Sikap malu menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)

foto: blogs.salleurl.edu 
Oleh: Jaharuddin
Saya bukanlah PNS, namun istri saya PNS, dan saya pernah lihat  salah satu persyaratan aplikasi beasiswa S3 adalah kewajiban mengabdi menjadi dosen, setelah selesai study. Pernah terfikirkan oleh saya kenapa harus menjadi dosen ya?, kenapa tidak diberi alternatif untuk menjadi seorang entrepreneur yang mampu menyerap tenaga kerja minimal x orang, dalam jangka waktu x tahun, pasca study. Kenapa muncul pemikiran seperti itu, karena salah satu solusi penting dalam penguatan ekonomi Indonesia adalah semakin banyaknya lapangan kerja yang dibuka, akhirnya semakin banyak orang bekerja, semakin banyak orang yang berpendapatan, daya beli meningkat, roda perekonomian berjalan dengan baik dan semoga kesejahteraan masyarakat meningkat. Bukankah kalau menjadi dosen apalagi PNS, bisa jadi menambah beban keuangan negara yang saat ini sudah berat, digelayuti pengeluaran rutin, terutama belanja pegawai yang semakin tinggi.

Namun, karena persyaratan beasiswa sudah diputuskan harus mengabdi menjadi dosen, para pelamar tidak ada pilihah, semoga suatu hari yang membuat kebijakan lebih kreatif. Kemudian perlu pula saya jelaskan bahwa tulisan lepas ini, saya tulis bukan untuk memojokkan siapapun yang saat ini menjadi PNS, ini adalah sebuah renungan fenomena sosial yang menurut saya perlu dicermati.

Tulisan ini juga terinspirasi dari dialog dengan salah satu menteri di KIB jilid 2, dalam dialog ini banyak hal yang dibahas, termasuk potensi perdagangan antara Indonesia dan Jerman. Ternyata  telah  tumbuh jiwa entrepreneurship di kalangan warga Indonesia yang mukim di Jerman, akhirnya mereka mampu dengan jeli melihat peluang bisnis yang timbul dari interaksi Indonesia - Jerman.

Konon, perekonomian suatu negara baru dikatakan kuat jika 5% dari total penduduknya menjadi entrepreneurship, data Januari 2012 penduduk Indonesia yang menjadi entrepreneur baru 1,56% (55,53 juta UMKM), coba bandingkan dengan negara USA 12%, Cina dan Jepang 10%, Malaysia 5%, Singapura 7%. (bisnis.com, 4 Mar 2012)

Filoshopy dasar dari entrepreneurship adalah seseorang yang mempunyai jiwa mandiri, berani mengambil resiko, mampu melihat adanya peluang bisnis, mampu mendayakan sumber daya secara efektif dan efisien, untuk memperoleh keuntungan.

Disisi lain, saya terusik dengan fenomena, masih tingginya peminat PNS di Indonesia, kalau kita kekampung-kampung, maka salah satu profesi yang diidam-idamkan oleh para orang tua adalah menjadikan anaknya PNS, dengan berbagai latar belakang dan alasan, seperti: adanya jaminan keamanan keuangan sampai tua, bahkan pensiun pun negara membayar uang pensiunnya, mungkin juga disebabkan jiwa pengabdian yang tinggi dari masyarakat, ini berarti jika berhasil menjadi PNS, maka jiwa dan hidupnya didedikasikan untuk negara. Nostalgia zaman dahulu bahwa menjadi pegawai pemerintah Hindia Belanda, akan membuka akses terhadap pendidikan dan ekonomi, dan alasan lainnya.

Dalam taraf tertentu, PNS akan menjadi baik, karena PNS di gaji oleh negara dalam rangka memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat, namun jika jiwa pelayanan masih rendah, profesional seadanya, dan bertumpuk pada daerah/sektor tertentu saja, maka PNS bisa seperti "lemak" bagi keuangan negara. artinya kalau tidak berhati-hati maka PNS bisa menjadi beban rutin keuangan negara, dan saya dengar saat ini biaya rutin untuk belanja pegawai sudah membebani keuangan negara.

Dengan demikian, harus ada upaya meluruskan pola fikir masyarakat yanng terlanjur cinta untuk menjadi PNS, ke depan yang harus didorong adalah usaha dan insentif yang dirancang untuk menjadikan  entrepreneurship adalah cita-cita dari setiap orang tua terhadap anak-anaknya, dan malu jika jadi PNS. hal ini diperlukan agar perekonomian Indonesia menjadi kokoh, dan jiwa kemandirian tumbuh dengan baik.

Manfaat menjadi entrepreneurship
Banyak yang bisa dituliskan tentang manfaat menjadi entrepreneurship, seperti secara ekonomi akan mengokohkan ekonomi suatu bangsa, membuka semakin banyak lapangan pekerjaan, tidak menjadi beban keuangan negara, malah sebaliknya menjadi solusi keuangan negara. Bagi anda yang muslim, Islam sangat memotivasi umatnya untuk menjadi entrepreneurship, sebagai bukti dalam surat An Nisa (4): 29, dianjurkan untuk melakukan perniagaan, kemudian Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa 90% dari pintu rezeki  adalah melalui perdagangan. Perhatikan pula sejarah Nabi Muhammad SAW, yang dibesarkan dari jiwa entrepreneurship.
Saat umur 12 tahun, mulai aktif sebagai eksportir ke Syam.
Umur 17 - 19 tahun : menjadi pengusaha mandiri
Umur 22 tahun : menjadi profesional dan terkenal di Jazirah Arab
Umur 25 tahun : menikah, dengan mahar 20 ekor unta, serta memimpin kafilah dagang ke mancanegara
Menjelang usia kenabian mendapat gelar pengusaha terpercaya "al-amin" dan menjadi tokoh arbitrater dan konsultan dagang internasional, dengan rekam jejak berbisnis ke 17 negara.
Dan kalau kita telusuri jejak para sahabat utama, sebagian dari mereka juga adalah entrepreneur yang ulung, sebutlah Umar bin Khattab, Abu Bakar as shidiq, Usman bin Affan, Abdurahman bin Auf, dll.

Jelas sekali, sejarah kejayaan Islam ditopang dengan para entrepreneur yang sholeh, dengan demikian perjuangan Islam yang membutuhkan energi dan dana yang besar, akan lebih efektif dan efisien dijalankan dengan topangan para entrepreneur. Dengan demikian Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, seharusnya menjadi inspirasi pada umatnya untuk berlomba-lomba menjadi entrepreneurship, dan sedikit orang yang mau mengiklashkan dirinya menjadi pegawai, apalagi menjadi PNS.

semoga bermanfaat.
Hannover, Musim semi 27 Mei 2012.

,

0 comments

Write Down Your Responses

catatan2 universitas Kehidupan

"Inti dari Kecerdasan adalah Bermanfaat" . Powered by Blogger.