Working effectively in International Environment


Senin, 19 September 2011, pukul 09.00 - 16.30 CET, saya di undang oleh International Office, Leibniz Universitat Hannover (LUH), untuk mengikuti workshop dengan tema "working effectively in international environment". dengan trainer internasional Gertrud Goaudswaard, sangat kompeten di bidang intercultural communication.

adakalanya terjadi hambatan komunikasi dan interaksi antara mahasiswa international yang ada di jerman. seperti antara mahasiswa dan proffesor, antara mahasiswa dengan sesama timnya di grup riset, shock culture, dan seterusnya. sebagai contoh, kebiasaan orang Indonesia, yang tidak mau mengungkapkan keinginannya ke pembimbing, akhirnya dipendam saja, padahal di Jerman, jika anda ada masalah apalagi terkait dengan proyek penelitian yang sedang dikerjakan, maka anda harus mengatakannya ke pembimbing anda (proffesor/supervisor), kalau anda tidak mengungkapkannya , berarti semuanya di anggap berjalan dengan lancar.ada juga contoh, kebiasaan sebagian orang jerman yang tidak terlalu suka berbahasa inggris, berbahasa inggris sebentar, setelah itu dia berbahasa Jerman, sementara anda mengertinya hanya bahasa Inggris, maka bagaimana mengatasinya?

hal-hal seperti ini, dibahas dalam pelatihan yang sangat menarik ini, secara singkat saya paparkan dibawah ini:
Lancar dan tidaknya komunikasi sangat dipengaruhi oleh personality, culture, situation mood dari masing-masing orang yang mau berkomunikasi, nah agar kita lancar dalam berkomunikasi, perlu diketahui beberapa hal yang bisa merusak pola komunikasi: (1). Judging. (2). Streotyping. (3). Avoing contackt.

kombinasi kasusnya adalah: belum apa-apa sudah menilai, bahkan cendrung menghakimi, seseorang atau kelompok orang, misal. orang jerman itu pasti minum alkhohol, free sex, dll. yang akhirnya kita malas berinteraksi, atau menghindari untuk berkomunikasi. sebagai seorang muslim, memang kita perlu memilah-milah dengan baik sesuai dengan kebutuhan dengan siapa kita berkomunikasi dan berinteraksi, namun ketika anda membutuhkan komunikasi dan interaksi yang baik di tempat anda belajar atau bekerja, maka anda tetap harus berinteraksi sebaik mungkin, dengan tetap menjaga identitas anda sebagai seorang muslim yang baik, ternyata ada juga kok, orang jerman yang tidak minum alkhohol.

agar komunikasi lancar, maka dibutuhkan kesungguhan anda untuk belajar dan memahami, faktor-faktor berikut ini :

(1). Semilarities.
dalam berkomunikasi, perbanyak mencari kesamaan (semilarities), misalnya anda sama-sama mempunyai minat riset yang sama, anda sama-sama perempuan, dan cari kesamaan-kesamaan yang akhirnya, kita bisa berkomunikasi dengan baik dan lancar.
(2). Identity.
Lakukan exsplorasi terhadap diri anda sendiri, faktor-faktor apa saja yang dominan yang mempengaruhi identitas anda, misalnya agama, keluarga, visi, orang tua, ibu, mentor,dll, sehingga anda faham diri anda sendiri lebih detil, apa saja faktor-faktor yg dominan dalam mempengaruhi identitas anda, ketika berkomunikasi, anda akan lebih mudah menganalisa, kenapa anda bersikap defensif, misalnya...dan bagaimana cara agar tidak demikian. saat yang sama anda juga melakukan analisa terhadap mitra kerja anda, sehingga anda tidak mudah melakukan kesalahan-kesalahan dalam berkomunikasi.
(3).Iceberg.
apa yang anda lihat pada seseorang (dipermukaan), belum tentu itulah sesungguhnya kondisi riil seseorang, anda perlu mengetahui lebih dalam, apa yang mendasari sikap/perilaku tersebut, yang mendasari ini bisa berupa religi, moral, value, dan seterusnya.
(4). Perspective
masing-masing individu, apalagi berbeda budaya dan geografis yang tadinya berjauhan, sekarang menjadi mitra anda dalam bekerja, sangat mungkin berbeda sudut pandang, dalam menganalisa dan melihat sesuatu. nah, yang perlu ditumbuhkan adalah, kesadaran setiap individu menyadari kondisi yang berbeda ini.
kalau anda fahami dengan baik, sebenarnya perbedaan inilah, yang menjadi nilai tambah anda yang belajar dan bekerja di internasional, karena dengan perbedaan sudut pandang ini, akan menyebabkan terjadinya, perkawinan ide, dan kombinasi perbedaan dalam membuat dan menganalisa sesuatu.
(5). Communication style.
dimasing-masing negara terdapat perbedaan dalam gaya komunikasi, sebagai contoh eye contact, di Jerman, kalau anda berkomunikasi dengan seseorang tapi anda tidak menatap wajahnya, maka dianggap anda tidak sopan, namun belum tentu sama dengan negara lain, misalnya Jepang. kemudian juga ada perbedaan dalam Body contact; bersalaman, merangkul dan berciuman, juga sangat berbeda di masing-masing negara. dan satu lagi yang lebih rumit yaitu body distance. jangankan berbeda negara, berbeda daerah saja sudah berlainan maknanya. untuk itu lakukan upaya untuk belajar memahami dan trial and error.
(6).Dimension style.
umumnya terdapat titik temu antara, satu sikap dengan sikap lainnya, artinya hanya sedikit saja individu yang mempunyai sikap ekstreem dalam berkomunikasi atau perilaku. ini memberikan peluang bagi anda, untuk melakukan adaptasi terhadap lingkungan anda sendiri, saat yang sama, juga memberikan peluang pada mitra kerja anda untuk melakukan adaptasi. sebagai contoh: seorang mahasiswa s3 Indonesia di Jerman, mengeluhkan kekakuan orang jerman dalam bersikap, misal: tidak perhatian,tidak menanyakan progres penelitian, dll. sesungguhnya ini merupakan sikap yang berharap orang lain (dalam hal ini jerman), bersikap kepada anda dengan sudut pandang Indonesia. kesalahannya adalah tidak mampu melakukan adaptasi dengan kondisi lingkungan internasional, seharusnya kalau anda bekerja dengan mitra Jerman, maka sampaikan apa yang anda butuhkan, saat yang sama juga, sadari bahwasanya ini bukan Indonesia, kalau orang bersikap "mekanistik" ya...memang di sini sebagian besar orang demikian. nah tidak ada kata lain sebagai solusinya "lakukan adaptasi dan komunikasikan apa yang ada butuhkan dalam bekerja".


Pelatihan ini diikuti 16 orang: (1) Kathiga Kanthasamy (India). (2). Shariful Islam (Banglades). (3). Ahmed Abujoda (Sudan). (4). Priyanka Parvathi (India). (5). Jaharuddin (Indonesia). (6). Josephine M Karanja (Kenya). (7). Omid Biabanaki (Iran). (8). Tim Ehlers (Jerman). (9). Thomas Wilken (Jerman). (10). Johanna Busch (Jerman). (11). Anne Reinke (Jerman). (12).Senan M Mahmod Moustafa Al Khalil (Irak). (13). Allan Zelaya (Honduras). (14). Godlove Kumfa (Kamerun). (15). Martje Pohlabeln (Jerman). 16. Elena Nikiforow (Jerman).
Musim gugur, 20 september 2011, pkl. 11.39 CET
semoga bermanfaat.
jahar

, ,

0 comments

Write Down Your Responses

catatan2 universitas Kehidupan

"Inti dari Kecerdasan adalah Bermanfaat" . Powered by Blogger.