Dari mana kita mengambil inspirasi dan pelajaran
Hari-hari ini saya memperhatikan media di Indonesia, para tokoh dan politisi membuat analogi dan mencari-cari inspirasi dari beberapa hal, sebutlah Anas Urbaningrum sang ketua partai demokrat, mengeluarkan istilah "sengkuni". Diacara yang lain saya melihat kebiasaan bung Karni Ilyas dalam acara Indonesia lawyers Club nya, membuka atau menyelingi acaranya dengan kisah dari wayang. Kemudian saya juga mengamati Anis Matta mengambil kisah, inspirasi dan pelajaran dari kisah para nabi dan sahabat.
Saya bukanlah peminat pewayangan, apalagi saya dilahirkan di sumatra dari keluarga melayu, jadi bahasa Jawapun tidak bisa, dan juga bukan ahli sejarah. Bagi saya menarik mengamati dan melakukan analisa serta menarik pelajaran dari fragmen para tokoh ini.
Alaminya apa yang kita bicarakan tidak akan terlepas dari input yang masuk dalam media fikiran kita, artinya jika yang menjadi sumber inspirasi bagi kita adalah kisah pewayangan maka itu menunjukkan perhatian yang kuat dalam diri kita tentang pewayangan, kisahnya dan para tokohnya. bagitu pula jika sejarah nabi muhammad dan para sahabat menjadi inspirasi dan pelajaran bagi kita maka input terhadap kisah tersebut begitu membekas didalam diri orang yang bersangkutan.
Saya tidak pada posisi menilai yang satu benar dan yang lain salah, saya hanya memaparkan padangan yang tentunya subjektif dari diri saya.
Hal lain yang bagi saya juga menarik adalah, Anas Urbaningrum mempunyai latar belakang keluarga NU dan dibesarkan di HMI, suatu ormas Islam yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional, sementara Anis Matta dilahirkan di Sulawesi selatan, menempun pendidikan di pondok pesantren muhammadiyah dan seterusnya masuk ke LIPIA Jakarta.
Ada kesamaan diantara kedua tokoh ini, yaitu sama-sama mempunyai latar belakang lingkungan yang beraktivitas dalam kegiatan keislaman, namun kenapa sepertinya cara mengambil inspirasi berbeda?, paling tidak dari pidato-pidato kedua tokoh ini yang ada dan diliput media.
Apakah ini menandakan yang satu cendrung sekuler, dan yang satu cendrung sebaliknya, ataukah sudah mulai luntur dalam jiwa para tokoh ini bahwa sesungguhnya Islam itu mempunyai khazanah pelajaran yang relevan dan layak dalam dimensi kekinian. Atau bisa jadi karna keterbatasan referensi, atau bisa jadi disengaja agar bisa menarik perhatian khalayak ramai.
Bagi saya sejarah Islam itu penuh dengan inspirasi dan pelajaran yang sangat relevan dalam dunia kekinian, namun memang dibutuhkan kedalaman pemahaman dan tafsir yang kuat akhirnya nilai-nilai sejarah Islam bisa diaktualisasi dalam kehidupan sehari-hari.
0 comments
Write Down Your Responses