Pelajaran dari Mesir


Saat ini, Mesir sedang bergejolak, sejak DR. Mursi menjabat sebagai presiden terpilih melalui proses demokrasi yang bersejarah. Pemerintahan yang mendapat legitimasi dari rakyat tersebut, selalu saja di ganggu, sampai-sampai DR. Mursi, seolah-olah tidak cakap dalam mengelola negaranya. Awalnya saya menduga, salah satu target "merecoki" pemerintahan Mursi, diskenariokan Mursi gagal memperbaiki ekonomi bangsanya, dan ini menjadi senjata bagi oposisi untuk dijadikan bahan kampanye saat pemilu selanjutnya.
Waktu itu saya membayangkan, pihak oposisi akan mengatakan "tuh, lihat kalau aktivis Islam yang menjadi pemimpin, maka ekonomi Mesir semakin porak poranda". Namun kisah Mesir ternyata penuh kejutan. Pihak Oposisi tidak sabar mencatatkan sejarahnya, yang dilakukan adalah kudeta militer, dan dilakukan oleh orang-orang yang tidak tahu berterima kasih, padahal diangkat oleh presiden sah rakyat Mesir yaitu DR. Mursi.
Saya sangat yakin, ketergesaan pihak oposisi, pada dasarnya sedang menggali kuburannya sendiri, dan jadilah kudeta militer berimplikasi serius terhadap kestabilan keamanaan Mesir. Sudah ratusan orang yang menjadi syuhada, dan ribuan orang luka-luka, dan jutaan orang turun ke jalan mensuarakan kebenaran dengan resiko dibunuh dan diintimidasi.
Saat ramadhan ini, mereka rela meninggalkan suasana ceria berbuka puasa bersama istri dan anak-anak, untuk turun ke jalan. Mereka menjadikan jalan-jalan dan lapangan menjadi rumah Allah, disana mereka mengadakan sholat wajib berjama'ah, sholat sunnah, tarawih, sahur, tilawah, tadarus, murojaah hapalan, menambah hapalan, berbuka, bersama-sama di tempat perjuangan.
Yang menjadi pertanyaan bagi saya, kok mereka mau meninggalkan berbuka puasa dengan menu yang enak bersama keluarga, instirahat nyaman dirumah-rumah mereka, untuk sebuah perjuangan, dan saat yang sama mereka sadar sesadarnya bahwa setiap saat mereka bisa ditembak oleh sniper, atau diberondong senjata mesin yang berakibat berpulangnya nyawa ke pemilik sesungguhnya.
Coba anda bayangkan, istri dan anak-anak merekapun juga sadar akan implikasi bahwa, membolehkan putranya, suaminya, keluarganya, untuk bergabung dengan pejuang lainnya, pertanda bahwa anak-anak mereka, suami dan keluarga mereka bisa jadi sudah tidak pulang lagi kerumah mereka. Bahkan kita menyaksikan kaum wanita dan anak-anak pun, juga ikut berpartisipasi dalam perjuangan ini.
Merinding saya membayangkan jika itu terjadi pada diri kita, sanggupkah kita?
Mengapa mereka mau melakukan itu?
Apa Motivasi mereka?
Apa perjuangan mereka?
Saya menduga motivasi mereka yang paling utama adalah keimanan. Keimananlah yang mengerakkan mereka berjuang melawan kedzholiman yang dilakukan militer dan kelompok pendukung kudeta. Tidaklah mungkin berjuta-juta orang turun ke jalan dengan mengambil resiko maksimal, dikarenakan motivasi duniawi semata.
Saya berkeyakinan bahwa mereka melakukan itu karena sangat yakin bahwa jika resiko terburuk terjadi, seperti kematian, mereka sadar bahwa itu adalah jalan perjuangan yang benar, maka Allah akan membalasnya dengan balasan para syuhada.

Pelajaran
Mari kita telusuri beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Mesir saat ini :
(a). Totalitas perjuangan didasarkan keimanan.
Fragmen sejarah terus mengingatkan kita bahwa totalitas perjuangan dan kecintaan terhadap bangsa dan negara, terjadi jika motivasi dasarnya adalah keimanan. Jadi teringat dengan pahlawan Indonesia yang juga adalah para ulama, mereka berjuang melawan penjajahan tanpa pernah berfikir akan mendapatkan tanda jasa dari bangsanya. Mereka berjuang karena keimanan dan tidak mau didzholimi oleh bangsa manapun. Sebutlah Imam Bonjol, Teungku Umar, Pangeran Diponegoro, KH. Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asyari, Buya HAMKA, Cut Nyak Din, dan banyak pejuang lainnya, yang mengukir sejarah dalam pendirian Indonesia, saat yang sama mereka adalah para ulama.
Dalam Sejarah Islam, kita akan menemukan banyak contoh serupa, tentara digerakkan karena keimanan, dan sadar sesadarnya pertaruhannya adalah nyawa.
(b). Waspadalah dengan upaya menjauhkan agama dengan negara
Upaya segelintir orang yang menginginkan dijauhkannya agama dengan politik dan negara, perlu dicermati dengan serius, upaya ini a-historis dalam sejarah Indonesia. Segelintir orang tersebut tidak membaca sejarah Indonesia dengan utuh, sisi pejuang yang juga religius dan ulama dihilangkan dalam pemahaman mereka. Jika perjuangan memisahkan agama dengan sendi kehidupan bernegara ini menjadi arus utama, saya sangat yakin, pada dasarnya gerakan tersebut adalah gerakan melemahkan bangsa. Telah banyak bukti ketika nilai agama jauh dari sendi kehidupan bernegara, terjadi "kebingunan massal". Standar apa yang menjadi acuan bersama dalam menentukan kebenaran dalam kehidupan sosial, kemasyarakatan dan bernegara. Muncullah asumsi-asumsi yang kebenarannya nisbi, dan tidak bisa menjadi acuan jika sudah berbeda tempat. Agama jika difahami dengan baik, akan menjadi perekat dan standar yang berlaku dimanapun, dan pasti kebenarannya.
Pelajarilah bangsa-bangsa yang punah, karena jauh dari nilai agama. Contoh yang masih bisa diamati saat ini adalah, Eropa yang hari ini sedang sakit, dan menuju paraduannya karena mencampakkan agama dari nilai kesehariannya masyarakatnya. Fakta menunjukkan bahwa dengan agamalah perjuangan membangun bangsa, berkorban untuk bangsa dan negara menjadi totalitas.
(c). Mengambil pelajaran dari Sirah Nabawiyah dan para sahabat
Pada dasarnya sejarah terus berulang, kejadian masa modern, dalam lakon dan episode yang tidak jauh berbeda, pada dasarnya pengulangan sejarah dalam waktu yang berbeda. Inilah makna penting "jangan pernah melupakan sejarah". Tinggal kemauan kita untuk membuka, mempelajarinya dan mengaktualisasi sejarah untuk menghadapi tantangan zaman.
(d). Persiapkanlah diri dan keluarga jika Allah memberi kemenangan pada aktivis Islam
Perjuangan meninggikan kalimat Allah, selalu menghendaki cinta yang besar, dan cinta tersebut akan meminta pengorbanan yang paling anda cintai sekalipun. Cinta yang besar terhadap perjuangan Islam, bisa jadi meminta nyawa kita, itulah yang saya fahami dari Mesir hari ini, ketika gerakan dakwah diberi kesempatan untuk memimpin, dan itu baru dalam hitungan bulan, maka Allah menguji para pejuangnya dengan kudeta militer, yang meminta pengorbanan yang besar.
Dan hanya pejuang-pejuang yang tangguhlah, yang akan diuji oleh Allah dengan ujian yang besar. Kita melihat panjangnya perjuangan gerakan dakwah di Mesir untuk mencapai tahapan pengelolaan negara, dan perjuangan tersebut mereka lalui dengan berbagai trubulensi. Penjara, penyiksaan, hilang, dijebloskan ke dalam penjara tanpa pengadilan, sudah menjadi training dakwah dalam keseharian aktivis dakwah di Mesir. Coba anda bayangkan, saat kita di Indonesia, masih menjadikan mukhoyyam, latsar, dauroh, dll sebagai arena menempa diri, agar lebih tangguh dalam menghadapi tantangan dakwah. Saudara kita di Mesir, sudah terbiasa menjadikan hotel prodeo dan siksaan menjadi dauroh bagi mereka. Hasilnya, menghasilkan pejuang-pejuang yang tangguh, dan belum selesai...perjuangan itu saat ini menghendaki cinta dan pengorbanan yang lebih besar.
Cinta akan meminta apapun yang paling kita cintai, dan bergeraklah selalu, selalu luruskan niat, perbaiki amal, karena dengan cara itulah kebahagiaan dan jannah-Nya kita dapatkan.
Jaharuddin
Musim Panas, 2 Ramadhan 1434 H / 11 Juli 2013 M pukul 08.26 CET, di Hannover, Jerman

,

0 comments

Write Down Your Responses

catatan2 universitas Kehidupan

"Inti dari Kecerdasan adalah Bermanfaat" . Powered by Blogger.