Tips Mendapatkan Beasiswa ke Luar Negeri
Dari Interaksi dengan teman-teman, ada beberapa yang menanyakan seputar bagaimana langkah-langkah mendapatkan beasiswa ke uar negeri, dari pengalaman saya mendapatkan beasiswa dan kuliah ke Jerman, berikut saya tuliskan beberapa langkah yang bisa dilakukan, dengan harapan bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi orang lain.
Pertama, tentukan bidang studi dan negara yang akan menjadi target untuk tempat studi. Buat daftar prioritas dan kelebihan-kekurangan masing2 tempat.
Contoh:
1. Singapura, bidang studi ........ ? kelebihannya lokasi dekat Indonesia sehingga memungkinkan untuk berkumpul dengan keluarga besar, bahasa pengantar bahasa Inggris, kekurangan adakah uang tunjangan untuk anak dan keluarga ? fasilitas tempat penitipan anak selama kita di kampus? manajemen keuangan (beasiswa untuk satu orang dibagi menjadi untuk satu keluarga, kalau hanya salah satu yang dapat beasiswa, kalau dua-duanya dapat beasiswa akan lebih nyaman)
2. Jerman, bidang studi........? kelebihannya kualitas pendidikan (khususnya teknik) merupakan jaminan mutu, ada uang tunjangan untuk anak, fasilitas untuk bermain dan penitipan anak tersedia dan terjangkau untuk kantong mahasiswa (per bulan, kami hanya perlu membayar uang makan siang saja yang kalau dibagi per hari sekolah anak-anak berkisar 1 euro 20 sen).
kekurangan jauh dari keluarga (akan sulit untuk pulang balik ke Indonesia karena tiket pesawat apalagi sekeluarga mahal sekali), bahasa pengantar di beberapa universitas dan program studi adalah bahasa Jerman. Kalau masuk ke program internasional yang berbahasa Inggris, namun untuk sehari-hari di lab maupun di luar kampus tetap membutuhkan penguasaan bahasa Jerman.
dll
Kedua, Alhamdulillah sekarang hampir semua negara menawarkan beasiswa untuk studi kepada mahasiswa Indonesia, selain beasiswa dari pemerintah kita sendiri (beasiswa MenKomInfo, Bappenas untuk PNS, untuk PNS DikNas ada Dikti dan skema2 lainnya. Bisa dicek di internet. Buat time schedule pemenuhan persyaratan beasiswanya.
Jerman: DAAD, sekarang juga ada debt swap. Ini link ke infonya:
Ketiga, kontak ke Universitas yang dituju, untuk s3 biasanya kita kontak ke Profesor di bidang riset yang ingin kita dalami. untuk s2 kontak ke International Office universitas tersebut.
Informasi penting yang harus dibuat perencanaan (time schedule):
- kapan registrasi akademik (ada yang buka 2x per tahun, ada yang hanya sekali, ini jangan sampai terlewat)
-persyaratan registrasi akademik (aplikasi online atau butuh bentuk hard copy yang perlu dikirim via DHL atau jasa kurir internasional lainnya), masing2 uni bisa berbeda persyaratannya namun rata-rata semua akan butuh :
1. ijazah dan transkrip akademik, diterjemahkan dalam bahasa setempat (minimal bahasa Inggris) dan terjemahan dilegalisir
2. tes kemampuan bahasa, perhatikan minimal score yang harus dicapai dan berusaha menggapainya, meski harus beberapa kali ujian TOEFL. oh ya, sekarang TOEFL yang diterima adalah TEOFL iBt, jadi bisa dibaca2 tentang ini sebab formatnya berbeda dengan paper based TOEFL. Untuk bahasa Jerman, ada tes DaF di Goethe Institute
3. rekomendasi dari pembimbing akademis kita di universitas di Indonesia, juga dari pimpinan kita (ini juga terkait dengan pelamaran beasiswa, ada form aplikasi beasiswa yang membutuhkan pernyataan dari pimpinan institusi kita bekerja agar diberi cuti untuk studi dan posisi kita setelah kembali tetap tersedia untuk kita, disertai stempel institusi (DepKes atau DepKeu atau dll).
4. Esai tentang motivasi untuk studi lebih lanjut, di dalamnya memuat apa cita-cita ke depan, kenapa harus di negara tersebut, universitas tersebut dan apa manfaatnya untuk karir kita ke depan, untuk bangsa dan negara Indonesia (ini juga biasanya diminta di form aplikasi beasiswa ke luar negeri). Mesti berulang kali dicek, ricek, perbaiki sampai klik alur berpikir dalam tulisan tersebut dan benar penulisan dalam bahasa Inggrisnya (atau bahasa lainnya bila itu yang diminta).
5. Uang registrasi, aplikasi online butuh credit card untuk pembayarannya.
Keempat, Disampaikan pula ke pihak universitas bahwa kita sedang aplikasi beasiswa, kita butuh apa dari mereka (surat penerimaan dari Profesor di Institut atau surat tanda registrasi dari International Office Uni, dll). Rata-rata beasiswa ke luar negeri dalam form aplikasi juga ditanyakan pilihan universitas dan program, sudah pernah kontak belum, dll.
Kelima, minta doa restu dari segenap keluarga besar, teman sekantor (yang baik dengan kita), sahabat, dll. Doa orang tua adalah kunci, saat orang tua kita ridho dengan melepas kepergian kita (dan cucu2) untuk studi ke luar negeri, insya Allah ada kemudahan dan kelancaran dalam seluruh proses aplikasi.
Keenam, tabungan. Memang kita aplikasi beasiswa, namun memiliki tabungan untuk masa awal studi penting sekali, terlebih karena kita berkeluarga.
Ketujuh, dari awal musyawarahkan dengan suami, skema-skema rencana kepindahan ke luar negeri bila berhasil memperoleh beasiswa. Apakah:
A. Salah satu berangkat lebih dulu (yang menerima beasiswa, atau kalau keduanya dapat beasiswa, maka lebih baik suami dulu yang berangkat lebih dulu) untuk mencari tempat tinggal, pengalaman kami di sini cari apartemen di asrama mahasiswa untuk satu orang mudah, namun untuk keluarga sulit. Daftar antrian panjang, juga ada peraturan minimal luas ruangan untuk tiap anggota keluarga harus terpenuhi. Jadi, waktu itu kami mencari ke luar asrama mahasiswa, Alhamdulillah dapat apartemen keluarga di guest house akademik milik Uni Leibniz Hannover. kalau semua sudah settle, baru seluruh keluarga diajak berkumpul. Masalah persyaratan visa kumpul keluarga juga bisa ditanyakan oleh yang sudah berada di luar negeri ke kantor imigrasi setempat. Lalu dibuat time schedule persiapan di Indonesia untuk aplikasi visa, tabungan untuk membeli tiket pesawat keluarga, asuransi kesehatan, dll.
B. Berangkat langsung satu keluarga, kemungkinan ini ada kalau keduanya dapat beasiswa dan diterima di Uni yang sama, di kota yang sama. Terus terang, kami baru sekali bertemu dengan yang melakukan ini, beasiswanya sama dengan saya dari Bank Dunia. Dosen FISIP di Univ Parahyangan, orang Batak jadi, dia bisa menaklukkan para petugas imigrasi di Kedubes Jerman, Jakarta saat aplikasi visanya dan keluarganya Tapi baru dia satu-satunya, yang lain umumnya berangkat sendiri dulu baru kemudian keluarga menyusul.
C. Yang berangkat hanya yang menerima beasiswa, keluarga hanya berkunjung dengan visa turis (maksimal 3 bulan untuk visa schengen/ uni eropa). Memang ini tidak ideal, harus berpisah dan menahan rindu, namun kalau dihitung beasiswa tak mencukupi untuk biaya hidup satu keluarga ditambah lagi dengan biaya TK anak-anak nantinya, maka pilihan ini bisa dipertimbangkan.
Umumnya beasiswa s3 yang cukup untuk satu keluarga dengan anak2, beasiswa s2 rata-rata hanya meng-cover biaya hidup sebulan untuk yang akan studi, tanpa coverage untuk anak-anak. Memang kami kenal dengan dosen FKH Unsyiah yang ambil s2 di Uni Goettingen dengan membawa suami dan 3 anaknya, ini terwujud karena ada tunjangan anak dari pemerintah kota di Jerman.
Untuk negara-negara lain, setahu nana tidak ada.
Kedelapan, ini yang paling penting, panjatkan doa kita kepada Allah Swt. Setelah sholat malam kita, setelah sholat2 sunnah kita, perbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada-Nya. Karena yang mengatur jalan hidup kita adalah Allah Swt. Semua berjalan atas kehendak dan perkenan-Nya. Ini juga membuat persiapan mental kita dalam menerima hasil aplikasi beasiswa menjadi lapang dan tenang. Bila diterima, kita syukuri dan sadar sepenuhnya bahwa ini amanah, mesti kita pertanggung jawabkan. Pertanggung jawaban di dunia, kita mesti selesai sebisa mungkin tepat waktu dan kembali ke Indonesia untuk amal ilmu. Pertanggungjawaban di akhirat, ketika kita nanti ditanya untuk apa kita gunakan ilmu kita?
Bila belum berhasil aplikasi beasiswa kita, kita bersabar dan menerima sepenuhnya bahwa ini adalah ketentuan dari Allah Swt dan yang terbaik untuk kita dan keluarga kita.
Kesembilan, bila belum berhasil di satu proses aplikasi, jangan berputus asa! Siapkan kembali berkas aplikasi beasiswa berikutnya. Buka kembali kontak ke Univ2 di luar negeri. Barangkali juga pertimbangkan untuk memilih negara tujuan lain dan lembaga pemberi beasiswa lainnya.
Saya membutuhkan waktu 2 tahun, aplikasi beasiswa ke berbagai lembaga pemberi beasiswa (berbagai negara), hampir seratus email ke Profesor maupun koordinator program studi, dan pertolongan Allah Swt untuk bisa studi di sini.
Insya Allah kalau kita punya niat dan tekad yang lurus, yakin akan pertolongan dan ketentuan Allah, Allah akan beri kita jalan dan kemudahan.
Kami doakan agar anda dapat memperoleh kesempatan studi di luar negeri. Banyak manfaat yang kita peroleh dari perjalanan studi ke luar negeri. Kami sekeluarga jadi lebih erat, dekat, saling menopang dan menyatu. Belajar kebudayaan masyarakat eropa, sejarah mereka, apa yang membuat mereka maju dan juga sisi negatif dari kehidupan mereka (kehilangan keyakinan pada Tuhan, mabuk, dan pesta di akhir pekan, dll). Membuat kita makin cinta dengan agama kita, Islam. Juga nikmat bersaudara dengan sesama orang Indonesia di perantauan
Dari sisi studi dan riset, banyak yang bisa kita pelajari, pelajaran utama buat adalah attitude itu nomor satu. Kita harus bisa bergaul dengan mereka, diterima mereka agar bisa riset dan studi dengan lancar dan tenang.
semoga bermanfaat
dr. Radiana D Antarianto (Riset S3 di Hannover Medical School, Jerman)
0 comments
Write Down Your Responses