
seorang pengusaha muslim dari singapura sedang mencari rekanan bisnis untuk membuat bisnis jasa penitipan anak di tempat-tempat strategis di Jakarta, berminat hubungi jahar 085880579267

KETIKA Yayasan Slamet Rijadi, Yogyakarta, memutuskan untuk memberi saya beasiswa studi luar negeri, berbagai perasaan muncul. Ada perasaan senang, sedih, bangga, dan takut. Maklum, saat itu belum genap satu setengah tahun saya bekerja di Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. Senang karena memperoleh kesempatan belajar di luar negeri. Sedih karena harus berpisah dengan suami dan keluarga besar. Bangga karena mendapat beasiswa dan tidak menyangka kesempatan itu datang begitu cepat, tetapi juga takut karena membayangkan hidup sebatang kara di negeri orang.
SAAT itu, Januari 1997, ketika saya menginjakkan kaki pertama kali di Glasgow, salju turun kecil-kecil dan suhunya beberapa derajat di bawah nol. Sebagai calon research student yang akan mengambil Master of Philosophy (MPhil), saya tidak harus datang bertepatan tahun ajaran baru. Konsekuensinya, tidak bertemu dengan teman seperjalanan.
Dengan maksud ingin berhemat, dari bandar udara, saya memutuskan naik bus menuju pusat kota. Agar tidak salah jurusan, saya memberanikan diri bertanya pada sopir bus. Apa jawabnya? Tidak satupun kata-katanya yang saya pahami, meski dia menjawab dengan amat ramah. Wah, saya baru sadar, ini dia yang disebut logat Scottish. Nilai tes IELTS saja yang cukup tinggi rupanya tidak bisa langsung terpakai.
Karena bus tidak melewati University of Strathciyde, saya diturunkan di George Square, taman kota di pusat Glasgow. Universitas yang saya tuju, katanya, dua blok dari tempat itu. Saat itu baru pukul dua siang, tetapi langit amat redup. Belum lagi udara dingin terasa menusuk tulang. Padahal, saya sudah memakai baju dengan benar. Konon, untuk mengusir dingin, bukan dengan memakai baju berlapis-lapis, tetapi disiasati dengan baju dalam yang mampu menahan panas tubuh (biasanya dari bahan wol halus), lalu cukup dilapis baju biasa dan jaket. Sebelumnya, saya sempat berbelanja wol mahal itu di Jakarta. Namun, karena belum terbiasa dengan suhu serendah itu, tetap saja saya menggigil. Kata orang, seharusnya saya datang saat summer.
Perjalanan yang hanya dua blok dengan sebuah koper besar melewati jalan menanjak tajam itu ternyata melelahkan. Beberapa pria menawarkan bantuan, tetapi saya menggelengkan kepala karena takut. Sesampai di accomodation office, langit kian redup. Belakangan saya tahu, matahari adalah barang langka di Glasgow. Staf di sana mengatakan, saya hampir terlambat sebab dua jam lagi kantor tutup dan besok weekend sehingga tidak mudah mencarikan akomodasi bagi saya. Satu-satunya tempat yang tersedia cukup jauh dari kampus dan mau tidak mau saya menginap di sana sementara. Wah, masih lumayan ada sisa waktu dua jam, coba kalau saya tiba hari Sabtu atau Minggu, keadaannya pasti lebih buruk. Jujur saja, saat memilih hari keberangkatan dan memberitahukan jadwal kedatangan ke kampus lewat faksimile, saya tidak memikirkan weekend.
SAYA memulai kehidupan di Glasgow dengan mencoba mengurus sendiri semua persiapan studi. Mulai izin tinggal di kepolisian, menguangkan traveller cheque, membuka rekening, membayar tuition fee, mencari tempat tinggal tetap, sekaligus menemui calon pembimbing. Beberapa waktu kemudian, saya baru sadar kalau saya rugi cukup besar untuk komisi menguangkan traveller cheque di bank lokal. Padahal, kalau saya menguangkan di kantor yang menerbitkan traveller cheque, tidak dipungut komisi sepeser pun.
Sampai tiga minggu pertama, saya belum bertemu orang Indonesia. Melalui teman dari Jerusalem, akhirnya saya dikenalkan pada seorang bapak asal Bandung yang juga tengah studi di Strathclyde. Lewat bapak itu, saya berkenalan dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Glasgow dan mulai punya kawan orang Indonesia.
Meski begitu, saya tidak tinggal satu flat dan tidak banyak bergaul dengan mereka sebab takut bahasa Inggris saya mampet. Saya memilih tinggal dengan cewek Perancis dan Edinburg. Lewat mereka, saya belajar aksen Scottish, mulai hafal "jalan-jalan tikus" di Glasgow, mulai tahu tempat berbelanja bumbu dan makanan Asia, dan yang terpenting, belajar bagaimana menemukan buku di perpustakaan, yang di mata saya amat lengkap, besar, dan canggih, dibandingkan dengan perpustakaan-perpustakaan di Indonesia. Juga, bagaimana menemukan bahan pustaka yang tidak ada di perpustakaan sekaligus meng-order-nya ke perpustakaan lain secara gratis. Tinggal menunggu, datanglah bahan pustaka itu.
Dengan full scholarship, saya tidak perlu pusing soal keuangan. Tugas saya hanya belajar sebaik mungkin. Meski demikian, saya berusaha menabung agar bisa menghadiri seminar-seminar demi kepentingan studi. Saya juga beruntung karena mudah bertemu pembimbing utama. Research student lain mengaku amat sulit bertemu pembimbing. Kalaupun bisa, maksimal hanya setengah jam.
Sementara itu, pembimbing utama saya amat sabar dan mau memberi kuliah mengenai materi yang belum saya pahami. Kami bisa menghabiskan tiga jam setiap pertemuan yang berisi lecturing dan discussion. Beliau sebenarnya seorang profesional yang mengikuti uji professorship untuk menduduki jabatan ketua jurusan. Pengetahuannya sebagai profesional yang pindah ke jalur akademik amat memperkaya riset yang saya jalani.
Faktor itu yang membuat studi saya berjalan lancar, sampai akhirnya hanya dalam waktu delapan bulan riset saya mulai menemukan jawabannya. Kedua pembimbing amat terkesan dan menawarkan untuk dilanjutkan ke S2 melalui ujian ringan.
Saya bangga dengan hasil ini, tetapi tidak dapat memutuskan sendiri sebab semua tergantung penyandang dana. Saya jelaskan, dengan penawaran ini, saya akan memperoleh tambahan dua tahun untuk mendapat gelar PhD (tanpa gelar MPhil) bila saya berhasil dalam ujian dengan riset yang dianggap masuk kualifikasi S-3 sehingga meski menempuh masa riset total tiga tahun, saya tetap hanya akan memperoleh gelar MPhil. Kemungkinan ketiga, saya gagal kedua-duanya.
Mempertimbangkan prestasi saya, beasiswa akhirnya diperpanjang. Malang, ketika status studi diubah, Indonesia terkena krisis ekonomi sehingga rupiah amat lemah. Penyandang dana tentu mengalami kesulitan keuangan. Sejak itu, meski tetap mengalir, beasiswa tidak datang tepat waktu seperti sebelumnya, biaya riset dan uang buku juga mengalami penurunan berarti. Saya sadar dan memakluminya.
Kondisi ini membuat saya harus mengatur keuangan lebih ketat sekaligus belajar sebaik-baiknya sebab hampir tidak mungkin meminta tambahan beasiswa bila saya tidak selesai tepat waktu. Saya juga berpikir ingin mencari beasiswa lain, tetapi itu tidak mudah. Kalau berhasil, pencairan dananya sering masih harus menunggu.
DENGAN pertimbangan ingin lebih mengenal orang Scotland dan aksen Scottish-nya, saya memutuskan untuk melamar menjadi chef assistant pada sebuah cafe. Terus terang, saya tidak terlalu suka atau pintar memasak, tetapi kalau hanya menyiapkan bahan, mengupas, memotong, sampai membereskan semua keperluan dapur, bukanlah hal sulit dilakukan.
Ketika lamaran diterima, saya jelaskan pada pemilik cafe bahwa saya butuh bantuannya untuk mendapatkan izin kerja. Masalahnya, baik izin tinggal maupun kontrak beasiswa tidak mengizinkan saya bekerja sambilan. Beruntung, pemilik cafe mengerti kesulitan saya dan bersedia sedikit berbohong saat mengisi formulir izin kerja dengan menyebutkan, saya berpengalaman, mampu bekerja baik, rajin, dan hasilnya melebihi standar. Hal ini penting sebab biasanya akan muncul pertanyaan, mengapa dia tidak mempekerjakan orang Glasgow yang masih menganggur daripada mempekerjakan orang Asia yang sedang studi seperti saya. Atas bantuannya, akhirnya saya sah memiliki izin kerja sekaligus National Insurance Cardnumber-semacam asuransi kecelakaan kerja.
Keberuntungan lain datang saat suami memperoleh beasiswa lewat British Scolarship Scheme untuk mengambil Master di universitas yang sama. Tetapi, karena beasiswanya terbatas, saya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan studi sendiri. Paling tidak, memasuki tahun ketiga, saya punya pendamping untuk berbagi.
Sebagai research student tanpa kelas tatap muka, saya bisa mengatur jadwal kerja di cafe. Namun, tidak demikian dengan suami yang mengambil Taught Course. Jadwalnya amat ketat sehingga tidak dapat membantu mencari tambahan biaya hidup. Saya bekerja lima hari seminggu sekitar empat jam setiap harinya. Upahnya tidak besar, hanya mengikuti standar upah minimal, namun cukup untuk menutup biaya makan dan buku, sisanya bisa ditabung, kalau-kalau ada keterlambatan pengiriman beasiswa atau jika harus memperpanjang masa studi.
Selain uang, akibat positif bekerja di cafe, saya bisa memasak, sekaligus banyak belajar aksen Scottish. Teman-teman di cafe sering heran dengan aksen Scottish saya yang makin kental. Tetapi, akibat buruknya, saya terpaksa kurang tidur.
Biasanya, pagi sebelum ke cafe, saya membaca di perpustakaan, sepulangnya mampir lagi ke kampus untuk bertemu pembimbing sekaligus mencari bahan studi lewat Internet. Lepas malam, saya habiskan untuk mengerjakan riset dan menulis. Karena bekerja, saya terpaksa rutin bertahan hingga pukul setengah tiga pagi dan rela kehilangan weekend, sampai suami dan koki cafe sering cemas, takut saya jatuh sakit.
Kehadiran suami yang rela mengurus dapur, bersih-bersih, dan tetek bengek di flat kami, sekaligus pengertiannya untuk menunda kehadiran anak terasa amat membantu. Dua tahun lebih saya menjalani kehidupan seperti ini, thank God, nothing serious had happened to me, kecuali akhirnya saya dinyatakan lulus dengan koreksi amat minor dan riset dinyatakan qualified untuk menjadi seorang PhD. Suami pun dapat menyelesaikan Master-nya tepat waktu.
Betapa ini perjuangan yang melelahkan dengan hasil sebanding. Saya, yang hanya ingin menjadi dosen, akhirnya mendapat kesempatan mengambil MPhil, dan malah langsung mendapat PhD. Saat itu saya baru 28 tahun dan tidak menyangka berhasil melalui ujian yang cukup berat. Seorang teman dari Pakistan pernah mengatakan, mengambil PhD di negeri orang adalah belajar 24 jam sehari, belajar dalam arti sesungguhnya dan belajar me-manage diri, ya soal uang, waktu, budaya, iklim, hidup berkeluarga, jauh sanak famili, dan persoalan lain.
Jadi, ketika lulus ujian, kita tidak hanya lulus dari bahan-bahan yang diujikan di depan sidang, tetapi juga lulus dari semua ujian hidup yang terjadi 24 jam sehari selama seseorang mengambil PhD.
Christina E Mediastika Dosen Arsitektur Universitas Atma Jaya, Yogyakarta

Sering kali apabila kita membuat website gratis masih terdapat beberapa tambahan “embel - embel” alamat dari website yang menyediakan layanan tersebut, seperti misalnya http://masaguz.wordpress.com (apabila kita menggunakan layanan wordpress), atau http://suganux.blogspot.com (blogger), dan masih banyak lagi yang lain, Mungkin bagi sebagian orang, alamat tersebut terlalu panjang untuk disebutkan.
Jalan lain adalah dengan membeli sebuah alamat domain (domain name), dengan jalan tersebut kita bisa memakai alamat yg lebih singkat seperti http://www.masaguz.com, atau http://www.fresh-gadget.com, terlalu mahal untuk membeli sebuah domain name? kita masih bisa menggunakan jalan lain untuk memiliki sebuah alamat domain gratisan tapi tidak terlalu panjang untuk disebutkan, seperti http://www.masaguz.co.cc ;), hostingnya bagaimana? tetep menggunakan layanan hosting gratis seperti di wordpress.com atau di blogger.com.
Domain gratis (.co.cc) di sini adalah sebagai domain forwarder saja, maksudnya, apabila pemakai internet mengetikkan nama http://www.masaguz.co.cc, maka akan langsung diarahkan ke http://masaguz.wordpress.com (misalnya ;))
Bagaimana Caranya untuk mendapatkan domain gratis ini :
1. Masuk ke situs http://www.co.cc
2. Setelah muncul seperti pada gambar diatas, masukkan nama domain yang akan anda pakai (ex : masaguz), kemudian tekan tombol “check avabiality”.
3. Nah, jika muncul keterangan seperti diatas, “www.masaguz.co.cc is avaliable”, berarti nama itu belum dipake orang lain, dan masih bisa kita gunakan Langkah selanjutnya adalah dengan menekan tombol “Continue to Registration”
4. Apabila kita sudah mempunyai account (terdaftar) di .co.cc, maka kita tinggal login dengan memasukkan nama dan password kita. Apabila tidak, maka langkah selanjutnya adalah dengan menekan “Create an Account Now”
5. Langkah selanjutnya adalah mengisi formulir yang disediakan oleh .co.cc, hal yang paling penting dan perlu diingat adalah email dan password yang kita masukkan di formulir tersebut.
6. Setelah selesai mengisi formulir, dibagian paling bawah, cawang pada bagian “I accept the Terms of Service” dilanjutkan dengan menekan tombol “Create an Account Now”
7. Apabila ada pesan seperti yang tampak pada gambar diatas, berarti account kita sudah diterima oleh .co.cc dan sudah bisa memanfaatkan fasilitas yang ada di .co.cc, tekan tombol “Set Up”
8. Setelah menekan tombol setup, kita akan dihadapkan pada 3 menu pilihan, yaitu “Manage DNS”, “Zone Records” dan “URL Forwarding”. Pilih “URL Forwarding”, kemudian kita diminta memasukkan alamat domain yang akan dituju apabila seseorang mengetik nama www.masaguz.co.cc, pada kolom redirect to masukkan alamat yang akan dituju, contoh “masaguz.wordpress.com” (isi dengan nama website masing masing)”, Pada kolom Page TIttle masukkan judul website anda, Pada Meta Descripsion masukkan deskripsi situs anda, pada Meta Keyword masukkan keyword website anda (misal : linux, download linux, dll)
9. Selesai mengisi form “URL Forwarding”, tekan tombol SETUP.
10. “ Your change has been submitted.” berarti langkah langkah yang sudah kita lakukan untukmendapatkan domain gratis di co.cc sudah selesai, coba ketik http://www.masaguz.co.cc (atau website anda masing2 yang sudah anda buat di co.cc. Selamat Mencoba
July 22, 2008 | Filed Under domain name
Sumber : http://masaguz.com/domain-name/panduan-mendapatkan-domain-gratis-di-cocc

Beasiswa ini dinamakan Monbusho Research Student, sebab pada dasarnya beasiswa diberikan untuk program research student (program non gelar selama 1.5 atau 2 tahun saja, tergantung Monbusho recommended by Embassy atau recommended by University). Jadi penerima beasiswa ini pada awalnya diberikan hanya untuk 1.5 th atau 2 th buat Research Student (program Non Gelar). Tetapi selama 1.5 th atau 2 th itu jika penerima beasiswa bisa masuk program S2 ataupun S3, beasiswa akan diperpanjang dan statusnya jadi beasiswa S2 atau beasiswa S3.
Untuk mendapatkan beasiswa monbusho research student ini ada 2 macam :
Monbusho Recommended by Embassy (di Indonesia, dikenal dengan nama Monbusho G to G)
Monbusho Recommended by University (di Indonesia, dikenal dengan nama Monbusho U to U)
untuk selanjutnya sebut aja beasiswa Monbusho G to G dan Monbusho U to U (tapi ingat istilah ini hanya ada di Indonesia).
Cara untuk mendapatkan beasiswa Monbusho Research Student :
1. Untuk mendapatkan beasiswa Monbusho G to G
untuk mendapatkan beasiswa ini, pelamar bisa menghubungi Kedutaan Besar Jepang di Jakarta. Tetapi syarat mutlak yang mesti dipenuhi adalah bahwa pelamar harus statusnya PNS (pegawai Negeri Sipil) atau karyawan BUMN. Selain tersebut tidak bisa mendaftar. Pihak kedutaan besar Jepang telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia (dalam hal ini pemerintah Indonesia memohon kepada pihak Kedutaan Jepang agar pelamar hanya diperbolehkan khusus untuk PNS atau karyawan BUMN). Sebenarnya Pihak Monbusho (Ministry of Education, Science, Sports and Culture JAPAN) tidak mensyaratkan
demikian, hanya pemerintah Indonesia saja yang menginginkannya. Jadi kita tidak menjumpai syarat-syarat demikian di berbagai negara lain seperti : China, Korea, Malaysia. Thailand, Philipina, Perancis, Kroasia, German, USA, Inggris, Mesir, Iran dll.
Persyaratan lain, sistem seleksi diatur oleh masing-masing Kedutaan Besar Jepang di negara yang bersangkutan. Beasiswa Monbusho G to G ini untuk Indonesia quotanya sekitar 50 orang, dan biasanya jatah buat PNS dari Departemen Pendidikan (dalam hal ini
dosen) sekitar 35 orang dan 15 orang dari Departemen lain atau dari BUMN. Bagi yang berhasil lulus atau berhasil mendapatkan beasiswa ini, maka penerima akan mendapatkan beasiswa research student selama jangka waktu 2 tahun (non gelar).
Dalam masa research student tersebut di universitas jepang yang dipilihnya, mereka sekolah bahasa jepang, dan persiapan untuk ujian masuk S2 bagi yang ingin melanjutkan program S2 dan ujian masuk S3 bagi yang ingin melanjutkan program S3. Ujian masuk universitas diatur oleh masing-masing universitas yang dipilih. Ada universitas jepang yang tiap setengah tahun ngadakan ujian masuk, ada juga setiap tahun sekali ujian masuknya. Jika dalam tahun pertama atau pertengahan tahun pertama saudara lulus ujian masuk S2 atau S3 maka status beasiswa research student yang masa waktunya masih lebih akan otomatis di cancel (dihentikan) dan saudara di daftar sebagai penerima beasiswa S2 (dua tahun lagi, buat yang akan masuk S2) dan S3 (tiga tahun lagi, buat yang akan masuk S3). Tetapi jika dalam masa research student tsb saudara gagal masuk ujian pertama,
maka saudara bisa mengikuti ujian masuk ke dua dan ketiga sampai masa research habis. Jika sampai masa research student habis dan saudara belum bisa masuk ujian, maka saudara di pulangkan. Untuk yang masuk S2, setelah saudara menyelesaikan program Master, dan jika saudara berkeinginan untuk melanjutkan program S3 maka
saudara bisa memperpanjang beasiswa itu untuk masuk program S3 (dan beasiswa akan diperpanjang lagi 3 tahun ke depan).
Informasi mengenai syarat-syarat beasiswa ini (silahkan klik disini).
2. Untuk mendapatkan beasiswa Monbusho U to U
Bagi yang bukan PNS atau karyawan BUMN, yang sudah jelas-jelas nggak bisa ikut Monbusho G to G, jangan kuatir ada cara lain untuk mendapatkan beasiswa Monbusho yaitu beasiswa Monbusho U to U (tapi ini istilah di Indonesia saja) untuk istilah di Jepangnya, Monbusho Recommended by University (artinya universitas Jepang merekomendasikan calon ke Monbusho). Sebenarnya rekomendation diberikan oleh Professor Jepang yang diteruskan ke Universitasnya dan Universitas merekomendasikan ke Monbusho.
Lalu bagaimana cara untuk mendapatkannya ?
Kontak salah satu Professor Jepang yang sesuai bidang anda, dan mulailah kenalan-kenalan baik lewat e-mail, surat pos, Facsimile, maupun telepon. Pertama katakan bahwa saudara tertarik/interest dengan research topik di lab. Profesor tersebut, dan katakan juga bahwa saudara pengen sekali gabung dengan lab. tsb untuk melanjutkan study master atau doktor. Dalam surat perkenalan pertama itu sedapat mungkin saudara menyertakan CV, ringkasan riset yang pernah saudara kerjakan dan rencana riset/tema riset yang ingin saudara lakukan. Setelah menjalin beberapa kali kontak dengan Professor (artinya kalau Professor sudah OK untuk menerima saudara) maka tanyakan ada kemungkinan dia mencalonkan (merekomendasikan ) orang asing untuk mendapatkan beasiswa Monbusho nggak. Saat saudara tanya tentang beasiswa Monbusho ke Professor tersebut, biasanya saudara di anjurkan untuk mengikuti Monbusho yang lewat Embassy di negara masing-masing, setelah saudara berhasil, saudara bisa ngontak Professor tersebut lagi untuk membimbing saudara. Memang jawaban seperti diatas sering sekali diucapkan oleh Professor Jepang.
Ada kemungkinan bahwa Professor sibuk dan nggak mau ngurus (sebab untuk apply monbusho recommended by university, Professor lah yang sibuk sekali mulai dari ngambil application ke Foreign Student Office di Universitasnya, terus Professor mengirimkan application itu ke calon mahasiswa, dan setelah diisi oleh calon mahasiswa, terus Professor memberikan application itu ke Foreign Student Office lagi setelah dia ngasih rekomendasi). Kemungkinan lainnya adalah bahwa Professor itu tidak tahu bagaimana cara apply Monbusho recommended by University, mereka hanya tahu cuman dari Embassy saja. Dalam hal ini Saudara harus dengan hati-hati menjelaskan bahwa Professor punya hak untuk merekomendasikan mahasiswa asing untuk mendapatkan beasiswa Monbusho dan bisa ditanyakan ke Foreign Student Office Universitasnya.
Dalam mengontak Professor Jepang usahakan Professor yang ada di universitas negeri. Universitas negeri dapat jatah beasiswa Monbusho besar sekali. Universitas-universitas negeri yang terkenal misalnya :
The University of Tokyo http://www.u-tokyo.ac.jp/
Tokyo Institute of Technology http://www.titech.ac.jp/
Kyoto University http://www.kyoto-u.ac.jp/
Tsukuba University http://www.tsukuba.ac.jp/
Osaka University http://www.osaka-u.ac.jp/
Nagoya University http://www.nagoya-u.ac.jp/
Tidak jarang juga Professor negeri yang tidak tahu tentang beasiswa Monbusho recommended by University.
Surat perkenalan pertama ke Professor Jepang kadang-kadang tidak di jawab. Banyak kemungkinannya, antara lain Professor tersebut tidak bagus Englishnya sehingga untuk membalas dalam bahasa Inggris dia butuh waktu lama, padahal dia sibuk sekali.
Kemungkinan lain di lab. Professor tersebut udah penuh, artinya tidak bisa menampung lagi mahasiswa baru. Tapi jangan kuatir masih ada ribuan Professor-professor yang tersebar di seluruh Universitas di Jepang, silahkan saudara mencoba untuk kontak ke
Professor lainnya.
Cara yang terbagus adalah jika kenalan dengan Professor Jepang dilakukan pada saat ketemu di Conference, Scientific meeting, Kunjungan-kunjungan lab, atau pas ada kerja sama sehingga Professor Jepang datang ke Indonesia. Kalau ada kesempatan seperti
itu, bisa saudara manfaatkan sebaik-baiknya.
Jika semuanya udah OK, dalam arti Professor sanggup menguruskan beasiswa Monbusho, maka Professor lah yang sibuk. Mulai dari ngambil application di Foreign Student Office di Universitasnya, terus ngirim application itu ke saudara (setelah saudara isi lengkap, saudara diharapkan ngembalikan ke Professor lagi), terus Professor ngembalikan lagi application yang sudah saudara isi lengkap ke Foreign Student Office dengan Professor tsb menyertakan rekomendasi bahwa saudara diterima di lab-nya.
Akhirnya Foreign Student Office merekomendasikan candidate ke Monbusho. Setelah diproses oleh Monbusho hasil pengumumannya di beritahukan ke Universitas, dan Universitas memberitahu ke Professor bahwa calon yang direkomendasikan oleh Professor tsb berhasil. Barusan setelah itu Professor memberi tahu saudara. Segala urusan mengenai kedatangan dan penjemputan saudara di urus oleh Professor.
Setelah dapat pemberitahuan bahwa saudara dinyatakan sukses sebagai penerima beasiswa Monbusho, saudara akan mendapatkan sertifikat pernyataan bahwa saudara berhak menerima beasiswa Monbusho untuk research student selama 1.5 tahun. Setelah
mendapatkan beasiswa research student, maka proses berikutnya sama persis dengan beasiswa Monbusho G to G. Hanya waktu research student beasiswa monbusho U to U cuman 1.5 tahun.
Dalam masa research student tersebut saudara harus belajar bahasa jepang, dan persiapan untuk ujian masuk S2 bagi yang ingin melanjutkan program S2 dan ujian masuk S3 bagi yang ingin melanjutkan program S3. Ujian masuk universitas diatur oleh masing-
masing universitas yang dipilih. Ada universitas jepang yang tiap setengah tahun ngadakan ujian masuk, ada juga setiap tahun sekali ujian masuknya. Jika dalam tahun pertama atau pertengahan tahun pertama saudara lulus ujian masuk S2 atau S3 maka status beasiswa research student yang masa waktunya masih lebih akan otomatis di
cancel (dihentikan) dan saudara di daftar sebagai penerima beasiswa S2 (dua tahun lagi, buat yang akan masuk S2) dan S3 (tiga tahun lagi, buat yang akan masuk S3). Tetapi jika dalam masa research student tsb saudara gagal masuk ujian pertama, maka
saudara bisa mengikuti ujian masuk ke dua dan ketiga sampai masa research habis. Jika sampai masa research student habis dan saudara belum bisa masuk ujian, maka saudara di pulangkan. Untuk yang masuk S2, setelah saudara menyelesaikan program Master, dan
jika saudara berkeinginan untuk melanjutkan program S3 maka saudara bisa memperpanjang beasiswa itu untuk masuk program S3 (dan beasiswa akan diperpanjang lagi 3 tahun ke depan).
Nah kesempatan ini, yang bisa di dapat oleh setiap orang tanpa kecuali (tidak harus PNS ataupun karyawan BUMN). Disamping tidak ada quota kita bisa meminta rekomendasi dari berbagai pilihan banyak Professor-Professor Jepang yang tersebar di seluruh universitas Jepang. Dan prosedur beasiswa ini tidak ada hubungannya dengan Kedutaan Jepang di Indonesia. Hanya saja jika saudara diterima beasiswa ini pihak kedutaan jepang mengharapkan saudara untuk melapor bahwa saudara di terima beasiswa monbusho.
Beasiswa Monbusho recommended by university di TOKYO INSTITUTE OF TECHNOLOGY (TIT) Ini adalah sebagai contoh cara apply beasiswa Monbusho U to U di TIT.
Formulir beasiswa monbusho U to U ini bisa di dapat di Foreign Student Office TIT sekitar bulan Desember, tetapi yang berhak mengambil hanya Professor TIT saja, mahasiswa tidak diperbolehkan. Formulir harus diserahkan ke Foreign Student Office TIT paling
lambat 31 Maret, setelah formulir diisi lengkap oleh applicant dan sudah di kasih rekomendasi oleh Professor TIT. Penyerahan formulir ke Foreign Student Office hanya bisa dilakukan oleh Professor TIT.
Aplicant tidak diperbolehkan menyerahkan application langsung.
Pihak Foreign Student Office TIT akan merekomendasikan calon ke Monbusho sekitar pertengahan April. Monbusho akan menyeleksi dan menginformasikan ke Pihak Foreign Student Office TIT pada pertangahan Agustus. Awal Oktober calon mahasiswa diharapkan
kedatangannya ke Jepang. Semua urusan eligibility untuk pengurusan VISA, tiket pesawat ke Jepang diurus semua oleh Foreign Student Office TIT.
Untuk universitas lain seperti The University of Tokyo, Kyoto University dll, deadline penyerahan application, pengumuman serta tata caranya berbeda dengan TIT. Setiap universitas punya aturan yang berbeda-beda.
Perbedaan Beasiswa Monbusho G to G dengan Monbusho U to U
1. Saat pengajuan (saat apply)
Untuk Monbusho G to G, pengajuannya di Kedutaan Jepang (Jakarta), proses seleksi di atur oleh pihak kedutaan Jepang. Syarat utamanya adalah harus PNS atau karyawan BUMN
Untuk Monbusho U to U, pengajuannya ke Professor Jepang dan diteruskan ke Universitas Jepang. Tidak ada persyaratan khusus untuk mendapatkan beasiswa ini (tidak harus PNS atau karywana BUMN).
2. Seleksi
Untuk Monbusho G to G, seleksi diadakan oleh kedutaan Jepang. seleksi tahap pertama penyeleksian dari dokumen-dokumen yang diserahkan pada saat aply, seleksi berikutnya adalah wawancara. Untuk Monbusho U to U, tidak ada sistem seleksi, jika Professor
sudah OK (dalam arti ngasih rekomendasi), maka universitas akan melanjutkan untuk merekomendasikan ke Monbusho. Tetapi jika di universitas tsb terlalu banyak permintaan dari Professor (jumlah Professor yang apply banyak) maka universitas mengadakan seleksi, biasanya seleksi di dasarkan pada kesenioritasan Professor. Untuk itu, usahakan nyari Professor yang senior, yang sudah Full Professor bukan yang Associate Professor. Hal ini untuk menjaga kemungkinan adanya kejadian diatas.
3. Jangka waktu research student
Untuk Monbusho G to G , jangka waktu beasiswa research student adalah 2 tahun
Untuk Monbusho U to U , jangka waktu beasiswa research student adalah 1.5 tahun
4. Pengurusan keberangkatan ke Jepang
Untuk Monbusho G to G, pengurusan keberangkatan ke Jepang di urus atau dibantu oleh pihak kedutaan Jepang. Kedatangan di Jepang di jemput dan diatur oleh AIEJ (Association International Education Japan).
Untuk Monbusho U to U, pengurusan keberangkatan ke Jepang di urus sendiri, tidak ada hubungan dengan kedutaan Jepang, hanya pihak kedutaan Jepang meminta laporan data tentang calon sebelum keberangkatan. Dan kedatangan di Jepang di jemput atau diurus oleh Professornya.
Persamaan Beasiswa Monbusho G to G dengan Monbusho U to U
Setelah sampai di Universitas Jepang, semua sama. Hak-hak yang diperoleh oleh penerima beasiswa monbusho G to G dengan hak yang diterima oleh penerima beasiswa monbusho U to U adalah sama. Hak-haknya antara lain :
Tiket pesawat pulang - pergi dari negara asal ke Jepang
Uang kedatangan pertama kali di Jepang sebesar 25.000 yen
Uang beasiswa perbulan 185.500 yen
Bebas biaya ujian masuk universitas, matrikulasi dan biaya kuliah
Tunjangan bagi yang tinggal di apartemen
Tunjangan untuk scientific meeting, travellling.
Perpanjangan beasiswa dari research student status ke program master atau doktor, dan juga perpanjangan beasiswa dari master ke doktor.
Sumber: www.geocities.com/amwibowo/monbusho.txt

susunan pengurus periode ....
penasehat : Safruddin Dwi Aprianto, Spd (sekarag anggota DPRD propinsi Jambi)
Arahmat Eka Putra, SE (Mantan anggota DPRD Batanghari)
???
Ketua : Jaharuddin
Sekretaris: Mulyadi, S.Pd (sekarang ngajar di SMU unggulan Titian Teras Jambi)
Bendahara: Rahma Winda
Departemen:
Kaderisasi : Rustam Efendi (sekarang dapat amanah dakwah di Bangko)
???
Pengabdian Masyarakat:Yandri Hidayat, SE (terakhir saya dengar di pk baru)
Pembinaan Komisariat:
Komisariat UNJA
Komisariat Universitas Batanghari:
???
tolong dilengkapi ya.
beberapa orang yang masih saya ingat pernah sama-sama mondok di PPM Al Inayah 2 dramaga Bogor adalah:
Ustadz: Wasto, S.Hut, Irfan Syauqi Beik,SP, Msc, ...
Pengurus pondok:
1. Toni Kurniawan
2. ....
Santri:
1. Agus Supriadi (mahasiswa Teknologi pangan Pasca IPB)
2. Jaharuddin (mahasiswa ekonomi pertanian pasca IPB)
3. ???
banyak yang lupa, bagi siapa saja yang ingat tolong dilengkapi ya, sebagian teman-teman wajahnya saya masih ingat tapi namanya lupa. help please
Ustadz: Wasto, S.Hut, Irfan Syauqi Beik,SP, Msc, ...
Pengurus pondok:
1. Toni Kurniawan
2. ....
Santri:
1. Agus Supriadi (mahasiswa Teknologi pangan Pasca IPB)
2. Jaharuddin (mahasiswa ekonomi pertanian pasca IPB)
3. ???
banyak yang lupa, bagi siapa saja yang ingat tolong dilengkapi ya, sebagian teman-teman wajahnya saya masih ingat tapi namanya lupa. help please

Ketua Umum : Yulli Widi Astono, SP
Sekretaris : Doni
Bendahara :
Departemen :
Kaderisasi : Patria Riza, Jaharuddin, Rina,M Ridwan (MIPA)
Kajian Strategis: Samsani, Agus Supriadi, Iseu,
Pengabdian Masyarakat:Mulyanto, ...
Ketua Komisariat:
Universitas Juanda :
Akademi Kimia Analisis:
banyak yang lupa, kalau ada yang kebetulan lihat posting ini dan tahu susunan pengurus lengkapnya tolong di tambahkan dan di koreksi ya, bisa di emailkan ke jaharuddin@gmail.com.
saya tuliskan susunan pengurus ini dan semua yang terkait dengan KAMMI daerah bogor dalam rangka menjaga shilaturahmi diantara kita semua, bahkan saya berkeinginan untuk meng up date data semua rekan yang ada, agar shilatruhami tidak terputus. jika ada foto juga sangat5 membantu mengingat dan menyambung silahturahmi