Tantangan menyekolahkan anak di Jerman

Oleh: Jaharuddin
Tulisan ini saya buat, terinspirasi dari diskusi dalam kunjungan Ust Hartanto Suryono Lc, al hafidz kemarin ke kota kami Hannover, Jerman, yang difasilitasi oleh FORKOM dan KMH. Sebelumnya saya juga mengamati beratnya perjuangan mahasiswa baru dari Indonesia untuk mempertahankan jati diri mereka sebagai orang Indonesia dan seorang muslim dari negara yang mempunyai penduduk Islam terbesar di dunia, serta saat yang sama saya adalah orang tua dari dua orang putra berumur 7 tahun dan 6 tahun, yang saat ini bersekolah di TK dan SD di  Hannover Jerman.

Dalam sesi diskusi dan tanya jawab dengan Ustadz, seorang ibu menanyakan beberapa pertanyaan yang sebetulnya pertanyaan dari putrinya yang menginjak remaja, dan bersekolah di sini (Jerman), beberapa pertanyaan yang masih saya ingat adalah: Mama, benarkah Tuhan itu ada?, pertanyaan lain: Mama, jangan-jangan agama kristen itulah yang benar?, dan beberapa pertanyaan lainnya?, seorang ibu melanjutkan ceritanya bahwa di negara bagian Niedersachsen, dimana ibu kotanya adalah Hannover, bagi anak muslim dan anak-anak lain yang tidak mau mengikuti pelajaran agama kristen di sekolahnya, mereka diwajibkan untuk mengikuti pelajaran Norma dan Etika, dari nama mata pelajaran ini, seolah-olah tidak ada masalah, namun ada sebagian guru yang menyampaikan mata pelajaran ini yang sadar tidak sadar mengikis atau paling tidak membuat keraguan pada diri anak terhadap kepercayaannya kepada tuhan.

Fenomena ini sebenarnya bukan fenomena baru, karena di negara Uni Soviet misalnya, ada dialog antara guru dan murid sebagai berikut:
Guru : Anak-Anak apakah kalian melihat papan tulis?
Murid : Iyaaa.
Guru : Karena kalian bisa melihat papan Tulis, maka papan tulis berarti ADA !
selanjutnya:
Guru : Apakah kalian semua melihat kapur ? (sambil diperlihatkan oleh guru)
Murid : Iyaaa.
Guru : karena kalian bisa melihat kapur, maka kapur berarti ADA !
dan seterusnya, sampai pada pertanyaan:
Guru : Apakah kalian semua melihat Tuhan ?
Murid : Tidaaak.
Guru : karena kalian tidak bisa melihat Tuhan, maka Tuhan TIDAK ADA !.

Inilah salah satu contoh logika, yang diajarkan kepada anak-anak untuk mempertahankan ajaran Ateis di Uni Soviet pada waktu itu, dan saat ini di Jerman, sangat banyak orang yang tidak percaya Tuhan (Ateis). Anak-Anak di ajarkan sikap segala sesuatunya harus masuk dalam logika alias logis. kalaulah orang tua tidak siap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan logika sederhana ini, bisa-bisa anak-anak muslim, terkikis keimanannya, paling tidak ragu terhadap keberadaan dan ke esaan Allah SWT.

Padahal dialog sederhana antara Guru dan Murid diatas, sangat mudah dibantah oleh murid muslim, sebagai berikut:
Murid Muslim: Mengacungkan Tangan, meminta kesempatan kepada gurunya bolehkah saya ikut berkomentar?
Guru : Silakan.
Murid Muslim : Bolehkah saya mengomentarinya sambil di depan?
Guru : Boleh, silakan.
Murid Muslim : memuji gurunya, bahwasanya gurunya ini pintar, cerdas, jenius, menyampaikan pelajaran menarik, sangat bagus, dan seterusnya...pokoknya gurunya di puji habis-habisan.
sampai akhirnya murid ini bertanya, dengan logika yang digunakan guru di atas.
Murid Muslim : Teman-teman, apakah kita melihat guru kita?
Murid lainnya : Iyaaa.
Murid Muslim : Berarti Bapak guru ADA !
Murid Muslim: Apakah kita melihat otak guru kita ini?
Murid lainnya: Tidaaak.
Murid Muslim : Berarti guru kita ini TIDAK BER OTAK !!!.

Beginilah tantangan, membesarkan anak-anak muslim di negara yang mayoritas tidak muslim.Nah, untuk itu paling tidak ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan.

Untuk Anak-Anak TK - Gymnasium (SMA)
Jika anda mempunyai anak-anak umur TK - SMA yang anda sekolah kan di Jerman, maka anda sebagai orang tua, diharapkan mampu memahami alur berfikir mereka, yang dibangun dalam sistem pendidikan yang logis, dengan demikian diharapkan anda juga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar keimanan dari anak-anak dengan jawaban yang juga logis, seperti:
jika anak anda bertanya : Apa bukti bahwa Tuhan itu Ada?
maka, alternatif jawabannya adalah:
buat peragaan sederhana, misalnya jika anda di ruang tamu, di atas meja ada 2 gelas, maka, minta anak anda memperhatikan dengan seksama gelas dan letak gelas tersebut, kemudian, minta anak anda keluar ruangan, dan anda pindahkan letak gelas tersebut.
kemudian panggil anak anda kembali ke ruang tamu, dan tanyakan adakah yang berubah?...anak anda akan menjawab iya, gelasnya berpindah !!!, kemudian tanyakan siapa yang memindahkan, banyak alternatif jawabannya..substansinya adalah....kalau ada benda yang berpindah...maka di yakini bahwa ada pihak yang memindahkan.

Nah, dari sini, ajak anak anda berdiskusi melihat alam ini (dalam bahasa agamanya ayat-ayat kauniyah)...coba perhatikan bahwa bumi ini berputar diporosnya, kemudian dia juga beredar pada jalur yang telah ditentukan, tidak saling tabrakan padahal di alam semesta ini banyak sekali planet, kemudian pohon tumbuh, binatang tumbuh, terjadi siang dan malan, kemudian ada laki-laki dan ada wanita, ada yg muda ada yang tua  dan seterusnya, yang intinya bergerak/tumbuh dalam pola yang teratur. kalau demikian PASTI ADA YANG MENGERAKKAN DAN MENGATUR, YAITU ALLAH SWT.

Dengan demikian maka untuk mengenal Allah, kita bisa melakukan pendekatan melalui ayat-ayat Kauniyah (alam semesta ini) dan ayat-ayat Kauliyah (ayat-ayat Al Qur'an), dan untuk ayat-ayat kauniyah maka di latih dengan mengunakan logika sesuai dengan umur anak anda. Kemudian, untuk membekali dan membentengi keluarga kita dari virus-virus ateis dan peraguan terhadap agama, maka kita para orang tua, selalu meningkatkan pemahaman agama kita sendiri dengan cara terus melakukan kajian secara konsisten dan terencana, pada saat yang sama teruslah memanjatkan do'a untuk kebaikan dan keselamatan anak-anak kita. Amin.

Untuk Calon Mahasiswa yang akan Kuliah di Jerman
Tidak kalah pentingnya bagi anda para orang tua yang berkeinginan mengirim anak-anak anda untuk menjadi mahasiswa di Jerman. diperlukan bekal dan pengetahuan yang cukup, agar anak-anak anda selamat, yaitu sukses study dan juga sukses menjaga agamanya.

Saya menemukan oknum mahasiswa Indonesia, yang secara akademis sangat cerdas dengan bukti mampu menerbitkan karya-karya ilmiyahnya di jurnal Internasional yang bergengsi dan menyelesaikan PhDnya tepat waktu, namun belakangan saya mendapatkan bukti bahwa orang ini, menikah sesama jenis dengan orang Jerman, padahal yang saya tahu mahasiswa ini berasal dari daerah yang sangat kental nilai keIslamannya. daerah asalnya di juluki Serambi Mekkah. artinya di duga kuat mahasiswa ini berasal dari keluarga muslim yang Taat. Naudzubillah !!
dan masih banyak kasus lainnya, yang tidak perlu kita uraikan satu persatu...intinya adalah setiap orang tua, harus ekstra hati-hati melepas buah hati anda, jauh dari pantauan anda....

Apa yang bisa dilakukan orang tua, jika ingin mengirim anak-anaknya untuk menjadi mahasiswa ke Jerman, ada beberapa saran yang mungkin bisa dilakukan: (1). Selalu melakukan komunikasi yang terbuka dengan anak-anak anda, dan memperhatikan dengan siapa anak-anak anda bergaul, karena lingkungan dan teman, sangat mempengaruhi, apakah anak anda mampu menjaga keimanannya atau tidak. (2). Lakukan kunjungan secara langsung, untuk mengecek kondisi riil anak anda, dan cari informasi dari teman-temannya. (3). Titipkanlah dengan orang-orang yang anda anggap terpecaya, dan juga lakukan komunikasi secara aktif dengan orang yang anda titipkan ini. (4). Dorong anak anda untuk mengikuti kajian-kajian Islam yang ada di kota masing-masing, untuk menjaga dan memperkuat imunitas keimanan anak anda. (5). Jika anda kesulitan untuk menintipkan anak-anak anda, karena tidak mengetahui kondisi dikota tempat anak anda tinggal, maka bisa mencari informasi melalui jaringan Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia se-Jerman (FORKOM), bisa anda lihat di website :  www.forkom-jerman.org , FORKOM ini adalah wadah koordinasi pengajian-pengajian kota se-Jerman. (6). Menganjurkan kepada anak anda , untuk mencari Universitas di kota-kota besar di Jerman, seperti Berlin, Hannover, Hamburg, dll, karena jika anak anda berada di kota-kota besar, maka akan mudah menemukan komunitas Indonesia, dan biasanya ada kajian-kajian ke Islaman. (7). Jika anda tidak resisten terhadap partai politik, maka anda bisa juga menitipkan anak-anak anda, untuk dibina dan diikutkan dalam Kajian-kajian ke Islaman melalui jaringan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), karena PKS mempunyai jaringan berbentuk Pusat Informasi dan Pelayanan (PIP) di banyak negara, termasuk di Jerman, dan juga mempunyai jaringan ke kota-kota yang ada di Jerman, serta  setahu saya partai ini bukan hanya partai politik namun juga partai dakwah, artinya ada proses pembinaan generasi muda agar memahami agama Islam dengan baik dan berkontribusi bagi pembangunan bangsa Indonesia, walaupun jauh dari tanah air namun nasionalisme tetap terjaga.

semoga bermanfaat.
Hannover, Musim Semi, Mei 2012

, ,

0 comments

Write Down Your Responses

catatan2 universitas Kehidupan

"Inti dari Kecerdasan adalah Bermanfaat" . Powered by Blogger.