Oleh: Jaharuddin
Sebagian dari kita pernah merasakan gembiranya saat anda dinyatakan lulus dan mendapat beasiswa untuk kuliah di luar negeri.Suatu karunia Allah yang patut untuk disyukuri dalam rangka mendekatkan diri pada sang pencipta alam dan semua makhluk, Allah Azza wa jalla.
Pagi ini, saya bertemu dengan seorang sahabat penerima beasiswa dari suatu lembaga (sengaja nama tidak disebutkan), dan bercerita, alhamdulilah setelah 4 bulan menunggu, akhirnya beasiswanya cair juga, dan ini bukan cerita pertama yang saya dengar, cukup banyak cerita sejenis dengan variasinya masing-masing. Saya tergelitik, untuk menuliskan kisah ini, untuk diambil pelajaran, sama sekali tidak bermaksud menjelek-jelekkan pihak manapun. Point utama yang saya mau share adalah pelajaran yang bisa diambil, sehingga siapapun bisa lebih siap, ketika berangkat studi ke luar negeri, dengan specifikasi kasus di Jerman.
Mungkin ada juga yang berfikiran, "sudah beruntung anda mendapatkan beasiswa, artinya dibiayai oleh sponsor untuk kuliah, bukankah sebagian besar mahasiswa kuliah dengan berjuang sendiri, bisa dari beasiswa orang tua atau bekerja banting tulang untuk menyelesaikan studi". Sekali lagi saya tidak memungkiri, siapapun anda yang saat ini mendapatkan beasiswa, berupayalah untuk mensyukuri kondisi yang anda alami dan banyak mengambil pelajaran dari tantangan yang anda hadapi.
Pelajaran
Ketika anda sudah mengambil keputusan untuk aplikasi sekolah dan beasiswa ke luar negeri, maka dari awal anda harus menyiapkan mental, siap menghadapi tantangan yang mungkin timbul dalam proses perjuangan menyelesaikan studi. Tantangan mungkin timbul sejak anda aplikasi sampai anda akhirnya benar-benar selesai, bahkan sebagian harus pulang tidak sesuai harapan. Beberapa tantangan tersebut bisa berupa: (1). Kesiapan untuk jauh dari keluarga, terutama bagi anda yang sudah menikah, karena tidak banyak pihak pemberi beasiswa yang meng cover biaya membawa keluarga, sepengetahuan saya untuk ke Jerman, yang juga meng cover biaya untuk keluarga adalah DAAD. (2). Kesiapan jika beasiswa tidak teratur, seperti terlambat, bahkan bisa jadi diputus. Untuk mengantisipasi kondisi ini, ada baiknya menyisihkan sebagian dari beasiswa pada setiap bulannya untuk tabungan, sehingga jika kondisi kritis terjadi maka ada cadangan dana yang bisa dipakai. Alternatif lain yang bisa dilakukan, adalah bekerja paruk waktu. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kerja paruk waktu, terutama dikota-kota di Jerman. Bisa bekerja di Kampus, seperti penjaga perpustakaan, membantu di lab, bekerja di toko, sampai menjadi loper koran pada pagi hari. Dari bekerja paruh waktu ini biasanya bisa mencukupi untuk biaya sendiri. Ada beberapa agency yang bisa di hubungi seperti: job center, http://www.rasant-personal-leasing.de/, dll (3).
Pelajaran
Ketika anda sudah mengambil keputusan untuk aplikasi sekolah dan beasiswa ke luar negeri, maka dari awal anda harus menyiapkan mental, siap menghadapi tantangan yang mungkin timbul dalam proses perjuangan menyelesaikan studi. Tantangan mungkin timbul sejak anda aplikasi sampai anda akhirnya benar-benar selesai, bahkan sebagian harus pulang tidak sesuai harapan. Beberapa tantangan tersebut bisa berupa: (1). Kesiapan untuk jauh dari keluarga, terutama bagi anda yang sudah menikah, karena tidak banyak pihak pemberi beasiswa yang meng cover biaya membawa keluarga, sepengetahuan saya untuk ke Jerman, yang juga meng cover biaya untuk keluarga adalah DAAD. (2). Kesiapan jika beasiswa tidak teratur, seperti terlambat, bahkan bisa jadi diputus. Untuk mengantisipasi kondisi ini, ada baiknya menyisihkan sebagian dari beasiswa pada setiap bulannya untuk tabungan, sehingga jika kondisi kritis terjadi maka ada cadangan dana yang bisa dipakai. Alternatif lain yang bisa dilakukan, adalah bekerja paruk waktu. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kerja paruk waktu, terutama dikota-kota di Jerman. Bisa bekerja di Kampus, seperti penjaga perpustakaan, membantu di lab, bekerja di toko, sampai menjadi loper koran pada pagi hari. Dari bekerja paruh waktu ini biasanya bisa mencukupi untuk biaya sendiri. Ada beberapa agency yang bisa di hubungi seperti: job center, http://www.rasant-personal-leasing.de/, dll (3).
Dari Interaksi dengan teman-teman, ada beberapa yang menanyakan seputar bagaimana langkah-langkah mendapatkan beasiswa ke uar negeri, dari pengalaman saya mendapatkan beasiswa dan kuliah ke Jerman, berikut saya tuliskan beberapa langkah yang bisa dilakukan, dengan harapan bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi orang lain.
Pertama, tentukan bidang studi dan negara yang akan menjadi target untuk tempat studi. Buat daftar prioritas dan kelebihan-kekurangan masing2 tempat.
Contoh:
1. Singapura, bidang studi ........ ? kelebihannya lokasi dekat Indonesia sehingga memungkinkan untuk berkumpul dengan keluarga besar, bahasa pengantar bahasa Inggris, kekurangan adakah uang tunjangan untuk anak dan keluarga ? fasilitas tempat penitipan anak selama kita di kampus? manajemen keuangan (beasiswa untuk satu orang dibagi menjadi untuk satu keluarga, kalau hanya salah satu yang dapat beasiswa, kalau dua-duanya dapat beasiswa akan lebih nyaman)
2. Jerman, bidang studi........? kelebihannya kualitas pendidikan (khususnya teknik) merupakan jaminan mutu, ada uang tunjangan untuk anak, fasilitas untuk bermain dan penitipan anak tersedia dan terjangkau untuk kantong mahasiswa (per bulan, kami hanya perlu membayar uang makan siang saja yang kalau dibagi per hari sekolah anak-anak berkisar 1 euro 20 sen).
kekurangan jauh dari keluarga (akan sulit untuk pulang balik ke Indonesia karena tiket pesawat apalagi sekeluarga
mahal sekali), bahasa pengantar di beberapa universitas dan program studi adalah bahasa Jerman. Kalau masuk ke program internasional yang berbahasa Inggris, namun untuk sehari-hari di lab maupun di luar kampus tetap membutuhkan penguasaan bahasa Jerman.

dll
Kedua, Alhamdulillah sekarang hampir semua negara menawarkan beasiswa untuk studi kepada mahasiswa Indonesia, selain beasiswa dari pemerintah kita sendiri (beasiswa MenKomInfo, Bappenas untuk PNS, untuk PNS DikNas ada Dikti dan skema2 lainnya. Bisa dicek di internet. Buat time schedule pemenuhan persyaratan beasiswanya.
Jerman: DAAD, sekarang juga ada debt swap. Ini link ke infonya:
Ketiga, kontak ke Universitas yang dituju, untuk s3 biasanya kita kontak ke Profesor di bidang riset yang ingin kita dalami. untuk s2 kontak ke International Office universitas tersebut.
Informasi penting yang harus dibuat perencanaan (time schedule):
- kapan registrasi akademik (ada yang buka 2x per tahun, ada yang hanya sekali, ini jangan sampai terlewat)
-persyaratan registrasi akademik (aplikasi online atau butuh bentuk hard copy yang perlu dikirim via DHL atau jasa kurir internasional lainnya), masing2 uni bisa berbeda persyaratannya namun rata-rata semua akan butuh :
1. ijazah dan transkrip akademik, diterjemahkan dalam bahasa setempat (minimal bahasa Inggris) dan terjemahan dilegalisir
2. tes kemampuan bahasa, perhatikan minimal score yang harus dicapai dan berusaha menggapainya, meski harus beberapa kali ujian TOEFL. oh ya, sekarang TOEFL yang diterima adalah TEOFL iBt, jadi bisa dibaca2 tentang ini sebab formatnya berbeda dengan paper based TOEFL. Untuk bahasa Jerman, ada tes DaF di Goethe Institute
3. rekomendasi dari pembimbing akademis kita di universitas di Indonesia, juga dari pimpinan kita (ini juga terkait dengan pelamaran beasiswa, ada form aplikasi beasiswa yang membutuhkan pernyataan dari pimpinan institusi kita bekerja agar diberi cuti untuk studi dan posisi kita setelah kembali tetap tersedia untuk kita, disertai stempel institusi (DepKes atau DepKeu atau dll).
4. Esai tentang motivasi untuk studi lebih lanjut, di dalamnya memuat apa cita-cita ke depan, kenapa harus di negara tersebut, universitas tersebut dan apa manfaatnya untuk karir kita ke depan, untuk bangsa dan negara Indonesia (ini juga biasanya diminta di form aplikasi beasiswa ke luar negeri). Mesti berulang kali dicek, ricek, perbaiki sampai klik alur berpikir dalam tulisan tersebut dan benar penulisan dalam bahasa Inggrisnya (atau bahasa lainnya bila itu yang diminta).
5. Uang registrasi, aplikasi online butuh credit card untuk pembayarannya.
Keempat, Disampaikan pula ke pihak universitas bahwa kita sedang aplikasi beasiswa, kita butuh apa dari mereka (surat penerimaan dari Profesor di Institut atau surat tanda registrasi dari International Office Uni, dll). Rata-rata beasiswa ke luar negeri dalam form aplikasi juga ditanyakan pilihan universitas dan program, sudah pernah kontak belum, dll.
Kelima, minta doa restu dari segenap keluarga besar, teman sekantor (yang baik dengan kita), sahabat, dll. Doa orang tua adalah kunci, saat orang tua kita ridho dengan melepas kepergian kita (dan cucu2) untuk studi ke luar negeri, insya Allah ada kemudahan dan kelancaran dalam seluruh proses aplikasi.
Keenam, tabungan. Memang kita aplikasi beasiswa, namun memiliki tabungan untuk masa awal studi penting sekali, terlebih karena kita berkeluarga.
Ketujuh, dari awal musyawarahkan dengan suami, skema-skema rencana kepindahan ke luar negeri bila berhasil memperoleh beasiswa. Apakah:
A. Salah satu berangkat lebih dulu (yang menerima beasiswa, atau kalau keduanya dapat beasiswa, maka lebih baik suami dulu yang berangkat lebih dulu) untuk mencari tempat tinggal, pengalaman kami di sini cari apartemen di asrama mahasiswa untuk satu orang mudah, namun untuk keluarga sulit. Daftar antrian panjang, juga ada peraturan minimal luas ruangan untuk tiap anggota keluarga harus terpenuhi. Jadi, waktu itu kami mencari ke luar asrama mahasiswa, Alhamdulillah dapat apartemen keluarga di guest house akademik milik Uni Leibniz Hannover. kalau semua sudah settle, baru seluruh keluarga diajak berkumpul. Masalah persyaratan visa kumpul keluarga juga bisa ditanyakan oleh yang sudah berada di luar negeri ke kantor imigrasi setempat. Lalu dibuat time schedule persiapan di Indonesia untuk aplikasi visa, tabungan untuk membeli tiket pesawat keluarga, asuransi kesehatan, dll.
B. Berangkat langsung satu keluarga, kemungkinan ini ada kalau keduanya dapat beasiswa dan diterima di Uni yang sama, di kota yang sama. Terus terang, kami baru sekali bertemu dengan yang melakukan ini, beasiswanya sama dengan saya dari Bank Dunia. Dosen FISIP di Univ Parahyangan, orang Batak
jadi, dia bisa menaklukkan para petugas imigrasi di Kedubes Jerman, Jakarta saat aplikasi visanya dan keluarganya
Tapi baru dia satu-satunya, yang lain umumnya berangkat sendiri dulu baru kemudian keluarga menyusul.


C. Yang berangkat hanya yang menerima beasiswa, keluarga hanya berkunjung dengan visa turis (maksimal 3 bulan untuk visa schengen/ uni eropa). Memang ini tidak ideal, harus berpisah dan menahan rindu, namun kalau dihitung beasiswa tak mencukupi untuk biaya hidup satu keluarga ditambah lagi dengan biaya TK anak-anak nantinya, maka pilihan ini bisa dipertimbangkan.
Umumnya beasiswa s3 yang cukup untuk satu keluarga dengan anak2, beasiswa s2 rata-rata hanya meng-cover biaya hidup sebulan untuk yang akan studi, tanpa coverage untuk anak-anak. Memang kami kenal dengan dosen FKH Unsyiah yang ambil s2 di Uni Goettingen dengan membawa suami dan 3 anaknya, ini terwujud karena ada tunjangan anak dari pemerintah kota di Jerman.
Untuk negara-negara lain, setahu nana tidak ada.
Kedelapan, ini yang paling penting, panjatkan doa kita kepada Allah Swt. Setelah sholat malam kita, setelah sholat2 sunnah kita, perbanyak ibadah dan mendekatkan diri pada-Nya. Karena yang mengatur jalan hidup kita adalah Allah Swt. Semua berjalan atas kehendak dan perkenan-Nya. Ini juga membuat persiapan mental kita dalam menerima hasil aplikasi beasiswa menjadi lapang dan tenang. Bila diterima, kita syukuri dan sadar sepenuhnya bahwa ini amanah, mesti kita pertanggung jawabkan. Pertanggung jawaban di dunia, kita mesti selesai sebisa mungkin tepat waktu dan kembali ke Indonesia untuk amal ilmu. Pertanggungjawaban di akhirat, ketika kita nanti ditanya untuk apa kita gunakan ilmu kita?
Bila belum berhasil aplikasi beasiswa kita, kita bersabar dan menerima sepenuhnya bahwa ini adalah ketentuan dari Allah Swt dan yang terbaik untuk kita dan keluarga kita.
Kesembilan, bila belum berhasil di satu proses aplikasi, jangan berputus asa! Siapkan kembali berkas aplikasi beasiswa berikutnya. Buka kembali kontak ke Univ2 di luar negeri. Barangkali juga pertimbangkan untuk memilih negara tujuan lain dan lembaga pemberi beasiswa lainnya.
Saya membutuhkan waktu 2 tahun, aplikasi beasiswa ke berbagai lembaga pemberi beasiswa (berbagai negara), hampir seratus email ke Profesor maupun koordinator program studi, dan pertolongan Allah Swt untuk bisa studi di sini.
Insya Allah kalau kita punya niat dan tekad yang lurus, yakin akan pertolongan dan ketentuan Allah, Allah akan beri kita jalan dan kemudahan.
Kami doakan agar anda dapat memperoleh kesempatan studi di luar negeri. Banyak manfaat yang kita peroleh dari perjalanan studi ke luar negeri. Kami sekeluarga jadi lebih erat, dekat, saling menopang dan menyatu. Belajar kebudayaan masyarakat eropa, sejarah mereka, apa yang membuat mereka maju dan juga sisi negatif dari kehidupan mereka (kehilangan keyakinan pada Tuhan, mabuk, dan pesta di akhir pekan, dll). Membuat kita makin cinta dengan agama kita, Islam. Juga nikmat bersaudara dengan sesama orang Indonesia di perantauan 

Dari sisi studi dan riset, banyak yang bisa kita pelajari, pelajaran utama buat adalah attitude itu nomor satu. Kita harus bisa bergaul dengan mereka, diterima mereka agar bisa riset dan studi dengan lancar dan tenang.
semoga bermanfaat
dr. Radiana D Antarianto (Riset S3 di Hannover Medical School, Jerman)
Untuk rekan-rekan yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri, tetapi sering terkendala dengan masalah tidak bisa mengajak serta keluarga karena dana beasiswa yang terbatas, beasiswa dari Islamic Development Bank ini bisa menjadi alternatif untuk bisa studi lanjut keluar negeri . Islamic Development Bank (IDB) adalah sebuah organisasi ekonomi yang berpusat di Jeddah, Saudi Arabia. IDB memberikan program beasiswa ini kepada negara-negara anggota dan muslim communitydi negara-negara non-anggota IDB sebagai bentuk dukungan terhadap pembangunan sumber daya manusia di negara-negara tersebut.
Anita adalah mahasiswa PhD di School of Pharmacy, The University of Nottingham. Memulai program PhD nya di bidang Drug Delivery and Tissue Engineering sejak Oktober 2009 dengan sponsor dari University of Nottingham dan Islamic Development Bank. Berharap segera menyelesaikan studinya awal tahun 2013, Anita akan kembali ke Indonesia dan mengajar di Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ada 3 tipe beasiswa yang ditawarkan oleh IDB, meliputi:
1. Scholarship Programme for Muslim Communities in Non-member Countries
2. M.Sc Scholarship Programme in Science and Technology for IDB Least Developed Member Countries
3. Merit Scholarship Programme for High Technology
2. M.Sc Scholarship Programme in Science and Technology for IDB Least Developed Member Countries
3. Merit Scholarship Programme for High Technology
Untuk pelamar dari Indonesia, hanya program no. 3 yang dapat diikuti untuk saat ini, yaitu Merit Scholarship Programme for High Technology. Program ini menawarkan beasiswa untuk mengikuti Program PhD (untuk 3 tahun) dan Post Doc (untuk 6-12 bulan).
Persyaratan dan Fasilitas dari beasiswa IDB
IDB menetapkan beberapa kriteria bagi seseorang untuk bisa melamar pada program Merit Scholarship Programme for High Technology, yaitu:
- Berusia tidak lebih dari 35 tahun (untuk program PhD) dan 40 tahun (untuk program Post Doc)
- Merupakan anggota institusi penelitian atau institusi akademik di negara asal. Untuk Indonesia, IDB lebih menyukai dosen atau peneliti di lembaga penelitian.
- Memiliki pengalaman kerja dan penelitian di bidang yang relevan yaitu science dan technology minimal 2 tahun. Ini dibuktikan dengan menyertakan copy publikasi ilmiah atau penelitian yang relevan.
- Mempunyai proposal riset yang baik dan jelas, terkait dengan pembangunan science dan technology di negara asal.
- Mempunyai kemampuan bahasa yang memenuhi kriteria untuk menempuh pendidikan di negara tujuan.
Untuk kriteria bidang Science dan Technology dari IDB, biasanya akan berubah setiap tahunnya. Sehingga untuk memastikan bidang yang tercakup dalam beasiswa ini, sekiranya rekan-rekan bisa melihat ke website IDB scholarship. Tautan:
http://www.isdb.org/irj/portal/anonymous?NavigationTarget=navurl://c28c70fde436815fcff1257ef5982a08.
Akan lebih baik juga jika rekan-rekan sudah memilki offer letter (conditional atau unconditional) dari sebuah universitas. IDB lebih menyukai pelamar yang sudah memiliki offer letter dari universitas yang masuk dalam rangking 200 besar versi Times Higher Education (THES), sehingga sebelum melamar, hendaknya rekan-rekan bisa merujuk pada rangking universitas di THES. Tautan:
Jika belum memiliki offer letter, tidak ada salahnya juga tetap mencoba. IDB menetapkan kriteria penilaian tersendiri untuk menyeleksi calon penerima beasiswa IDB atau yang dikenal dengan IDB Scholars. Jika proposal riset yang kita susun baik dan jelas dan memenuhi kriteria IDB, proses mencari institusi tempat belajar bisa dilanjutkan setelah dinyatakan diterima sebagai IDB Scholars. IDB memberikan waktu selama 12 bulan sejak dinyatakan menerima beasiswa IDB, untuk mencari institusi tempat belajar. Jika tidak bisa memenuhi dalam jangka waktu 12 bulan, dengan berat hati IDB akan mencabut hak beasiswa ini.
Fasilitas yang diberikan oleh IDB untuk IDB scholars juga cukup baik, tidak kalah dengan beasiswa yang lain. Fasilitas ini meliputi:
- Pembayaran tuition fee dan/atau research bench fee.
- Tunjangan hidup, jumlahnya tergantung negara tujuan. Untuk UK, saat ini tunjangan hidup adalah £975 per bulan. Untuk yang membawa keluarga, ada tunjangan untuk spouse (suami/istri) sebesar £400 per bulan ditambah tunjangan hidup untuk anak sebesar 15% per anak (dicover hingga anak ke empat).
- Tunjangan untuk buku dan pakaian, saat ini sebesar USD 100 per bulan.
- Tunjangan pembelian computer, saat ini sebesar USD 1200
- Tunjangan mengikuti konferensi, saat ini sebesar USD 1500, untuk digunakan selama masa studi.
- Tunjangan untuk settlement saat pertama datang, besarnya 1 (satu) kali tunjangan hidup perbulan.
- Tunjangan untuk thesis preparation, besarnya USD 250.
- Tiket pulang dan pergi dari negara asal ke negara tujuan, digunakan saat berangkat dan pulang setelah selesai studi.
- Asuransi kesehatan. Untuk UK, tidak diberikan karena asuransi kesehatan sudah dicover oleh NHS.
Dengan fasilitas ini, bagi rekan-rekan yang ingin studi lanjut ke luar negeri dengan tetap membawa serta keluarga, beasiswa IDB ini kiranya bisa memberikan alternatif untuk tetap melanjutkan pendidikan ke luar negeri.
Langkah-langkah mendaftar beasiswa IDB
Beasiswa IDB ini dibuka mulai bulan September setiap tahunnya. Untuk proses seleksi awal dilakukan di negara asal. Untuk Indonesia, seleksi dilakukan oleh pejabat yang berwenang di Departemen Keuangan.
Setelah mengisi formulir aplikasi beasiswa (bisa dilihat atau download dari tautan ini – klik), sebagai berikut:
aplikasi dan dokumen pelengkap dikirimkan ke Departemen Keuangan, sebelum bulan Desember tiap tahunnya. Untuk alamat tujuan di Indonesia, bisa dilihat disini:
Jika lolos seleksi di Indonesia, maka kita akan dihubungi oleh Departemen Keuangan untuk melengkapi berkas. Pihak Departemen Keuangan yang nantinya mengirimkan dokumen yang sudah kita lengkapi langsung ke IDB di Jeddah. Hendaknya tidak mengirimkan aplikasi langsung ke IDB di Jeddah, karena dipastikan IDB akan langsung menolaknya karena tanpa ada seleksi di negara asal.
Setelah tahap ini, seleksi mulai mengerucut. Jika lolos seleksi dari IDB, IDB akan menghubungi kandidat, mereka menyebutnya sebagai Shortlisted Candidates, biasanya dilakukan sekitar Bulan April. Hanya kandidat yang masuk dalam shortlisted ini yang akan dihubungi via e-mail atau telepon. IDB akan memverifikasi lagi dokumen yang kita kirimkan sebelumnya, termasuk offer letter (terbaru atau up date) dari universitas tujuan. Pada tahap ini, IDB juga minta brief proposal tentang research yang kita ajukan meliputi judul, tujuan, benefit for your country, benefit for your institution dan benefit for for future career. IDB juga meminta copy publikasi ilmiah atau sertifikat yang relevan dengan pengalaman kerja untuk dikirimkan. Jika aktif dalam organisasi yang terkait dengan bidang science, technology atau sosial kemasyarakatan, bukti tersebut juga bisa diikusertakan dalam kelengkapan berkas. Seluruh dokumen bersama aplikasi form (lagi), kemudian diminta dikirimkan ke IDB. Untuk kali ini langsung dikirimkan ke IDB di Jeddah, tanpa melalui perantara Departemen Keuangan. Untuk menjamin dokumen sampai dengan cepat dan aman, rekan-rekan bisa menggunakan jasa dokumen pengiriman luar negeri seperti JNE atau DHL.
Tahap ini adalah tahap seleksi terakhir. IDB akan menghubungi kandidat yang sukses untuk menerima beasiswa sekitar akhir Agustus atau awal September melalui e-mail atau telepon. Tiap tahunnya IDB mengambil sekitar 2 hingga 5 kandidat untuk tiap negara.
Jika dinyatakan lolos seleksi, kandidat akan menerima offer letter dari IDB yang menjelaskan tentang kondisi beasiswa dan fasilitas-fasilitas yang diberikan. Jika kita menerima, yang dilakukan adalah cukup mengisi dan menandatangani surat pernyataan menerima beasiswa dari IDB dan surat tersebut dikembalikan lagi ke IDB. Sebaliknya, jika ingin menolak beasiswa IDB, cukup mengirimkan e-mail berisi penolakan beasiswa IDB melalui sekretaris IDB scholarship program.
Berikut time-table proses pendaftaran beasiswa IDB:
- September: Pengumuman pembukaan pendaftaran dan aplikasi melalui Departemen Keuangan
- Oktober-Desember : Seleksi di dalam negeri, oleh Departement Keuangan. Pengiriman berkas ke IDB, Jeddah oleh Departemen Keuangan.
- Januari-Maret : Proses seleksi oleh IDB, Jeddah
- April-Mei: Pengumuman shortlisted candidates. Pengiriman kelengkapan berkas ke IDB, Jeddah.
- Juni- Juli: Proses seleksi oleh IDB, Jeddah
- Agustus: Pengumuman hasil seleksi akhir. Pengiriman offer letter scholarship. Penandatanganan persetujuan atau penolakan offer scholarship dari IDB
- September: Kontrak scholarship dimulai dan berjalan (jika menerima).
Tips untuk Sukses Mendaftar Beasiswa IDB
Sebagaimana beasiswa yang lain untuk PhD program, proposal riset adalah kunci utama untuk bisa lolos beasiswa IDB. Proposal riset harus jelas, lengkap dan tidak bertele-tele, sehingga iDB juga akan mudah untuk melakukan penilaian.
Usahakan juga untuk menampilkan keunggulan-keunggulan penelitian yang akan kita lakukan, dan menyatakan keuntungan untuk negara Indonesia secara kuantitatif dan jelas. Time-table untuk penelitian juga hendaknya dibuat secara rinci, jelas namun singkat dan menyebutkan apa yang akan kita lakukan untuk tahun pertama, kedua dan ketiga.
IDB melakukan kerjasama dengan beberapa institusi pendidikan di luar negeri. Sehingga jika kita bisa mendapatkan offer letter dari institusi yang bekerjasama dengan IDB ini, maka akan memperbesar kemungkinan untuk diterima beasiswa IDB. IDB biasanya akan mengumumkan nama institusi kerjasama ini mendekati bulan September atau saat aplikasi beasiswa mulai di buka. Untuk UK, saat ini IDB bekerjasama dengan University of Oxford, University of Cambridge, dan University of Nottingham. Untuk University of Nottingham, beasiswa IDB ini sudah masuk dalam salah satu skema beasiswa di University of Nottingham untuk International Students. Tautan:
Jika belum bisa mendapatkan offer letter, rekan-rekan bisa tetap mengirimkan aplikasi beasiswa sembari berusaha untuk mendapatkan offer letter dari institusi di luar negeri. Sehingga jika nanti rekan-rekan masuk dalam shortlisted candidates, dokumen ini bisa di dikirimkan bersama update dokumen yang lain. Hal yang sama juga dilakukan jika masih mendapatkan conditional offer letter. Tetaplah berusaha untuk menjadikannya unconditional offer letter, sembari menunggu proses seleksi beasiswa dari IDB.
Kemampuan bahasa sesuai dengan negara tujuan, hendaknya juga disiapkan. Sehingga jika dinyatakan diterima beasiswa IDB, tidak ada kendala bahasa lagi untuk segera berangkat ke institusi tujuan. IDB tidak memberikan biaya untuk kursus bahasa dan test bahasa sebagai persyaratan masuk universitas di luar negeri.
Seleksi IDB scholarship ini diikuti oleh banyak negara, bukan hanya dari Indonesia saja. Oleh karena itu, hendaklah semua dokumen pelengkap ditata secara teratur, sistematis dan jelas, jika perlu: beri highlight pada bagian yang penting, untuk mempermudah pihak IDB melakukan proses seleksi. Dokumen yang dikirimkan semuanya hendaknya berbahasa Inggris atau Perancis, karena hanya 2 bahasa ini yang diterima oleh management IDB. Jika dokumen masih ada yang berbahasa Indonesia, hendaknya diterjemahkan dulu dalam bahasa Inggris atau Perancis. Beri cover pada dokumen yang dikirim meliputi nama kandidat, nomer kandidat (akan diberitahukan setelah masuk shortlisted candidates), negara asal, dan daftar dokumen yang disertakan. Selama proses aplikasi beasiswa, sejak dari seleksi di Departement Keuangan hingga IDB, ada kemungkinan diminta mengirimkan aplikasi form atau dokumen pelengkap lagi. Sehingga ada baiknya sebelum dikirimkan, semua dokumen termasuk application form yang sudah diisi di photocopy terlebih dahulu dan disimpan sebagai arsip.
Selama proses aplikasi, diharapkan juga secara teratur membuka e-mail, karena semua pengumuman yang berkaitan dengan beasiswa ini akan dikirimkan lewat e-mail. Termasuk juga ke e-mail pimpinan institusi asal kita, karena IDB sering meminta konfirmasi dari pimpinan kita di institusi asal. Untuk itu, hendaknya kita memberitahu pimpinan di institusi asal saat kita mulai mendaftar beasiswa IDB .
Pengalaman sebagai Penerima Beasiswa IDB
Saya dinyatakan diterima sebagai penerima beasiswa IDB sejak 1 September 2008. Sejak tanggal ini kontrak mulai berjalan, dan saya diberi waktu 12 bulan untuk mencari institusi tempat belajar hingga September 2009. Saat mengirim aplikasi ke IDB tahun 2007, saya belum memiliki institusi tujuan untuk belajar, sehingga yang saya lakukan adalah mengirimkan proposal penelitian disertai proposed institution, yaitu institusi yang nanti akan saya tuju, tanpa adanya offer letter.Offer letter pertama saya dapatkan dari University of Bath. Tetapi setelah saya ajukan ke IDB, ternyata institusi ini ditolak oleh IDB karena selain harus membayar tuition fee (saat itu £12,000 per tahun), saya juga diharuskan membayar research bench fee sebesar £6000 per tahun. Selain itu, University of Bath berada di ranking relatif bawah dari THES, sehingga oleh IDB, saya meminta untuk mengganti institusi. Offer kedua saya dapatkan dari University of Nottingham, dan langsung di setujui oleh IDB karena saat itu posisi University of Nottingham berada pada ranking 76 versi THES. Mulai 1 October 2009, saya memulai program PhD di School of Pharmacy, University of Nottingham. Bidang yang menjadi area of interest saya adalah Drug Delivery and Tissue Engineering, yaitu system penghantaran obat untuk stem cell, yang nantinya digunakan untuk mengganti organ atau jaringan tubuh yang rusak.Beasiswa IDB adalah salah satu beasiswa dari luar yang diakui oleh pihak University of Nottingham. Saya beserta 5 orang IDB scholars yang lain (tahun 2009), kami diikutsertakan dalam Scholarship Event bersama penerima beasiswa yang lain seperti dari Chevening, Erasmus, Commonwealth Scholarship untuk menerima sertifikat beasiswa dalam sebuah upacara.Untuk saat ini, jumlah IDB scholars di University of Nottingham adalah 25 orang, berasal dari berbagai negara. Kami juga memilki asosiasi di University of Nottingham, dibawah naungan International Office. Menjadi bagian dari IDB Students Association di University of Nottingham merupakan pengalaman tersendiri, karena di asosiasi ini tidak berdasarkan negara, sehingga kami bisa saling berinteraksi dan bertukar budaya dengan teman-teman dari negara lain. Setiap 2 bulan sekali, kami melaksanakan meeting atau gathering untuk sekedar bertemu atau membicarakan masalah-masalah yang terkait dengan studi dan beasiswa.Kami juga memiliki asosiasi untuk IDB scholars di UK, saat ini beranggotakan 75 orang. Untuk UK-IDB Students Association, meeting dijadwalkan setiap tahun, dan dihadiri oleh perwakilan management IDB. IDB management juga akan lebih cepat menanggapi jika kami mengajukan sebuah issue melalui asosiasi, seperti kenaikan biaya hidup, urusan VISA dan pengelolaan jurnal oleh IDB scholars.IDB selaku sponsor beasiswa, dalam hal ini lebih bertindak sebagai parent atau orang tua bagi IDB scholars. Setiap 6 bulan, kami diminta untuk mengirimkan laporan studi, dan jika ada masalah, kami bisa melaporkan ke IDB. IDB yang nantinya akan mengontak pihak Universitas untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pihak management IDB juga cepat dan sigap dalam menindak lanjuti setiap masalah yang sampai ke IDB, seperti kenaikan biaya hidup, perpanjangan visa, perpanjangan beasiswa dan sebagainya. Fasilitas-fasilitas yang dijanjikan oleh IDB dalam kontraknya juga dipenuhi oleh IDB, seperti tunjangan pembelian computer dan tunjangan untuk mengikuti konferensi. Dengan adanya tunjangan ini, saya bisa mengikuti beberapa Konferensi Internasional di luar UK.Dengan fasilitas yang ditawarkan ini, kiranya bisa menjadi pertimbangan bagi teman-teman untuk memilih beasiswa IDB sebagai alternatif untuk study lanjut ke luar negeri, terutama bagi yang ingin membawa serta keluarga.
Pustaka:
- Islamic Development Bank, Scholarship and Assistance:
http://www.isdb.org/irj/portal/anonymous?NavigationTarget=navurl://5ffaebd539e6818daffef7bff9d770cb - PhD Handbook, 2008, IDB scholarship, Islamic Development Bank.
Anita Sukmawati, 15 September 2012


KETIKA Yayasan Slamet Rijadi, Yogyakarta, memutuskan untuk memberi saya beasiswa studi luar negeri, berbagai perasaan muncul. Ada perasaan senang, sedih, bangga, dan takut. Maklum, saat itu belum genap satu setengah tahun saya bekerja di Universitas Atma Jaya, Yogyakarta. Senang karena memperoleh kesempatan belajar di luar negeri. Sedih karena harus berpisah dengan suami dan keluarga besar. Bangga karena mendapat beasiswa dan tidak menyangka kesempatan itu datang begitu cepat, tetapi juga takut karena membayangkan hidup sebatang kara di negeri orang.
SAAT itu, Januari 1997, ketika saya menginjakkan kaki pertama kali di Glasgow, salju turun kecil-kecil dan suhunya beberapa derajat di bawah nol. Sebagai calon research student yang akan mengambil Master of Philosophy (MPhil), saya tidak harus datang bertepatan tahun ajaran baru. Konsekuensinya, tidak bertemu dengan teman seperjalanan.
Dengan maksud ingin berhemat, dari bandar udara, saya memutuskan naik bus menuju pusat kota. Agar tidak salah jurusan, saya memberanikan diri bertanya pada sopir bus. Apa jawabnya? Tidak satupun kata-katanya yang saya pahami, meski dia menjawab dengan amat ramah. Wah, saya baru sadar, ini dia yang disebut logat Scottish. Nilai tes IELTS saja yang cukup tinggi rupanya tidak bisa langsung terpakai.
Karena bus tidak melewati University of Strathciyde, saya diturunkan di George Square, taman kota di pusat Glasgow. Universitas yang saya tuju, katanya, dua blok dari tempat itu. Saat itu baru pukul dua siang, tetapi langit amat redup. Belum lagi udara dingin terasa menusuk tulang. Padahal, saya sudah memakai baju dengan benar. Konon, untuk mengusir dingin, bukan dengan memakai baju berlapis-lapis, tetapi disiasati dengan baju dalam yang mampu menahan panas tubuh (biasanya dari bahan wol halus), lalu cukup dilapis baju biasa dan jaket. Sebelumnya, saya sempat berbelanja wol mahal itu di Jakarta. Namun, karena belum terbiasa dengan suhu serendah itu, tetap saja saya menggigil. Kata orang, seharusnya saya datang saat summer.
Perjalanan yang hanya dua blok dengan sebuah koper besar melewati jalan menanjak tajam itu ternyata melelahkan. Beberapa pria menawarkan bantuan, tetapi saya menggelengkan kepala karena takut. Sesampai di accomodation office, langit kian redup. Belakangan saya tahu, matahari adalah barang langka di Glasgow. Staf di sana mengatakan, saya hampir terlambat sebab dua jam lagi kantor tutup dan besok weekend sehingga tidak mudah mencarikan akomodasi bagi saya. Satu-satunya tempat yang tersedia cukup jauh dari kampus dan mau tidak mau saya menginap di sana sementara. Wah, masih lumayan ada sisa waktu dua jam, coba kalau saya tiba hari Sabtu atau Minggu, keadaannya pasti lebih buruk. Jujur saja, saat memilih hari keberangkatan dan memberitahukan jadwal kedatangan ke kampus lewat faksimile, saya tidak memikirkan weekend.
SAYA memulai kehidupan di Glasgow dengan mencoba mengurus sendiri semua persiapan studi. Mulai izin tinggal di kepolisian, menguangkan traveller cheque, membuka rekening, membayar tuition fee, mencari tempat tinggal tetap, sekaligus menemui calon pembimbing. Beberapa waktu kemudian, saya baru sadar kalau saya rugi cukup besar untuk komisi menguangkan traveller cheque di bank lokal. Padahal, kalau saya menguangkan di kantor yang menerbitkan traveller cheque, tidak dipungut komisi sepeser pun.
Sampai tiga minggu pertama, saya belum bertemu orang Indonesia. Melalui teman dari Jerusalem, akhirnya saya dikenalkan pada seorang bapak asal Bandung yang juga tengah studi di Strathclyde. Lewat bapak itu, saya berkenalan dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Glasgow dan mulai punya kawan orang Indonesia.
Meski begitu, saya tidak tinggal satu flat dan tidak banyak bergaul dengan mereka sebab takut bahasa Inggris saya mampet. Saya memilih tinggal dengan cewek Perancis dan Edinburg. Lewat mereka, saya belajar aksen Scottish, mulai hafal "jalan-jalan tikus" di Glasgow, mulai tahu tempat berbelanja bumbu dan makanan Asia, dan yang terpenting, belajar bagaimana menemukan buku di perpustakaan, yang di mata saya amat lengkap, besar, dan canggih, dibandingkan dengan perpustakaan-perpustakaan di Indonesia. Juga, bagaimana menemukan bahan pustaka yang tidak ada di perpustakaan sekaligus meng-order-nya ke perpustakaan lain secara gratis. Tinggal menunggu, datanglah bahan pustaka itu.
Dengan full scholarship, saya tidak perlu pusing soal keuangan. Tugas saya hanya belajar sebaik mungkin. Meski demikian, saya berusaha menabung agar bisa menghadiri seminar-seminar demi kepentingan studi. Saya juga beruntung karena mudah bertemu pembimbing utama. Research student lain mengaku amat sulit bertemu pembimbing. Kalaupun bisa, maksimal hanya setengah jam.
Sementara itu, pembimbing utama saya amat sabar dan mau memberi kuliah mengenai materi yang belum saya pahami. Kami bisa menghabiskan tiga jam setiap pertemuan yang berisi lecturing dan discussion. Beliau sebenarnya seorang profesional yang mengikuti uji professorship untuk menduduki jabatan ketua jurusan. Pengetahuannya sebagai profesional yang pindah ke jalur akademik amat memperkaya riset yang saya jalani.
Faktor itu yang membuat studi saya berjalan lancar, sampai akhirnya hanya dalam waktu delapan bulan riset saya mulai menemukan jawabannya. Kedua pembimbing amat terkesan dan menawarkan untuk dilanjutkan ke S2 melalui ujian ringan.
Saya bangga dengan hasil ini, tetapi tidak dapat memutuskan sendiri sebab semua tergantung penyandang dana. Saya jelaskan, dengan penawaran ini, saya akan memperoleh tambahan dua tahun untuk mendapat gelar PhD (tanpa gelar MPhil) bila saya berhasil dalam ujian dengan riset yang dianggap masuk kualifikasi S-3 sehingga meski menempuh masa riset total tiga tahun, saya tetap hanya akan memperoleh gelar MPhil. Kemungkinan ketiga, saya gagal kedua-duanya.
Mempertimbangkan prestasi saya, beasiswa akhirnya diperpanjang. Malang, ketika status studi diubah, Indonesia terkena krisis ekonomi sehingga rupiah amat lemah. Penyandang dana tentu mengalami kesulitan keuangan. Sejak itu, meski tetap mengalir, beasiswa tidak datang tepat waktu seperti sebelumnya, biaya riset dan uang buku juga mengalami penurunan berarti. Saya sadar dan memakluminya.
Kondisi ini membuat saya harus mengatur keuangan lebih ketat sekaligus belajar sebaik-baiknya sebab hampir tidak mungkin meminta tambahan beasiswa bila saya tidak selesai tepat waktu. Saya juga berpikir ingin mencari beasiswa lain, tetapi itu tidak mudah. Kalau berhasil, pencairan dananya sering masih harus menunggu.
DENGAN pertimbangan ingin lebih mengenal orang Scotland dan aksen Scottish-nya, saya memutuskan untuk melamar menjadi chef assistant pada sebuah cafe. Terus terang, saya tidak terlalu suka atau pintar memasak, tetapi kalau hanya menyiapkan bahan, mengupas, memotong, sampai membereskan semua keperluan dapur, bukanlah hal sulit dilakukan.
Ketika lamaran diterima, saya jelaskan pada pemilik cafe bahwa saya butuh bantuannya untuk mendapatkan izin kerja. Masalahnya, baik izin tinggal maupun kontrak beasiswa tidak mengizinkan saya bekerja sambilan. Beruntung, pemilik cafe mengerti kesulitan saya dan bersedia sedikit berbohong saat mengisi formulir izin kerja dengan menyebutkan, saya berpengalaman, mampu bekerja baik, rajin, dan hasilnya melebihi standar. Hal ini penting sebab biasanya akan muncul pertanyaan, mengapa dia tidak mempekerjakan orang Glasgow yang masih menganggur daripada mempekerjakan orang Asia yang sedang studi seperti saya. Atas bantuannya, akhirnya saya sah memiliki izin kerja sekaligus National Insurance Cardnumber-semacam asuransi kecelakaan kerja.
Keberuntungan lain datang saat suami memperoleh beasiswa lewat British Scolarship Scheme untuk mengambil Master di universitas yang sama. Tetapi, karena beasiswanya terbatas, saya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan studi sendiri. Paling tidak, memasuki tahun ketiga, saya punya pendamping untuk berbagi.
Sebagai research student tanpa kelas tatap muka, saya bisa mengatur jadwal kerja di cafe. Namun, tidak demikian dengan suami yang mengambil Taught Course. Jadwalnya amat ketat sehingga tidak dapat membantu mencari tambahan biaya hidup. Saya bekerja lima hari seminggu sekitar empat jam setiap harinya. Upahnya tidak besar, hanya mengikuti standar upah minimal, namun cukup untuk menutup biaya makan dan buku, sisanya bisa ditabung, kalau-kalau ada keterlambatan pengiriman beasiswa atau jika harus memperpanjang masa studi.
Selain uang, akibat positif bekerja di cafe, saya bisa memasak, sekaligus banyak belajar aksen Scottish. Teman-teman di cafe sering heran dengan aksen Scottish saya yang makin kental. Tetapi, akibat buruknya, saya terpaksa kurang tidur.
Biasanya, pagi sebelum ke cafe, saya membaca di perpustakaan, sepulangnya mampir lagi ke kampus untuk bertemu pembimbing sekaligus mencari bahan studi lewat Internet. Lepas malam, saya habiskan untuk mengerjakan riset dan menulis. Karena bekerja, saya terpaksa rutin bertahan hingga pukul setengah tiga pagi dan rela kehilangan weekend, sampai suami dan koki cafe sering cemas, takut saya jatuh sakit.
Kehadiran suami yang rela mengurus dapur, bersih-bersih, dan tetek bengek di flat kami, sekaligus pengertiannya untuk menunda kehadiran anak terasa amat membantu. Dua tahun lebih saya menjalani kehidupan seperti ini, thank God, nothing serious had happened to me, kecuali akhirnya saya dinyatakan lulus dengan koreksi amat minor dan riset dinyatakan qualified untuk menjadi seorang PhD. Suami pun dapat menyelesaikan Master-nya tepat waktu.
Betapa ini perjuangan yang melelahkan dengan hasil sebanding. Saya, yang hanya ingin menjadi dosen, akhirnya mendapat kesempatan mengambil MPhil, dan malah langsung mendapat PhD. Saat itu saya baru 28 tahun dan tidak menyangka berhasil melalui ujian yang cukup berat. Seorang teman dari Pakistan pernah mengatakan, mengambil PhD di negeri orang adalah belajar 24 jam sehari, belajar dalam arti sesungguhnya dan belajar me-manage diri, ya soal uang, waktu, budaya, iklim, hidup berkeluarga, jauh sanak famili, dan persoalan lain.
Jadi, ketika lulus ujian, kita tidak hanya lulus dari bahan-bahan yang diujikan di depan sidang, tetapi juga lulus dari semua ujian hidup yang terjadi 24 jam sehari selama seseorang mengambil PhD.
Christina E Mediastika Dosen Arsitektur Universitas Atma Jaya, Yogyakarta

Beasiswa ini dinamakan Monbusho Research Student, sebab pada dasarnya beasiswa diberikan untuk program research student (program non gelar selama 1.5 atau 2 tahun saja, tergantung Monbusho recommended by Embassy atau recommended by University). Jadi penerima beasiswa ini pada awalnya diberikan hanya untuk 1.5 th atau 2 th buat Research Student (program Non Gelar). Tetapi selama 1.5 th atau 2 th itu jika penerima beasiswa bisa masuk program S2 ataupun S3, beasiswa akan diperpanjang dan statusnya jadi beasiswa S2 atau beasiswa S3.
Untuk mendapatkan beasiswa monbusho research student ini ada 2 macam :
Monbusho Recommended by Embassy (di Indonesia, dikenal dengan nama Monbusho G to G)
Monbusho Recommended by University (di Indonesia, dikenal dengan nama Monbusho U to U)
untuk selanjutnya sebut aja beasiswa Monbusho G to G dan Monbusho U to U (tapi ingat istilah ini hanya ada di Indonesia).
Cara untuk mendapatkan beasiswa Monbusho Research Student :
1. Untuk mendapatkan beasiswa Monbusho G to G
untuk mendapatkan beasiswa ini, pelamar bisa menghubungi Kedutaan Besar Jepang di Jakarta. Tetapi syarat mutlak yang mesti dipenuhi adalah bahwa pelamar harus statusnya PNS (pegawai Negeri Sipil) atau karyawan BUMN. Selain tersebut tidak bisa mendaftar. Pihak kedutaan besar Jepang telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia (dalam hal ini pemerintah Indonesia memohon kepada pihak Kedutaan Jepang agar pelamar hanya diperbolehkan khusus untuk PNS atau karyawan BUMN). Sebenarnya Pihak Monbusho (Ministry of Education, Science, Sports and Culture JAPAN) tidak mensyaratkan
demikian, hanya pemerintah Indonesia saja yang menginginkannya. Jadi kita tidak menjumpai syarat-syarat demikian di berbagai negara lain seperti : China, Korea, Malaysia. Thailand, Philipina, Perancis, Kroasia, German, USA, Inggris, Mesir, Iran dll.
Persyaratan lain, sistem seleksi diatur oleh masing-masing Kedutaan Besar Jepang di negara yang bersangkutan. Beasiswa Monbusho G to G ini untuk Indonesia quotanya sekitar 50 orang, dan biasanya jatah buat PNS dari Departemen Pendidikan (dalam hal ini
dosen) sekitar 35 orang dan 15 orang dari Departemen lain atau dari BUMN. Bagi yang berhasil lulus atau berhasil mendapatkan beasiswa ini, maka penerima akan mendapatkan beasiswa research student selama jangka waktu 2 tahun (non gelar).
Dalam masa research student tersebut di universitas jepang yang dipilihnya, mereka sekolah bahasa jepang, dan persiapan untuk ujian masuk S2 bagi yang ingin melanjutkan program S2 dan ujian masuk S3 bagi yang ingin melanjutkan program S3. Ujian masuk universitas diatur oleh masing-masing universitas yang dipilih. Ada universitas jepang yang tiap setengah tahun ngadakan ujian masuk, ada juga setiap tahun sekali ujian masuknya. Jika dalam tahun pertama atau pertengahan tahun pertama saudara lulus ujian masuk S2 atau S3 maka status beasiswa research student yang masa waktunya masih lebih akan otomatis di cancel (dihentikan) dan saudara di daftar sebagai penerima beasiswa S2 (dua tahun lagi, buat yang akan masuk S2) dan S3 (tiga tahun lagi, buat yang akan masuk S3). Tetapi jika dalam masa research student tsb saudara gagal masuk ujian pertama,
maka saudara bisa mengikuti ujian masuk ke dua dan ketiga sampai masa research habis. Jika sampai masa research student habis dan saudara belum bisa masuk ujian, maka saudara di pulangkan. Untuk yang masuk S2, setelah saudara menyelesaikan program Master, dan jika saudara berkeinginan untuk melanjutkan program S3 maka
saudara bisa memperpanjang beasiswa itu untuk masuk program S3 (dan beasiswa akan diperpanjang lagi 3 tahun ke depan).
Informasi mengenai syarat-syarat beasiswa ini (silahkan klik disini).
2. Untuk mendapatkan beasiswa Monbusho U to U
Bagi yang bukan PNS atau karyawan BUMN, yang sudah jelas-jelas nggak bisa ikut Monbusho G to G, jangan kuatir ada cara lain untuk mendapatkan beasiswa Monbusho yaitu beasiswa Monbusho U to U (tapi ini istilah di Indonesia saja) untuk istilah di Jepangnya, Monbusho Recommended by University (artinya universitas Jepang merekomendasikan calon ke Monbusho). Sebenarnya rekomendation diberikan oleh Professor Jepang yang diteruskan ke Universitasnya dan Universitas merekomendasikan ke Monbusho.
Lalu bagaimana cara untuk mendapatkannya ?
Kontak salah satu Professor Jepang yang sesuai bidang anda, dan mulailah kenalan-kenalan baik lewat e-mail, surat pos, Facsimile, maupun telepon. Pertama katakan bahwa saudara tertarik/interest dengan research topik di lab. Profesor tersebut, dan katakan juga bahwa saudara pengen sekali gabung dengan lab. tsb untuk melanjutkan study master atau doktor. Dalam surat perkenalan pertama itu sedapat mungkin saudara menyertakan CV, ringkasan riset yang pernah saudara kerjakan dan rencana riset/tema riset yang ingin saudara lakukan. Setelah menjalin beberapa kali kontak dengan Professor (artinya kalau Professor sudah OK untuk menerima saudara) maka tanyakan ada kemungkinan dia mencalonkan (merekomendasikan ) orang asing untuk mendapatkan beasiswa Monbusho nggak. Saat saudara tanya tentang beasiswa Monbusho ke Professor tersebut, biasanya saudara di anjurkan untuk mengikuti Monbusho yang lewat Embassy di negara masing-masing, setelah saudara berhasil, saudara bisa ngontak Professor tersebut lagi untuk membimbing saudara. Memang jawaban seperti diatas sering sekali diucapkan oleh Professor Jepang.
Ada kemungkinan bahwa Professor sibuk dan nggak mau ngurus (sebab untuk apply monbusho recommended by university, Professor lah yang sibuk sekali mulai dari ngambil application ke Foreign Student Office di Universitasnya, terus Professor mengirimkan application itu ke calon mahasiswa, dan setelah diisi oleh calon mahasiswa, terus Professor memberikan application itu ke Foreign Student Office lagi setelah dia ngasih rekomendasi). Kemungkinan lainnya adalah bahwa Professor itu tidak tahu bagaimana cara apply Monbusho recommended by University, mereka hanya tahu cuman dari Embassy saja. Dalam hal ini Saudara harus dengan hati-hati menjelaskan bahwa Professor punya hak untuk merekomendasikan mahasiswa asing untuk mendapatkan beasiswa Monbusho dan bisa ditanyakan ke Foreign Student Office Universitasnya.
Dalam mengontak Professor Jepang usahakan Professor yang ada di universitas negeri. Universitas negeri dapat jatah beasiswa Monbusho besar sekali. Universitas-universitas negeri yang terkenal misalnya :
The University of Tokyo http://www.u-tokyo.ac.jp/
Tokyo Institute of Technology http://www.titech.ac.jp/
Kyoto University http://www.kyoto-u.ac.jp/
Tsukuba University http://www.tsukuba.ac.jp/
Osaka University http://www.osaka-u.ac.jp/
Nagoya University http://www.nagoya-u.ac.jp/
Tidak jarang juga Professor negeri yang tidak tahu tentang beasiswa Monbusho recommended by University.
Surat perkenalan pertama ke Professor Jepang kadang-kadang tidak di jawab. Banyak kemungkinannya, antara lain Professor tersebut tidak bagus Englishnya sehingga untuk membalas dalam bahasa Inggris dia butuh waktu lama, padahal dia sibuk sekali.
Kemungkinan lain di lab. Professor tersebut udah penuh, artinya tidak bisa menampung lagi mahasiswa baru. Tapi jangan kuatir masih ada ribuan Professor-professor yang tersebar di seluruh Universitas di Jepang, silahkan saudara mencoba untuk kontak ke
Professor lainnya.
Cara yang terbagus adalah jika kenalan dengan Professor Jepang dilakukan pada saat ketemu di Conference, Scientific meeting, Kunjungan-kunjungan lab, atau pas ada kerja sama sehingga Professor Jepang datang ke Indonesia. Kalau ada kesempatan seperti
itu, bisa saudara manfaatkan sebaik-baiknya.
Jika semuanya udah OK, dalam arti Professor sanggup menguruskan beasiswa Monbusho, maka Professor lah yang sibuk. Mulai dari ngambil application di Foreign Student Office di Universitasnya, terus ngirim application itu ke saudara (setelah saudara isi lengkap, saudara diharapkan ngembalikan ke Professor lagi), terus Professor ngembalikan lagi application yang sudah saudara isi lengkap ke Foreign Student Office dengan Professor tsb menyertakan rekomendasi bahwa saudara diterima di lab-nya.
Akhirnya Foreign Student Office merekomendasikan candidate ke Monbusho. Setelah diproses oleh Monbusho hasil pengumumannya di beritahukan ke Universitas, dan Universitas memberitahu ke Professor bahwa calon yang direkomendasikan oleh Professor tsb berhasil. Barusan setelah itu Professor memberi tahu saudara. Segala urusan mengenai kedatangan dan penjemputan saudara di urus oleh Professor.
Setelah dapat pemberitahuan bahwa saudara dinyatakan sukses sebagai penerima beasiswa Monbusho, saudara akan mendapatkan sertifikat pernyataan bahwa saudara berhak menerima beasiswa Monbusho untuk research student selama 1.5 tahun. Setelah
mendapatkan beasiswa research student, maka proses berikutnya sama persis dengan beasiswa Monbusho G to G. Hanya waktu research student beasiswa monbusho U to U cuman 1.5 tahun.
Dalam masa research student tersebut saudara harus belajar bahasa jepang, dan persiapan untuk ujian masuk S2 bagi yang ingin melanjutkan program S2 dan ujian masuk S3 bagi yang ingin melanjutkan program S3. Ujian masuk universitas diatur oleh masing-
masing universitas yang dipilih. Ada universitas jepang yang tiap setengah tahun ngadakan ujian masuk, ada juga setiap tahun sekali ujian masuknya. Jika dalam tahun pertama atau pertengahan tahun pertama saudara lulus ujian masuk S2 atau S3 maka status beasiswa research student yang masa waktunya masih lebih akan otomatis di
cancel (dihentikan) dan saudara di daftar sebagai penerima beasiswa S2 (dua tahun lagi, buat yang akan masuk S2) dan S3 (tiga tahun lagi, buat yang akan masuk S3). Tetapi jika dalam masa research student tsb saudara gagal masuk ujian pertama, maka
saudara bisa mengikuti ujian masuk ke dua dan ketiga sampai masa research habis. Jika sampai masa research student habis dan saudara belum bisa masuk ujian, maka saudara di pulangkan. Untuk yang masuk S2, setelah saudara menyelesaikan program Master, dan
jika saudara berkeinginan untuk melanjutkan program S3 maka saudara bisa memperpanjang beasiswa itu untuk masuk program S3 (dan beasiswa akan diperpanjang lagi 3 tahun ke depan).
Nah kesempatan ini, yang bisa di dapat oleh setiap orang tanpa kecuali (tidak harus PNS ataupun karyawan BUMN). Disamping tidak ada quota kita bisa meminta rekomendasi dari berbagai pilihan banyak Professor-Professor Jepang yang tersebar di seluruh universitas Jepang. Dan prosedur beasiswa ini tidak ada hubungannya dengan Kedutaan Jepang di Indonesia. Hanya saja jika saudara diterima beasiswa ini pihak kedutaan jepang mengharapkan saudara untuk melapor bahwa saudara di terima beasiswa monbusho.
Beasiswa Monbusho recommended by university di TOKYO INSTITUTE OF TECHNOLOGY (TIT) Ini adalah sebagai contoh cara apply beasiswa Monbusho U to U di TIT.
Formulir beasiswa monbusho U to U ini bisa di dapat di Foreign Student Office TIT sekitar bulan Desember, tetapi yang berhak mengambil hanya Professor TIT saja, mahasiswa tidak diperbolehkan. Formulir harus diserahkan ke Foreign Student Office TIT paling
lambat 31 Maret, setelah formulir diisi lengkap oleh applicant dan sudah di kasih rekomendasi oleh Professor TIT. Penyerahan formulir ke Foreign Student Office hanya bisa dilakukan oleh Professor TIT.
Aplicant tidak diperbolehkan menyerahkan application langsung.
Pihak Foreign Student Office TIT akan merekomendasikan calon ke Monbusho sekitar pertengahan April. Monbusho akan menyeleksi dan menginformasikan ke Pihak Foreign Student Office TIT pada pertangahan Agustus. Awal Oktober calon mahasiswa diharapkan
kedatangannya ke Jepang. Semua urusan eligibility untuk pengurusan VISA, tiket pesawat ke Jepang diurus semua oleh Foreign Student Office TIT.
Untuk universitas lain seperti The University of Tokyo, Kyoto University dll, deadline penyerahan application, pengumuman serta tata caranya berbeda dengan TIT. Setiap universitas punya aturan yang berbeda-beda.
Perbedaan Beasiswa Monbusho G to G dengan Monbusho U to U
1. Saat pengajuan (saat apply)
Untuk Monbusho G to G, pengajuannya di Kedutaan Jepang (Jakarta), proses seleksi di atur oleh pihak kedutaan Jepang. Syarat utamanya adalah harus PNS atau karyawan BUMN
Untuk Monbusho U to U, pengajuannya ke Professor Jepang dan diteruskan ke Universitas Jepang. Tidak ada persyaratan khusus untuk mendapatkan beasiswa ini (tidak harus PNS atau karywana BUMN).
2. Seleksi
Untuk Monbusho G to G, seleksi diadakan oleh kedutaan Jepang. seleksi tahap pertama penyeleksian dari dokumen-dokumen yang diserahkan pada saat aply, seleksi berikutnya adalah wawancara. Untuk Monbusho U to U, tidak ada sistem seleksi, jika Professor
sudah OK (dalam arti ngasih rekomendasi), maka universitas akan melanjutkan untuk merekomendasikan ke Monbusho. Tetapi jika di universitas tsb terlalu banyak permintaan dari Professor (jumlah Professor yang apply banyak) maka universitas mengadakan seleksi, biasanya seleksi di dasarkan pada kesenioritasan Professor. Untuk itu, usahakan nyari Professor yang senior, yang sudah Full Professor bukan yang Associate Professor. Hal ini untuk menjaga kemungkinan adanya kejadian diatas.
3. Jangka waktu research student
Untuk Monbusho G to G , jangka waktu beasiswa research student adalah 2 tahun
Untuk Monbusho U to U , jangka waktu beasiswa research student adalah 1.5 tahun
4. Pengurusan keberangkatan ke Jepang
Untuk Monbusho G to G, pengurusan keberangkatan ke Jepang di urus atau dibantu oleh pihak kedutaan Jepang. Kedatangan di Jepang di jemput dan diatur oleh AIEJ (Association International Education Japan).
Untuk Monbusho U to U, pengurusan keberangkatan ke Jepang di urus sendiri, tidak ada hubungan dengan kedutaan Jepang, hanya pihak kedutaan Jepang meminta laporan data tentang calon sebelum keberangkatan. Dan kedatangan di Jepang di jemput atau diurus oleh Professornya.
Persamaan Beasiswa Monbusho G to G dengan Monbusho U to U
Setelah sampai di Universitas Jepang, semua sama. Hak-hak yang diperoleh oleh penerima beasiswa monbusho G to G dengan hak yang diterima oleh penerima beasiswa monbusho U to U adalah sama. Hak-haknya antara lain :
Tiket pesawat pulang - pergi dari negara asal ke Jepang
Uang kedatangan pertama kali di Jepang sebesar 25.000 yen
Uang beasiswa perbulan 185.500 yen
Bebas biaya ujian masuk universitas, matrikulasi dan biaya kuliah
Tunjangan bagi yang tinggal di apartemen
Tunjangan untuk scientific meeting, travellling.
Perpanjangan beasiswa dari research student status ke program master atau doktor, dan juga perpanjangan beasiswa dari master ke doktor.
Sumber: www.geocities.com/amwibowo/monbusho.txt
Universitas yang terletak di Dahran ini bertaraf Internasional. Bahasa pengantar perkuliahan adalah bahasa Inggrish. Semua fakultas berkosentrasi pada bidang sains dan teknologi. Sebanyak 60% tenaga pengajar adalah warga negara asing, termasuk dari Indonesia.Warga asing hanya diperbolehkan mengambil program S2 dan S3. Ini karena besarnya peminat, calon mahasiswa untuk program S1 dari dalam negeri Saudi. Pendaftaran melalui surat dialamatkan ke:King Fahd University of Petroleum and Minerals (KFUPM) PO BOX 306, Dahran 31261 Saudi Arabia, telp (03) 8600000 Fax. (03) 8244560.Website. www.Kfupm.edu.saMahasiswa yang lulus seleksi akan dipanggil dengan biaya UniversitasDikutip dari Majalah Gontor februari 2006/Muharram 1427
Calon mahasiswa mendaftar langsung ke Universitas. Prosedur pendaftaran dan perolehan bea siswa sama dengan yang berlaku di Universitas Raja Saud Riyadh.
Alamat surat:
Ummul Qura University PO BOX 715 Mekkah 21421 Saudi Arabia, telp. (02) 5574644, 564528 Fax. (02) 5564560
Dikutip dari Majalah Gontor februari 2006/Muharram 1427
Alamat surat:
Ummul Qura University PO BOX 715 Mekkah 21421 Saudi Arabia, telp. (02) 5574644, 564528 Fax. (02) 5564560
Dikutip dari Majalah Gontor februari 2006/Muharram 1427
Pengumuman UJIAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PROGRAM S2 DAN S3 DAN NON-BEASISWA PROGRAM S1 KE MESIR TIMUR TENGAH PERIODE 2009-2010.
Pendaftaran beasiswa dan non beasiswa ke Universitas Al Azhar mesir kembali dibuka untuk tahun 2008. untuk program S1 dan S2. Departemen agama melalui surat edaran no Dj.I/Dt.I.IV/4/PP.04/589/2008 yang ditembuskan ke seluruh pondok pesantren dan STAIN di Indonesia.Pendaftaran ini dibuka tanggal 12 mei sampai 5 juni 2008. dan akan dilakukan tes tulis tanggal juni dan tes lisan 11 juni.. tempat tes tersebar di 14 kota di Indonesia . Dan KBRI Cairo . Dan pengumumanakan diberitahun melalui websites www.ditpertais.net pada tanggal 30 Juni 2008.
Bagi yang mengikuti tes beasiswa akan diambil 110 terbaik dari hasiltes dan akan disaring lagi menjadi 910 orang di kedutaan mesir diJakarta . Sedangkan non beasiswa, akan diambil jika hasil nilai tesnya60 keatas.
Selengkapnya Download info dan formulir beasiswa Mesir S1 s2 s3 periode 2009-2010 di sini (file pdf)
Pendaftaran beasiswa dan non beasiswa ke Universitas Al Azhar mesir kembali dibuka untuk tahun 2008. untuk program S1 dan S2. Departemen agama melalui surat edaran no Dj.I/Dt.I.IV/4/PP.04/589/2008 yang ditembuskan ke seluruh pondok pesantren dan STAIN di Indonesia.Pendaftaran ini dibuka tanggal 12 mei sampai 5 juni 2008. dan akan dilakukan tes tulis tanggal juni dan tes lisan 11 juni.. tempat tes tersebar di 14 kota di Indonesia . Dan KBRI Cairo . Dan pengumumanakan diberitahun melalui websites www.ditpertais.net pada tanggal 30 Juni 2008.
Bagi yang mengikuti tes beasiswa akan diambil 110 terbaik dari hasiltes dan akan disaring lagi menjadi 910 orang di kedutaan mesir diJakarta . Sedangkan non beasiswa, akan diambil jika hasil nilai tesnya60 keatas.
Selengkapnya Download info dan formulir beasiswa Mesir S1 s2 s3 periode 2009-2010 di sini (file pdf)
Dokumen untuk pendafataran, rangkap 4:
1. Formulir pendaftaran
2. Legalisasi fotocopy ijazah SMP
3. Terjemah ijzah SMP
4. Legasisasi fotocopy ijazah S1
5. Terjemah ijazah S1
6. Legalisasi transkrip nilai
7. Terjemah transkrip nilai
8. Surat rekeomendasi dari dua profesor/dosen di Indonesia
9. Detil rencana belajar maupun riset selama di swiss
10. Motivasi pendidikan
11. riwayat hidup
12. bukti penerimaan dari institusi yang dituju, atau pernyataan resmi dari profesor yang dipilih pihak institusi
13. surat keterangan dokter (formulirnya telah disediakan pihak kedutaan swiss)
14. legalisasi dokumen-dokumen pendukung, seperti sertifikat bahas atau lainnya/harus menguasaisalah satu bahasa resmi swiss, yaitu Jerman, perancis,a tau italia, tergantung kampus yang dituju, termasuk penting juga penguasaan bahasa inggris.
berkas dikirmkan via pos ke:
Embassy of switzerland, cultural section, Jl. HR Rasuna Said, Kav. X.3/2, Kuningan Jakarta 12950
email: jak.vertretung@eda.admin.ch
http://www.eda.admin.ch/jakarta.
dikutip dari gontor, september 2007.
1. Formulir pendaftaran
2. Legalisasi fotocopy ijazah SMP
3. Terjemah ijzah SMP
4. Legasisasi fotocopy ijazah S1
5. Terjemah ijazah S1
6. Legalisasi transkrip nilai
7. Terjemah transkrip nilai
8. Surat rekeomendasi dari dua profesor/dosen di Indonesia
9. Detil rencana belajar maupun riset selama di swiss
10. Motivasi pendidikan
11. riwayat hidup
12. bukti penerimaan dari institusi yang dituju, atau pernyataan resmi dari profesor yang dipilih pihak institusi
13. surat keterangan dokter (formulirnya telah disediakan pihak kedutaan swiss)
14. legalisasi dokumen-dokumen pendukung, seperti sertifikat bahas atau lainnya/harus menguasaisalah satu bahasa resmi swiss, yaitu Jerman, perancis,a tau italia, tergantung kampus yang dituju, termasuk penting juga penguasaan bahasa inggris.
berkas dikirmkan via pos ke:
Embassy of switzerland, cultural section, Jl. HR Rasuna Said, Kav. X.3/2, Kuningan Jakarta 12950
email: jak.vertretung@eda.admin.ch
http://www.eda.admin.ch/jakarta.
dikutip dari gontor, september 2007.