Pesagang / Kubu Patembang dari Jerman

Pesagang atau juga disebut Kubu Patembang, sebuah kampong kecil di kecamatan Pasir Pengarayan, Rokan Hulu, Riau. 3 - 4 Jam perjalanan naik bus dari Kota Pekan Baru, kalau anda datang dari arah Pekan Baru, maka kampong ini 8km sebelum Pasir Pengarayan. di apit oleh kampong Okak/Danau Sati dan Batang Samo.

saya pernah mendengar cerita dari Atuk Wahab(alm) dan orang-orang tua di kampong kami, tentang alasan kampong kami dinamakan Kubu Patembang, sebenarnya Kubu patembang itu nama salah satu tempat di daerah perkebunan karet (saat ini sudah menjadi daerah transmigrasi), nah karena tempat tersebut sudah tidak dihuni, dan masyarakatnya pindah ke pinggir jalan raya, nama kampongnya tetap dipakai, yang sekarang dikenal dengan kampong Kubu Patembang, nama Kubu patembang sendiri berasal dari sejarah bahwa dulu di zaman perang dengan Belanda kampong ini (Kubu Patembang lama) menjadi salah satu tempat pertahanan (Kubu)pejuang kemerdekaan.

Mengapa saya menulis tentang kampong ini, karena saya dilahirkan disana, kedua orang tua saya juga tinggal di kampong kecil yang penuh kedamaian ini. saat ini ibunda saya (omak) Sawiyah/Iyut tinggal di kampong ini, di dekat masjid dan dekat jembatan lombah, begitu biasanya orang menamainya. Abah Damunar/Munar(alm), juga dikebumikan di kampong ini. Omak dan Abah memulai kehidupan berumah tangga di kampong ini, dengan kondisi yang sangat bersahaja, tanpa rumah, tanpa lahan/kebun pertanian, abah dan Omak mengawali kehidupan rumah tangga sebagai petani pengarap dilahan orang lain, dengan kerja keras akhirnya Omak dan Abah bisa mempunyai lahan sendiri dan digarap menjadi kebun karet, dan kebun Sawit. Saya masih ingat bagaimana kerja keras omak dan abah ketika saya masih kecil, mungkin umur 2-5 tahun, saya bermain di dalam semak belukar, sambil menunggui abah dan omak bekerja, bukan bermain diarena main seperti layaknya anak-anak di zaman sekarang, namun bermain sendiri di dalam semak belukar dengan apa adanya, saya juga masih ingat sebagian dari kehdidupan saya, tinggal di dedangau di daerah bojuran (nama salah satu tempat di pingir sungai Bojuran), kami tinggal di rumah dedangau tersebut, makan disana, sholat di sana, dan pagi hari saya berangkat ke sekolah dari dedangau ini, dan banyak sekali kenangan manis dan perjuangan sejak saya lahir dan sampai SMA dari kampong ini.

Awalnya saya tahu, Omak dan Abah tidak berharap banyak dari pendidikan saya, karena Omak dan Abah tidak berani terlalu banyak berharap dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas, ya... mengalir sajalah, dan tidak pernah mimpi mampu mengkuliahkan anak! (saat saya menginjak SMA dan masuk perguruan Tinggi, kurang dari 5 orang putra-putri kampong ini yang mampu mengecap pendidikan sampai perguraun Tinggi, yang saya ingat Mamak Said (pernah kuliah tapi tidak dilanjutkan), mamak Anwar (pernah kuliah tapi tidak dilanjutkan), ijek Ipah/Syarifah(akhirnya tamat dari IAIN Susqo Pekan baru, mas Trik (akhirnya tamat dari matematika UNRI, hanya itu).

namun jalan kehidupan memberikan "jalannya sendiri" omak dan abah berhasil mengantarkan saya menjadi sarjana, master dan insya Allah beberapa tahun kedepan menjadi doktor di Jerman. Amin. terima kasih omak dan abah.

Allah mentakdirkan salah satu putra kampong kecil ini, sampai di Jerman, saya meyakini ini adalah bagian dari kerja keras Omak dan Abah, dan do'a-do'a mereka, serta karunia Allah untuk menambah rasa syukur kita kepada Allah. Amin.

teringat masa SD - SMA saya di kampong, ada aneka ragam permainan di kampong saya seperti: main di sungai, main klereng, main mobil-mobilan yang dibuat dari pohon kecil yang kami cari di semak belukar/hutan, dibentuk seperti mobil formula 1, dengan roda dari sandal bekas, yang dibuat dari bekas batang senter, main perangkap puyuh, membuat takalak (perangkap ikan), membuat jerat puyuh,...

Sadar tidak sadar permainan tersebut, membantu tumbuh kembang anak-anak kampong, menjadi anak-anak yang kuat, tidak mudah sakit, karena dengan main di sungai, anak-anak terbiasa dan dilatih dengan berbagai macam kondisi fisik dan juga dari berbagai macam zat yang menempel di kulit, akhirnya sedikit anak kampong yang terkena alergi.

membuat mobil dari kayu dan rodanya dari sandal bekas, ini memberikan pendidikan kreativitas yang tinggi kepada setiap anak, termasuk juga memanfaatkan sumber daya yang ada untuk permainan.

alasan lain kenapa saya menulis tentang kampongku ini adalah, saat ini sebenarnya saya punya tulisan yang saya tulis saat 2 minggu yang lalu, berkunjung ke Paris, bagi banyak orang, Paris merupakan salah satu kota idaman untuk di kunjungi di dunia, sebelumnya saya mengunjungi Polandia. saya juga menulis tentang Polandia, namun kenapa kita bangga dengan kota-kota orang lain, yang sebenarnya tidak mempunyai keterkaitan sejarah langsung dengan kita. kenapa kita tidak bangga dengan kampong kita, dimana banyak sejarah mengiringi kehidupan kita di tempat itu. bahkan sebagian dari air yang ada ditubuh kita mengalir dari air yang dialirkan di kampong kita.

akhirnya saya merasakan, beruntunglah anda yang dilahirkan di kampong/desa, karena anda akan mendapatkan berbagai macam pengalaman, udara yang bersih, suasana kekerabatan yg ini akan mengasah kecerdasan sosial anda, permainan alami yang heterogen dan murah, serta menstimulan kreativitas.

Saya prihatin melihat anak-anak yang saat ini dilahirkan dan dibesarkan di kota-kota besar seperti Jakarta, anak-anak tidak mempunyai lahan yang cukup untuk bermain, udaranya kotor, lingkungan juga kotor, kalau anda mau lingkungan yang bersih, anda diharuskan membayar mahal atau pergi ke Mall, apakah ini sehat dan mendukung tumbuh kembang anak?...saya yakin tidak !!!, bahkan sadar tidak sadar lingkungan ini mendorong semakin banyaknya anak-anak yg tumbuh kembangnya terganggu, seperti autis, a sosial, mudah terserang penyakit, alergi..akhirnya harus diterapi..dan menjamurlah lembaga-lembaga terapi tumbuh kembang.

Semoga dimasa mendatang banyak orang tergerak untuk menyadari kondisi ini, menyadari bahwa perlu keseriusan menciptakan suasana yang kondusif untuk tumbuh kembang anak-anak, karena ini merrupakan tunas bangsa yang akan membawa bangsa menjadi bangsa yang tangguh dimasa depan.
semoga bermanfaat...

daftar istilah:
kampong = bahasa daerah saya untuk kampung
dedangau = gubuk yang dibangun petani selama menunggu ladang padi.
Omak = ibu
Abah = Ayah
Atuk = Kakek
puyuh = burung puyuh liar

dari Jerman, teringat Kampong Pesagang / Kubu patembang.
musim dingin, 24 Januari 2012
pukul 13.24 CET
Jaharuddin bin Damunar Rusalan

,

0 comments

Write Down Your Responses

catatan2 universitas Kehidupan

"Inti dari Kecerdasan adalah Bermanfaat" . Powered by Blogger.