Teruslah beramal sholeh

Oleh: Jaharuddin
Kata-kata di atas terinspirasi saat diskusi agak berat dengan istri sehabis sholat shubuh dan dzikir Al-Matsurat, kita diskusi tentang fenomena kritikan, celaan, mungkin hinaan dari orang yang dulu katanya 100% dukung dakwah, namun belakangan ini dari perenungan yang dilakukannya, dia sudah memastikan 2014 tidak akan mendukung. Sedih rasanya, mendengar kata-kata yang seperti ini.
Dua hari yang lalu, saya juga mendapat masukan, kritikan yang halus tapi tajam dari seorang sahabat di Hannover, anak muda yang banyak beramal sholeh, semangat dan pintar. Dia mengkritik saya dan kebijakan aktifis dakwah yang sepakat dengan sistim demokrasi dan turunannya. Pedih rasanya...disaat berharap Ustadz HNW menjadi DKI 1, dan ternyata menjadi urutan ketiga, tema ini diungkit kembali. Bab ini bagi aktifis dakwah yang sekarang aktif digelanggang politik praktis sebenarnya sudah lewat, namun sahabat ini, malah mempertanyakan "benarkah pilihan ikut dalam demokrasi" menjadi pilihan yang sesuai dengan syariah?
Sekali lagi, bab ini sesungguhnya sudah lama dibahas, dan saat ini aktifis dakwah sudah memasuki bab berkontribusi nyata untuk kemaslahatan, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat. Idealisme bahwasanya Islam adalah solusi, saat ini ditawarkan secara nyata melalui tangan-tangan para aktifis dakwah ditengah masyarakat, bukan hanya di forum-forum pengajian.
Kehadiran aktifis dakwah diberbagai bidang, termasuk politik, sesungguhnya upaya mewujudkan idealisme Islam sebagai solusi. Kalau ada yang bertanya, lho... kalau begitu kok ada yang ???, itulah kenyataan yang sedari awal yang harusnya disadari oleh semua aktifis dakwah, idealisme yang ada di dalam grup pengajian, yang merupakan nilai-nilai Islam yang pasti kebenarannya, ditawarkan dalam bentuk operasional ditengah masyarakat, hal ini agar nilai-nilai Islam yang universal, benar-benar dirasakan dalam bentuk kesejahteraan, keadilan sosial, kemakmuran, pemberdayaan, alokasi yang tepat, dan seterusnya.
Nah dalam menawarkan Islam sebagai solusi ke berbagai segmen, berbagai reaksi alami muncul ditengah masyarakat, ada yg ahlan wa sahlan, ada yang biasa aja, ada yang wait and see, ada yang resisten, ada yang melihat ini salah jalan, ada yang melihat idealisme sudah luntur, ada yang melihat agama hanya kedok dalam rangka menarik simpati masyarakat, dan berbagai pandangan lainnya. Ini realita yang dihadapi oleh aktifis dakwah.
Disisi lain, dalam berbagai tantangan yang dihadapi aktifis dakwah dilapangan, ada juga akitifis dakwah yang akhirnya dengan perjuangan tenaga, waktu, uang dan airmata ditakdirkan Allah menjadi DPR, Gubernur, Walikota/Bupati, dll. Dan setelah mendapatkan amanah tersebut, tantangan semakin berat, bagaimana menerapkan Islam sebagai solusi ditengah-tengah masyarakat yang butuh pembinaan lebih lanjut, akhirnya ada yang berhasil, ada yang biasa saja, dan jangan kaget ada yang akhirnya larut, bahkan menjadi korban.
Kalaulah mau "aman" lebih baik tidak menyentuh hiruk pikuk politik, mungkin anda lebih nyaman, jauh dari intrik, namun aktifis dakwah yang sekarang sedang berjuang didunia politik, malah semakin yakin bahwa dunia politik, harus semakin banyak dihiasi dengan orang-orang yang sholeh dan kuat menghadapi berbagai tantangan didalamnya.
Melalui masuknya aktifis dakwah didunia politik, semakin tahu dengan persis dan detil, bagaimana negara dikelola, bagaimana anggaran dibuat, dan bagaimana alokasi dana didistribusikan, bagaimana keberpihakan anggaran terhadap rakyat, para dhuafa, bagaimana umat Islam dijadikan ancaman oleh lembaga tertentu, bagaimana negosiasi dan diplomasi internasional,  dan lain-lain. Banyak aktifis dakwah yang awalnya terkaget-kaget dengan berbagai praktek yang selama ini lazim dilakukan, dan sampai saat ini masih berlangsung, namun sebagai aktifis dakwah tidak cukup hanya terkaget-kaget, namun dituntut juga memberikan akternatif solusi yang lebih baik, dan saat yang sama juga berupaya mengakomodasi kepentingan "orang lama". pada tataran inilah akhirnya muncul istilah kompromi, ini riil terjadi.
Coba anda bayangkan bangaimana kompleknya masalah aktifis dakwah yang saat ini diterjunkan ke gelanggang politik, makanya sebagian akitifis dakwah, setelah merasakan, mengetahui dengan riil kondisi dunia politik, maka minta kepada qiyadah untuk tidak lagi diamanahkan maju ke gelanggang politik. Mengapa? "ngak kuat", atau ada juga yang mengatakan "itu bukan kolamnya". atau ada juga yang akhirnya mengunakan do'a memasuki WC ketika menginjak pintu masuk gedung DPR.
Relatif lebih mudah dan lebih aman, bagi diri anda pribadi, keluarga anda, jika hanya menjadi da'i pengisi kajian-kajian keislaman saja, anda tidak menjadi objek pemberitaan yang setiap gerak gerik anda dicari sensasinya. Ada aktifis dakwah yang mengatakan beruntunglah antum yang diamanah berdakwah pada struktur yang rendah, seperti DPRa, karena anda lebih banyak mengurusi masyarakat saja, tidak dilibatkan dalam lobi-lobi, dan kompromi politik, yang bisa jadi memakan korban.
Pada akhirnya, tindakan kita sebagai seorang da'i menghendaki perubahan secara terus menerus pada diri, keluarga yang Islami, akhirnya masyarakat juga terwarnai dengan nilai Islam, dan seterusnya, dengan demikian tugas ini tugas yang besar, tugas yang mulia, tugas para nabi, dan sunnatullahnya menghadapi tantangan dan membutuhkan waktu yang panjang, serta niat dan amal yang ikhlas, untuk itu teruslah beramal sholeh...dan perbaiki diri, keluarga, dan masyarakat...yakinlah al-haq suatu hari akan mendapatkan momentumnya yang tepat sesuai dengan skenario yang telah ditentukan Allah SWT. tetap semangat dan selamat beramal sholeh.
semoga bermanfaat.
Hannover, Musim panas, 13 Juli 2012, pukul 06.38 CET

,

0 comments

Write Down Your Responses

catatan2 universitas Kehidupan

"Inti dari Kecerdasan adalah Bermanfaat" . Powered by Blogger.