Kanan ke kiri: Acha, Saya, Dr.-Ing Bondan Halim Winartomo, dan Bakti di Nurnberg, 2010 |
Saya tinggal di bagian utaranya Jerman, tepatnya dikota Hannover, sedangkan Dr.-Ing Bondan Halim Winartomo saat ini tinggal di kota Nurnberg, di daerah selatannya Jerman. Terpisah 464 km, 4 jam 20 menit perjalan kereta api. Saya berkenalan dengannya, karena beliau merupakan orang yang diberikan kontaknya kepada saya ketika mempersiapkan diri berangkat ke Jerman.
Di Jakarta, saya berkenalan dengan Dipl-Ing Hafit Ishandono, yang merupakan teman satu angkatan Dr.-Ing Bondan Halim Winartomo ketika berangkat ke Jerman. dan bukan hanya teman satu angkatan, mereka berdua pernah lama tinggal satu kota di Nurnberg.
Jadilah ketika saya pertama kali menginjakkan kaki di Jerman, orang pertama diluar kota Hannover yang saya datangi adalah keluarga Dr.-Ing Bondan Halim Winartomo ini. Saya bermalam dirumahnya, saya berkenalan dengan keluarganya yang ramah dan hangat. Kami sekeluarga berkenalan dengan istrinya yang bernama ibu Marfuah Sembiring, yang ternyata adik kandung Menkoinfo, bapak Tifatul Sembiring.
Saya juga berkenalan dengan anak-anak beliau, Maryam, Fatih, Isa dan yang paling kecil (saya lupa namanya). Interaksi kami berlanjut di beberapa kegiatan, dan yang bagi saya sangat terkesan adalah kerendahan hati beliau membimbing kami yang baru datang dinegeri minoritas agar bisa menjaga identitas sebagai muslim, saat yang sama tetap bergaul dan beraktivitas seperti biasa.
Hari-hari pertama saya sampai di Jerman, saya mendapat telepon dari Dr-Ing Bondan, anda bisa membayangkan bagaimana senangnya, dinegeri asing, ada orang yang mau menelpon kita yang baru datang. Beliau, menanyakan kabar saya sekeluarga, bercerita bagaimana tips tinggal dinegeri minoritas, diceritakan bagaimana mencari makanan halal, dijelaskan bagaimana menggunakan pemanas ruangan, karena kami datang awal musim dingin, diceritakan bagaimana melihat dan mencari jadwal sholat, masjid, termasuk dijelaskan bagaimana mengunakan toilet di Jerman , yang memang berbeda dibanding Indonesia.
Singkat cerita, saya dan keluarga merasa sangat terbantu dengan penjelasan dan bimbingan beliau. Nah, awalnya saya menyangka, beliau orang biasa-biasa saja, namun setelah kenal lebih jauh, saya mengagumi sosok beliau, yang sangat cerdas, pintar dan berprestasi, dan tetap rendah hati, jauh dari kesombongan. Dr.-Ing.
Bondan Halim Winartomo lahir di Yogyakarta. Pakar Teknik Mesin yang
meraih gelar Dr.-Ing. dari Rheinisch-Westfälischen Technischen Hochschule (RWTH) Aachen pada 2006, dengan penelitian berjudul : "Untersuchung der Strömungsverhältnisse von Kernsandmischungen und Modellierung von Mehrphasenströmung beim Kernschießprozess" Von der Fakultät für Georessourcen und Materialtechnik der RWTH Aachen.
RWTH Aachen, adalah tempat Prof. BJ Habibie menimba ilmu, salah satu universitas elit di Jerman. Hanya orang-orang yang sangat cerdas yang bisa masuk RWTH Aachen, salah satunya Dr.-Ing Bondan. Beliau telah berkarya di Jerman lebih dari 18 tahun. Banyak aktivitas yang telah dilakukan, pernah mengelola Forum Komunikasi Masyarakat Muslim se-Jerman (FORKOM), dan juga mengelola Yayasan Bimbingan Haji ARAFAH.
Kecerdasan beliau dimanfaatkan maksimal untuk pengembangan umat, disamping menguasai bahasa Jerman, Inggris, juga beliau menguasai bahasa Arab, dan tentunya bahasa Indonesia. Jadilah beliau menjadi rujukan tentang berbagai hal yang terkait dengan aktivitas keseharian masyarakat muslim di Jerman.
RWTH Aachen, adalah tempat Prof. BJ Habibie menimba ilmu, salah satu universitas elit di Jerman. Hanya orang-orang yang sangat cerdas yang bisa masuk RWTH Aachen, salah satunya Dr.-Ing Bondan. Beliau telah berkarya di Jerman lebih dari 18 tahun. Banyak aktivitas yang telah dilakukan, pernah mengelola Forum Komunikasi Masyarakat Muslim se-Jerman (FORKOM), dan juga mengelola Yayasan Bimbingan Haji ARAFAH.
Kecerdasan beliau dimanfaatkan maksimal untuk pengembangan umat, disamping menguasai bahasa Jerman, Inggris, juga beliau menguasai bahasa Arab, dan tentunya bahasa Indonesia. Jadilah beliau menjadi rujukan tentang berbagai hal yang terkait dengan aktivitas keseharian masyarakat muslim di Jerman.
Paling baru, saya mengikuti diskusi beliau seputar penetapan hari pertama ramadhan dan penetapan sholat Isya di Jama' atau tidak saat musim panas ini. Jawaban beliau sungguh runut, jelas dan menentramkan.
Bukan hanya pakar Teknik Mesin, juga ulama, keluarga ini juga berhasil mendidik anak-anaknya. Mengenai pendidikan anak merupakan topik yang sering dibahas di Jerman, karena tantangannya amatlah besar. Anak-anak yang dilahirkan dan dididik di Jerman, diajarkan untuk mandiri, dan sampai umur tertentu (17 atau 18 tahun), orang tua tidak diperbolehkan mencampuri urusan anak-anaknya, termasuk urusan agama dan akhlak anak-anaknya, ada aturan hukum yang memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk menentukan sendiri jalan hidupnya.
Coba anda bayangkan jika anak-anak muslim, dari keluarga baik-baik ternyata salah jalan, maka kehancuran aqidah dan akhlak lah yang terjadi, dan kalau anda pernah datang dan tinggal di Jerman, inilah yang terjadi terhadap generasi muda di Jerman saat ini, karena mereka diberi kebebasan sebebas bebasnya, tanpa bimbingan, maka akhirnya yang terjadi adalah minum al-khohol, hidup serumah tanpa menikah, dan budaya rusak lainnya.
Melalui proses inilah kerusakan generasi muda diawali, banyak orang tua muslim khawatir sekali dengan budaya ini, bahkan ada orang tua, walaupun sudah mapan pekerjaan dan kehidupan di Jerman, setelah melihat anak-anaknya menginjak remaja, dan khawatir dengan pergaulan dan lingkungan anak-anak, akhirnya memutuskan untuk kembali ketanah air, memulai karir dan kehidupan yang baru.
Kondisi ini sangat disadari oleh keluarga Dr.-Ing Bondan, dan apa yang dilakukan keluarga ini agar anak-anaknya bisa imun dari lingkungannya yang rusak?
Setahu saya semua anak beliau yang saat ini berjumlah empat orang, semuanya dilahirkan di Jerman, yang paling besar bernama Maryam, saat ini sekolah Gymnasium (setara SMA di Indonesia). Maryam bergaul dengan teman-teman lainnya. Dan uniknya Maryam, malah dengan kesadaran sendiri, tanpa disuruh, saat memasuki umur baligh, minta mengunakan jilbab. Bagi saya, ini luar biasa, pada saat Maryam mempunyai pilihan untuk bebas, termasuk memutuskan apa yang akan dilakukan. Malah Maryam memutuskan untuk menunjukkan identitas Islamnya kepada teman-temannya, dengan penuh kesadaran dan bangga dengan identitas keIslaman tersebut.
Coba anda bayangkan jika anak-anak muslim, dari keluarga baik-baik ternyata salah jalan, maka kehancuran aqidah dan akhlak lah yang terjadi, dan kalau anda pernah datang dan tinggal di Jerman, inilah yang terjadi terhadap generasi muda di Jerman saat ini, karena mereka diberi kebebasan sebebas bebasnya, tanpa bimbingan, maka akhirnya yang terjadi adalah minum al-khohol, hidup serumah tanpa menikah, dan budaya rusak lainnya.
Melalui proses inilah kerusakan generasi muda diawali, banyak orang tua muslim khawatir sekali dengan budaya ini, bahkan ada orang tua, walaupun sudah mapan pekerjaan dan kehidupan di Jerman, setelah melihat anak-anaknya menginjak remaja, dan khawatir dengan pergaulan dan lingkungan anak-anak, akhirnya memutuskan untuk kembali ketanah air, memulai karir dan kehidupan yang baru.
Kondisi ini sangat disadari oleh keluarga Dr.-Ing Bondan, dan apa yang dilakukan keluarga ini agar anak-anaknya bisa imun dari lingkungannya yang rusak?
Setahu saya semua anak beliau yang saat ini berjumlah empat orang, semuanya dilahirkan di Jerman, yang paling besar bernama Maryam, saat ini sekolah Gymnasium (setara SMA di Indonesia). Maryam bergaul dengan teman-teman lainnya. Dan uniknya Maryam, malah dengan kesadaran sendiri, tanpa disuruh, saat memasuki umur baligh, minta mengunakan jilbab. Bagi saya, ini luar biasa, pada saat Maryam mempunyai pilihan untuk bebas, termasuk memutuskan apa yang akan dilakukan. Malah Maryam memutuskan untuk menunjukkan identitas Islamnya kepada teman-temannya, dengan penuh kesadaran dan bangga dengan identitas keIslaman tersebut.
Makanya, ketika saya bertemu dengan teman-teman Indonesia, yang sedang bekerja dan berencana menetap lama di Jerman, saya sangat menganjurkan untuk banyak-banyak menggali pengalaman keluarga Dr.-Ing Bondan Halim Winartomo dalam mendidik anak. Pada saat anak-anak di Jerman dididik menjadi bebas, sebebasnya, keluarga ini mampu mendidik anak-anaknya dengan baik.
Bahkan, saya mendengar anak-anak mereka, juga menghapal Al-Qur'an, dan pernah mendapatkan penghargaan dalam menghapal Al-Qur'an dari Islamic Center Nurnberg. Kalau di Indonesia, ini sudah biasa, tapi kalau di Jerman, ada keluarga Indonesia yang bisa mengkondisikan anak-anaknya menjadi penghapal Al-Qur'an ini LUAR BIASA.
Musim Panas, Hannover, Jerman, 13 Ramadhan 1434H/22 Juli 2013.
Catatan: Tulisan ini adalah opini penulis
Musim Panas, Hannover, Jerman, 13 Ramadhan 1434H/22 Juli 2013.
Catatan: Tulisan ini adalah opini penulis
Serial: Ilmuan Indonesia di Eropa
Muda, pekerja keras, sukses dan religius, kesan pertama saya ketika bertemu beliau. Pria kelahiran Jakarta tahun 1981 berasal dari keturunan Jawa. Beliau bercerita orang tuanya selalu memesan bahwa dia berasal dari Jawa...:). Dalam usia masih sangat muda, beliau berhasil menyelesaikan program doktornya (S3) di Leibniz Universitat Hannover. Master di jurusan Sensor und Automatisierung dan sarjana pada jurusan Produkctionstechnic-Mbau dari Hochschule Hannover.
Saat ini beliau bekerja sebagai project leader disalah satu perusahaan kenamaan di Jerman. Berkali-kali beliau bercerita jika ketemu dengan koleganya dari negara lain, maka koleganya menyangka dia tidak berasal dari Indonesia. Mengapa demikian, mungkin anda sendiri bisa menebak...:), coba perhatikan fotonya di atas.
Sepertinya beliau akan mengabdikan ilmunya ditanah rantau, walaupun dari berbagai pertemuan saya dengannya, sering juga terucap, suatu hari ingin mengabdikan ilmu, pengetahuan, pengalaman yang didapatkan ditanah rantau, ditanah air. Hayooo, bagi perusahaan yang berminat mengandeng ilmuan berbasis industri ini, cepat kontak.
Lika liku perjuangan beliau dalam menyelesaikan studinya cukup heroik, banyak sudah pekerjaan ala student yang dilakoni, mulai dari tukang parkir, jaga pameran, dan bekerja apapun di universitas asal halal. Pernah juga dalam proses menyelesaikan studi tinggal diappartemen yang bersahaja, padahal saat itu beliau sudah memberanikan diri menyunting tambatan hati.

Di Hannover pula, beliau menemukan tambatan hati, seorang muslimah yang juga student dari Indonesia, saat beliau sedang menjalankan studi master, mereka melangsungkan pernikahan, nama istri beliau Rizky Mira Harini. Seorang muslimah yang sangat aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan dakwah Islam. Sehari-hari beliau dipanggil bu/mbak Mira. Dari pernikahan mereka, saat ini mereka dikaruniai dua orang putra yang cerdas dan ganteng, Daffa dan Syamil.
Ketika saya mengamati keluarga muda yang sukses ini, saya mendapatkan semangat yang menyala-nyala dalam berbuat untuk masyarakat, anda dengan mudah menemukan pak Joharsyah menyediakan waktu, tenaga dan tentunya merogoh kantongnya sendiri, untuk melayani student dan masyarakat Indonesia yang baru datang ke kota Hanover. Student yang baru datang di Hannover, beliau ajak tour kota Hannover, beliau perkenalkan dimana mengurus visa, masjid, makanan halal, dan obyek wisata. Rumahnya yang sangat besar nan asri (3,5 lantai), tidak pernah sepi dari kegiatan kemasyarakatan, mulai dari pengajian, ramah tamah, rapat, atau acara santai lainnya seperti grillen. Dilantai bawah rumah beliau ada musolla yang diberi nama "Musolla Istiqlal", satu-satunya musolla Indonesia di kota Hannover. Beliau bertekad suatu hari harus ada masjid Indonesia di kota Hannover, saat ini beliau sedang mendirikan yayasan yang berbadan hukum legal di Jerman (e.V) yang bernama ADDUHA, yayasan inilah nantinya yang akan dijadikan dasar hukum untuk mendirikan masjid.
Suatu hari pernah terdengar cerita, tetangganya "komplain" karena rumahnya selalu ramai, tetangganya menyangka mereka menjalankan bisnis tertentu, padahal orang-orang yang datang kerumahnya adalah para student dan masyarakat Indonesia yang ada di kota Hannover, atau kota lainnya di Jerman, untuk berbagai keperluan.
Berasa rumah beliau yang megah dan besar itu, menjadi rumah masyarakat, tempat masyarakat bisa berbagi dalam berbagai hal. Makanya saya sering kali mengibaratkan pak Joharysah adalah walikota Hannover, karena peran yang beliau dan keluarga lakukan, memang benar-benar riil melayani masyarakat, tanpa pernah mengeluh. Adakalanya saya menemukan, pak Joharsyah baru keliling negara lainnya di Eropa dalam rangka dinas kantornya, berpuluh-puluh jam menekan pedal gas mobilnya untuk melintasi benua eropa dari satu negara ke negara lainnya, setelah sampai di Hannover, dia ditodong untuk ikut rapat warga, rapat pengajian, atau mendapatkan keluh kesah masyarakat, padahal anda kebayangkan capeknya....paling kalau capek banget beliau hanya cerita, ...dengan senyumnya yang khas..dia bilang...barusan baru pulang dari perjalanan membelah benua Eropa...trus sekarang kita rapat...hayoooo....:)
Semoga dedikasi pengabdian, amal dan pengetahuan serta keahlian yang beliau miliki serta keluarga berikan untuk masyarakat menjadi amal ibadah pemberat timbangan kebajikan diakhirat kelak. dan saya yakin, Allah tidak pernah tidur mencatat kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan. Semoga keluarga ini bisa bertahan lama di Hannover, sehingga menjadi penjaga soliditas masyarakat, dan menjaga moralitas masyarakat, dan kita berdo'a semoga kesehatan dan keberkahan selalu mengiringi perjuangan keluarga muda ini. Aamiin.
Bagi anda para orang tua yang mengirim putra-putrinya sekolah ke kota Hannover, saya menyarankan anda untuk mengontak keluarga muda ini, titipkan putra putri anda ke mereka untuk dibimbing, agar tidak salah bergaul, beliau bisa dikontak melalui email: joharsyah@gmx.de, atau istri beliau bu Mira, emailnya: smilerini@yahoo.de.
Sepertinya beliau akan mengabdikan ilmunya ditanah rantau, walaupun dari berbagai pertemuan saya dengannya, sering juga terucap, suatu hari ingin mengabdikan ilmu, pengetahuan, pengalaman yang didapatkan ditanah rantau, ditanah air. Hayooo, bagi perusahaan yang berminat mengandeng ilmuan berbasis industri ini, cepat kontak.
Lika liku perjuangan beliau dalam menyelesaikan studinya cukup heroik, banyak sudah pekerjaan ala student yang dilakoni, mulai dari tukang parkir, jaga pameran, dan bekerja apapun di universitas asal halal. Pernah juga dalam proses menyelesaikan studi tinggal diappartemen yang bersahaja, padahal saat itu beliau sudah memberanikan diri menyunting tambatan hati.

Di Hannover pula, beliau menemukan tambatan hati, seorang muslimah yang juga student dari Indonesia, saat beliau sedang menjalankan studi master, mereka melangsungkan pernikahan, nama istri beliau Rizky Mira Harini. Seorang muslimah yang sangat aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan dakwah Islam. Sehari-hari beliau dipanggil bu/mbak Mira. Dari pernikahan mereka, saat ini mereka dikaruniai dua orang putra yang cerdas dan ganteng, Daffa dan Syamil.
Ketika saya mengamati keluarga muda yang sukses ini, saya mendapatkan semangat yang menyala-nyala dalam berbuat untuk masyarakat, anda dengan mudah menemukan pak Joharsyah menyediakan waktu, tenaga dan tentunya merogoh kantongnya sendiri, untuk melayani student dan masyarakat Indonesia yang baru datang ke kota Hanover. Student yang baru datang di Hannover, beliau ajak tour kota Hannover, beliau perkenalkan dimana mengurus visa, masjid, makanan halal, dan obyek wisata. Rumahnya yang sangat besar nan asri (3,5 lantai), tidak pernah sepi dari kegiatan kemasyarakatan, mulai dari pengajian, ramah tamah, rapat, atau acara santai lainnya seperti grillen. Dilantai bawah rumah beliau ada musolla yang diberi nama "Musolla Istiqlal", satu-satunya musolla Indonesia di kota Hannover. Beliau bertekad suatu hari harus ada masjid Indonesia di kota Hannover, saat ini beliau sedang mendirikan yayasan yang berbadan hukum legal di Jerman (e.V) yang bernama ADDUHA, yayasan inilah nantinya yang akan dijadikan dasar hukum untuk mendirikan masjid.
Suatu hari pernah terdengar cerita, tetangganya "komplain" karena rumahnya selalu ramai, tetangganya menyangka mereka menjalankan bisnis tertentu, padahal orang-orang yang datang kerumahnya adalah para student dan masyarakat Indonesia yang ada di kota Hannover, atau kota lainnya di Jerman, untuk berbagai keperluan.
Berasa rumah beliau yang megah dan besar itu, menjadi rumah masyarakat, tempat masyarakat bisa berbagi dalam berbagai hal. Makanya saya sering kali mengibaratkan pak Joharysah adalah walikota Hannover, karena peran yang beliau dan keluarga lakukan, memang benar-benar riil melayani masyarakat, tanpa pernah mengeluh. Adakalanya saya menemukan, pak Joharsyah baru keliling negara lainnya di Eropa dalam rangka dinas kantornya, berpuluh-puluh jam menekan pedal gas mobilnya untuk melintasi benua eropa dari satu negara ke negara lainnya, setelah sampai di Hannover, dia ditodong untuk ikut rapat warga, rapat pengajian, atau mendapatkan keluh kesah masyarakat, padahal anda kebayangkan capeknya....paling kalau capek banget beliau hanya cerita, ...dengan senyumnya yang khas..dia bilang...barusan baru pulang dari perjalanan membelah benua Eropa...trus sekarang kita rapat...hayoooo....:)
Semoga dedikasi pengabdian, amal dan pengetahuan serta keahlian yang beliau miliki serta keluarga berikan untuk masyarakat menjadi amal ibadah pemberat timbangan kebajikan diakhirat kelak. dan saya yakin, Allah tidak pernah tidur mencatat kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan. Semoga keluarga ini bisa bertahan lama di Hannover, sehingga menjadi penjaga soliditas masyarakat, dan menjaga moralitas masyarakat, dan kita berdo'a semoga kesehatan dan keberkahan selalu mengiringi perjuangan keluarga muda ini. Aamiin.
Bagi anda para orang tua yang mengirim putra-putrinya sekolah ke kota Hannover, saya menyarankan anda untuk mengontak keluarga muda ini, titipkan putra putri anda ke mereka untuk dibimbing, agar tidak salah bergaul, beliau bisa dikontak melalui email: joharsyah@gmx.de, atau istri beliau bu Mira, emailnya: smilerini@yahoo.de.
Serial: Ilmuan Indonesia di Eropa
Ustadz Maemun Fauzi adalah putra mahkota Pondok Pesantren Gedongan, Pangenan, Cirebon. Istri beliau Ustadzah Nida Dusturia putri KH Romli Cholil (tokoh ulama Jawa Barat dan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hidayah Balerente, Cirebon), perpaduan dua keluarga pondok pesantren besar NU di Indonesia.
Ustadz Maemun Fauzi adalah putra mahkota Pondok Pesantren Gedongan, Pangenan, Cirebon. Istri beliau Ustadzah Nida Dusturia putri KH Romli Cholil (tokoh ulama Jawa Barat dan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Hidayah Balerente, Cirebon), perpaduan dua keluarga pondok pesantren besar NU di Indonesia.
Aktivis muda yang mengelorakan masa mudanya di pondok pesantren dan pergerakan Islam, sebelum berlabuh di Jerman, beliau mengenyam pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Udaya, Bali. Kemudian melanjutkan ke Pasca sarjana di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saat masih di Indonesia beliau pernah menjadi Ketua Departemen Kajian Strategis KAMMI Bali, juga pernah menjadi Ketua Departemen Pembinaan Wilayah KAMMI Pusat, dan Ketua Bidang Pengembangan Organisasi KAMMI Pusat di Jakarta.
Beliau meneruskan pendidikan di Institut Fertigungtechnik und Werkzeugmachinen, Leibniz Universitat Hannover, Jerman. Saat ini meneruskan studi di Institut Airforce Technology (IAT) Universitas Bremen, Jerman. Darah Aktivis kental dalam tubuhnya, baru saja sampai di Jerman, beliau langsung didaulat menjadi Presiden Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia (FORKOM) se-Jerman, periode 2004-2005. Melalui FORKOM ini akhirnya beliau dikenal luas dibanyak kota di Jerman. Sudah sangat banyak majlis ilmu di kota-kota di Jerman yang mengundang beliau sebagai narasumber. Beliau banyak berkontribusi dalam perbaikan generasi muda, karena beliau mempunyai modal yang mumpuni dalam mengelola ummat.
Beliau meneruskan pendidikan di Institut Fertigungtechnik und Werkzeugmachinen, Leibniz Universitat Hannover, Jerman. Saat ini meneruskan studi di Institut Airforce Technology (IAT) Universitas Bremen, Jerman. Darah Aktivis kental dalam tubuhnya, baru saja sampai di Jerman, beliau langsung didaulat menjadi Presiden Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia (FORKOM) se-Jerman, periode 2004-2005. Melalui FORKOM ini akhirnya beliau dikenal luas dibanyak kota di Jerman. Sudah sangat banyak majlis ilmu di kota-kota di Jerman yang mengundang beliau sebagai narasumber. Beliau banyak berkontribusi dalam perbaikan generasi muda, karena beliau mempunyai modal yang mumpuni dalam mengelola ummat.
Disamping menguasai ilmu agama dan tentunya bahasa Arab, beliau juga menguasai bahasa mandarin, dan bahasa Jerman. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) Hamburg, dan KJRI Frankfurt, menjadi langanan tetap jika ada perayaan hari besar Islam, seperti idul fitri, idul adha, dan hari besar lainnya. Bahkan saat ini beliau bukan hanya dikenal di Jerman, beliau juga diminta untuk menjadi narasumber di beberapa negara lainnya, seperti di Austria, Universiti Sain Malaysia (USM) Penang, Universitas California, Los Anggless.
Saat ini beliau sedang mendalami proses otomatisasi dalam produksi pesawat terbang, kerjasama Universitas Bremen dan Airbus. dan juga sedang mengerjakan proyek berupa robotisasi proses produksi di Airbus.
Beliau bisa dihubungi di email: maemun@gmail.com atau mmaemun@uni-bremen.de
Hannover, Jerman, musim semi, 27 Maret 2013
Penulis: Jaharuddin
Saat ini beliau sedang mendalami proses otomatisasi dalam produksi pesawat terbang, kerjasama Universitas Bremen dan Airbus. dan juga sedang mengerjakan proyek berupa robotisasi proses produksi di Airbus.
Beliau bisa dihubungi di email: maemun@gmail.com atau mmaemun@uni-bremen.de
Hannover, Jerman, musim semi, 27 Maret 2013
Penulis: Jaharuddin
Serial: Ilmuan Indonesia di Eropa
Saya beruntung bisa bertemu dan berinteraksi dengan Bapak Dr.rer.nat Makky Sandra Jaya, Putra asli Indonesia yang saat ini melakukan penelitian bidang Geothermal (panas bumi). Indonesia merupakan negara nomor dua terbesar di dunia yang mempunyai cadangan panas bumi.
Saya beruntung bisa bertemu dan berinteraksi dengan Bapak Dr.rer.nat Makky Sandra Jaya, Putra asli Indonesia yang saat ini melakukan penelitian bidang Geothermal (panas bumi). Indonesia merupakan negara nomor dua terbesar di dunia yang mempunyai cadangan panas bumi.
Bidang ini menjadi sangat strategis dimasa kini dan masa mendatang, karena Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah besar di bidang energi, saat ini Indonesia sedang menghadapi net importir minyak, artinya saat ini Indonesia merupakan negara pengimpor minyak bumi, implikasinya adalah cukup besar anggaran negara yang digunakan untuk subsidi energi, saat ini saja sekitar 100-an Triliun anggaran APBN, dan diperkirakan akhir tahun 2012 ini anggaran APBN yang digunakan untuk subsidi energi adalah sebesar Rp. 305 Triliun, ini berarti sekitar 20% APBN digunakan hanya untuk subsidi energi. alangkah sayangnya anggaran sebesar itu hanya dialokasikan untuk subsidi energi.
Terkait dengan panas bumi, di darat saja, 40% cadangan panas bumi dunia berada di Indonesia, belum termasuk cadangan yang berada di laut. Melihat peluang ini Dr.-rer.nat Makky S Jaya, merekrut putra-putri terbaik bangsa untuk mengadakan penelitian sebagai mahasiswa Doktoran (S3) di Jerman, agar panas bumi di Indonesia bukan hanya menjadi cadangan, namun benar-benar menjadi nyata bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
Dr.-rer.nat Makky Sandra Jaya merupakan Doktor lulusan Geophysical Institute, University of Karlsruhe, Germany, beliau lulusan dari ITS Surabaya Jurusan Fisika, kemudian meneruskan Master dan Doktor di Jerman. Judul Disertasi beliau "Imaging Reflection Seismic Data using the Method of Velocity Continuation", selama berkarir di Jerman sangat banyak Konferensi dan Pelatihan yang beliau ikuti. Puluhan paper ilmiah juga sudah beliau terbitkan di jurnal-jurnal Internasional.
Sehari-hari beliau sebagai Senior Scientist and project management pada GFZ (GeoForschungZentrum) Postdam, Berlin, dan juga ketua pengurus masjid Al-Falah di Berlin, dulu waktu saya kuliah, saya punya gantungan kunci bertuliskan "Otak Jerman, Hati Mekkah", mungkin sangat tepat kata-kata ini dialamatkan ke beliau, karena disamping Dr.-rer.nat Makky mempunyai ilmu yang dalam dibidangnya, beliau juga mengalokasikan waktunya untuk mengurusi umat dengan cara aktif mengelola masjid dan umat Islam di Berlin, bahkan di Jerman.
Dr.-rer.nat Makky Sandra Jaya merupakan Doktor lulusan Geophysical Institute, University of Karlsruhe, Germany, beliau lulusan dari ITS Surabaya Jurusan Fisika, kemudian meneruskan Master dan Doktor di Jerman. Judul Disertasi beliau "Imaging Reflection Seismic Data using the Method of Velocity Continuation", selama berkarir di Jerman sangat banyak Konferensi dan Pelatihan yang beliau ikuti. Puluhan paper ilmiah juga sudah beliau terbitkan di jurnal-jurnal Internasional.
Sehari-hari beliau sebagai Senior Scientist and project management pada GFZ (GeoForschungZentrum) Postdam, Berlin, dan juga ketua pengurus masjid Al-Falah di Berlin, dulu waktu saya kuliah, saya punya gantungan kunci bertuliskan "Otak Jerman, Hati Mekkah", mungkin sangat tepat kata-kata ini dialamatkan ke beliau, karena disamping Dr.-rer.nat Makky mempunyai ilmu yang dalam dibidangnya, beliau juga mengalokasikan waktunya untuk mengurusi umat dengan cara aktif mengelola masjid dan umat Islam di Berlin, bahkan di Jerman.
A.5.1 Leibnizhaus,
Ramadhan 1433H, Hannover, 23 Juli 2012
Jaharuddin