Ahad, 1 Agustus 2004

Hari ini tanggal 1 Agustus 2013, sembilan tahun yang lalu dua anak manusia diikuti dua keluarga yang berbeda disatukan dalam satu akad nikah, yang merupakan ikatan yang besar dan mulia, ia adalah ikatan yang menghalalkan sesuatu yang haram sebelumnya. Milad pernikahan kali ini saya maknai dengan special, karena kami sedang berada ditanah rantau, bukan hanya sedang ditanah rantau, hari-hari ini kami sekeluarga sedang berdebar-debar menunggu hari h kepulangan kami sekeluarga ke Jakarta, setelah hampir 3 tahun merantau dan tidak pernah pulang, dalam episode perjuangan menyelesaikan studi dinegeri orang.
Hari ini juga special, karena episode perjuangan istri tersayang yang saya tahu persis tidaklah mudah, menghadapi lingkungan yang kurang kondusif, akhirnya setapak demi setapak dilalui, dan sampai pada tahap menunggu waktu ujian akhir. Sebuah perjuangan heroik yang menghabiskan energi, air mata dan pengorbanan banyak pihak.
Walaupun kami diberi kesempatan untuk tinggal di negeri orang, dengan berbagai fasiilitas dan kemudahan yang didapatkan, namun hati kami tetap mengatakan negara kamilah yang lebih nyaman, yang lebih tahu siapa kami dan tempat kami berkarya dan mengabdi. Sangat kami rasakan kecintaan kami terhadap tanah air begitu membuncah, jauh lebih baik ketika kami didalam negeri. Memang negeri orang banyak kelebihannya, namun dengan merasakan dan menikmati negeri orang pulalah, kami lebih bisa memaknai cintah terhadap tanah air itu lebih berkesan dan penuh makna.
Dalam salah satu acara bersama dengan teman-teman setanah air , yang dilaksanakan se-Jerman, ditambah beberapa orang perwakilan dari Austria dan Swiss, kami pernah hampir terisak menangis karena diputarkan lagu Indonesia tanah air beta, begitu merasuk dan penuh makna bagi kami yang sedang berada di negari orang.
Ini yang memberikan keyakinan kepada saya, pada dasarnya orang-orang Indonesia yang sedang berada di luar negeri, dihati kecil mereka tersimpan harapan untuk bisa pulang dan mengabdi ditanah air, namun adakalanya keberanian yang kurang sehingga, dengan berat hati bertahan sampai "beban" semakinn banyak, yang semakin lama, semakin berat untuk ditinggalkan untuk kembali ke tanah air. Akhirnya menerima saja keadaan bahwa dimanapun kita, berusaha saja untuk mengabdi, dan berbuat yang terbaik, ada yang menyerah pasrah, ada pula yang terus mencari-cari jalan untuk bisa pulang dan menikmati masa tua di tanah air.
Kembali ke topik, saya jadi teringgat hari-hari dimana kami sedang mempersiapkan proses pernikahan kami yang akhirnya berlangsung di aula buya Hamka, masjid al-azhar, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

,

0 comments

Write Down Your Responses

catatan2 universitas Kehidupan

"Inti dari Kecerdasan adalah Bermanfaat" . Powered by Blogger.