bukan hanya dari media, dan menurut saya inilah yang dilakukan PKS, bertemu langsung, memverivikasi data, menemukan fakta tentang pilihan-pilihan tersebut, setelah itu dibawa ke meja musyawarah, didiskusikan di musyawarah tersebut, sampai akhirnya menghasilkan keputusan.

Kemudian, qiyadah memutuskan, dan sedari awal juga diketahui dengan sadar bahwa setiap keputusan, tidak akan mampu menyenangkan semua orang. Kalau prosesnya sudah benar dan menjadi produk musywarah, selanjutnya keputusan dijalankan dengan harapan berkah Allah SWT. Nah, pihak-pihak yang tidak sependapat dengan keputusan, tentunya tidak bisa di bungkam, namun juga jangan berlebih-lebihan dalam menolak, seolah-olah lebih tahu dan lebih akurat data dan faktanya dari yang dimiliki DPP.

Jangan sampai kegundahan dan kegalauan umat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu, sehingga umat Islam a politis. Dan kalau ini terjadi, yang dirugikan umat Islam. Saya berkeyakinan ada pihak tertentu yang sedari awal membuat desain bahwa ketika umat Islam tidak mau berpolitik, maka ini kesempatan emas bagi pihak tertentu untuk menguasai legislatif, yang sadar tidak sadar akan berpengaruh pada kehidupan umat.

Ada pihak terntentu yang bertepuk tangan dan merasa bahagia, jika umat Islam saling cakar cakaran, saling menyalahkan, saling berdebat yang tidak berujung dan meniadakan amal, akhirnya politik diisi oleh orang-orang yang bermental kurang baik. Dan kalau ini terjadi, jangan disalahkan jika undang-undang seperti legalisasi nikah sesama jenis, penjualan asset negara dan kekayaan alam, dll akhirnya dengan mudah di syahkan menjadi produk hukum di Indonesia.

Marilah kita bekerja pada hal yang kita sepakati, bahwasanya legislatif, eksekutif dan yudikatif membutuhkan banyak orang-orang sholeh, profesional dan mampu melaksanakan tugas dengan baik, nah caranya bagaimana? salah satu caranya adalah melalui sarana partai politik.

kalau anda melihat tidak ada satu partaipun di Indonesia yang ideal, maka jangan menutup mata untuk menjatuhkan pilihan pada partai yang dalam pandangan anda mudharatnya lebih kecil, dan kalau anda mempunyai kekuatan lebih, tidak ada larangan bagi anda untuk mengumpulkan orang dan membuat partai, dan rasakan bagaimana tantangan yang timbul ketika anda terjun di dunia amal siyasi.

Namun kalau anda hanya bisa berkomentar, dan sedikit beramal, maka tetaplah kritis, teruslah asah kemampuan diri dan berkontribusilah dalam membangun umat, dan tidak jatuh pada jebakan yang berujung umat menjadi a politis. karena sesungguhnya politik bagian yang tidak bisa dipisahkan dari umat Islam.

semoga bermanfaat.
Hannover, Musim Panas, 24 ramadhan 1433 H/ 12 agustus 2012, pukul 02.28 CET

,

0 comments

Write Down Your Responses

catatan2 universitas Kehidupan

"Inti dari Kecerdasan adalah Bermanfaat" . Powered by Blogger.