ke Universitas Goettingen
pagi ini tepat pukul 08.33 saya menaiki metronom dari Hannover hbf (stasiun pusat) menuju kota yang akan menjadi sejarah dalam catatan kehidupan, kota yang sering ku dengar, namun belum pernah ku kunjungi, yaitu Goettingen. beberapa hari yang lalu Prof Heiko Faust, mengirim email untuk wawancara tentang surat yang saya kirim beberapa hari sebelumnya. seperti biasanya transportasi di jerman, tepat pukul yang di tuliskan dalam jadwal perjalanan 09.47 metronom berhenti di Goettingen hbf. sesuai arahan teman di Goettingen Maimun Rizal, mahasiswa doktoran bidang Informatic asli aceh, saya diminta naik bus no. 8 arah klinikum, turun di goldschmidth strasse, sesampai di dalam bus, saya sms Maimun, berapa halte ya?, beliau jawab , nanti nyampainya di goldshmidth strasse pukul 10.10.
selisih sedikit,sekitar 2-3 menit bus sampai di tempat yang dituju, dan disana Maimun Rizal sudah menunggu...beginilah jadwal transportasi di negara yang maju, bahkan janjian bisa di tentukan pada menit berapa kita bisa ketemu.
o, ya, ada kejadian yang bagi saya menjadi pelajaran, saat dalam perjalanan ke Goettingen tadi, saya mengunakan Niedersachsen ticket, ketika saya diminta menunjukkan tiket oleh petugasnya, saya menunjukkan tiket tersebut, trus petugasnya bilang tiket itu tidak berlaku...lho...saya kaget!...ternyata di tiket tersebut ada tertulis dalam bahasa jerman, bahwa tiket tersebut berlaku mulai pukul 09.00 - 03.00 (Gilt Mo-Fr von 09.00-03.00 Uhr), beginilah kalau bahasa jerman masih terbatas...:),akhirnya harus bayar lagi 9, 20 Euro....tambahan biaya pembelajaran...:)
sesampai di goldshmidth strasse, kami berjalan menuju institut Human Geography, di lantai 5 sudah menunggu pak Jaenal Effendi, mahasiswa s3 asal Pasuruan, dosen IPB yang merupakan bimbingan Prof Faust. kami berbicara sebentar, setelah itu, Prof Faust datang, dan saya di ajak diskusi di ruang lain.
kesan pertama saya adalah si prof santai dan menyenangkan, jauh dari kesan interview yang menyeramkan, beliau santai memakai jeans dan sweather, kami diskusi cukup panjang, saya baru sadar kita lebih dari satu jam berdiskusi setelah keluar dari ruang, jam menunjukkan lebih pukul 13.15 siang, padahal saya di ajak diskusi kurang dari pukul 11.00.
ternyata Indonesia itu sangat "seksi" bagi ilmuan dari luar negeri, dengan luasnya dan kultur yang beragam menjadi daya tarik tersendiri bagi para ilmuan dari luar negeri, bisa jadi kita asli Indonesia, kurang sadar dengan potensi yang sangat besar dari negara kita. bahkan faktor ummat muslim terbesar di dunia menjadi sesuatu yang di akui dan sangat penting di perhatikan dalam membuat rancang sebuah riset, artinya prof yang bukan Islam pun ternyata memberikan masukan, bahwa faktor agama Islam merupakan faktor yang tidak boleh diabaikan dalam merancang design penelitian di Indonesia, Prof Faust bilang, walaupun mereka pendatang, dari berbagai pulau tapi mereka bermukim pada satu tempat, dan mereka mempunyai agama yang sama yaitu moslem.
kita berdiskusi bertiga bersama Barbara, mahasiswa doktoran dari jerman, s2 nya dulu mengambil data di kalimantan barat. bule tulen, tapi sudah mulai bisa berbahasa Indonesia, saat ini dia sedang mengambil topik riset seputar sosial politik dengan study kasus di jambi.
setelah panjang diskusi, dan insya Allah akan dilanjutkan 4 minggu kemudian dengan fokus diskusi seputar proposal dengan fokus dan lokasi study yang telah di tentukan, jelas saya sangat tertarik karena lokasi study di Jambi.
1995 - 2001, saya bermukim di Jambi,banyak kenangan pahit, manis, dan lucu terjadi di jambi, mengiringi perjalanan kehidupan menyelesaikan study dan menempa diri melalui aktifitas keislaman di universitas jambi, melalui MTSU Sholahuddin, LDK Universitas, LDK Fakultas, senat mahasiswa, BEM, KPU Univesitas jambi, KAMMI Daerah Jambi, dan banyak lagi lembaran cerita di provinsi ini. singkat cerita semoga Allah memudahkan saya untuk mengambil data di jambi, dan saat yang sama bisa bershilaturahmi dengan para ustadz yang dulu bersusah-susah mengajak saya untuk datang ke mesjid kampus, majlis pengajian dan majlis-majlis mulya lainnya.
o, ya untuk KPU Universitas Jambi, saya ada kenangan tersendiri, saya di amanahkan untuk menjadi ketua KPU Pertama Universitas Jambi, sekaligus mengkonsep lembaga kemahasiswaan Universitas Jambi, saya masih ingat konsep lembaga mahasiswa IPB, UGM, UI,IKIP Padang menjadi bahan dalam membuat konsep kelembagaan mahasiswa di Universitas Jambi, pada akhirnya konsep UGM lebih banyak mewarnai dalam penataan lembaga kemahasiswaan di Universitas Jambi.
melalui konsep inilah munculnya partai mahasiswa, dan saya keliling ke beberapa partai untuk meresmikan terbentuknya partai mahasiswa tersebut. melalui forum ini saya berterima kasih kepada rekan-rekan yang saat itu diamanahkan di KPU Universitas jambi, diskusi dan rapat-rapat di KPU waktu itu, suasananya hangat, dan sebahagian cendrung panas. namun yang pasti tugas peralihan dan penataan lembaga kemahasiswa nyatanya berjalan.
wah jadi nostalgia, nih....:)
kembali ke Goettingen, selesai interview, saya diantar pak Jaenal Effendi ke halte, dan naik bus ke hbf, disana sudah menunggu metronom menuju ke Hannover, beberapa menit kemudian, metronom berjalan sesuai jadwal dan juga sampai ke Hannover dengan menit yang telah ditentukan di jadwal. alangkah indah dan tertibnya jika kondisi ini juga bisa di nikmati di tanah air. saat ini, paling tidak kita bisa berdo'a. insya Allah akan terwujud suasana transportasi yang nyaman dan aman, tepat waktu di tanah air. amin.
diperjalanan menuju Hannover, saya memperhatikan banyak pohon apel "liar" dan pohon pear yang sedang berbuah, lebat dan mulai memerah, saya membayangkan tanah air ku...dan sekaligus bertanya...kok bisa ya?..ngak ada yang ngambil?....malah biasanya dibiarkan jatuh, seiring dengan datangnya musim gugur...
tidak ada anak-anak yang berebut memanjat pohon apel dan pear yang berbuah lebat, untuk diambil dan dimakan buahnya...ngak tahu ntah kenapa?...tapi , budaya di jerman telah membentuk mereka tidak boleh mengambil yang bukan hak nya. dan bisa jadi sebetulnya pohon apel yang berbuah lebat dan mulai memerah tersebut tidak ada yang punya, karena tidak ditanam di kebun.
negara yang maju di tandai dengan budaya yang juga maju...negara maju adalah negara yang mampu membangun budaya-budaya yang kondusif dan konstruktif untuk warganya...belum tentu maju, kalau mall dimana-mana, namun budaya masyarakatnya belum terbentuk menuju budaya yang kondusif dan konstruktif...
semoga bermanfaat
awal musim gugur, 15 september 2011
jahar
0 comments
Write Down Your Responses