pernahkan anda merasakan perasaan seolah-olah makalah, karya tulis, jurnal dan penelitian yang anda tulis kurang ilmiah karena tidak ada angka-angka nya?. saya merasakan kondisi itu, seolah-olah proposal riset yang saya tulis, kalau tidak ditaburi dengan angka, grafik, tabel, diagram, flowchart...seolah-olah ada yang kurang , kurang berkwalitas, kurang data, kurang intelektual dan seterusnya.
saya teringat dengan kuliah-kuliah yang pernah saya ikut, ekonomi mikro, isinya angka-angka dan matematis, ekonomi makro isinya angka-angka dan matematis, ekonomi internasional juga begitu, statistik, ekonometrik dan banyak ilmu lainnya saat ini di jejali dengan angka dan matematis....
mengapa demikian, benarkah angka-angka menyederhanakan masalah?, benarkah matematis dan angka bisa mewakili realitas sosial?..apakah ini salah satu pemicu seorang anak baru dikatakan pintar jika matematik dan IPA nya nilainya bagus?
pertanyaan ini mengelitik saya, mungkin saya tidak terlalu suka matematis, namun tetap suka berhitung...namun saya mempertanyakan apakah benar-benar memberikan manfaat ketika mata kuliah di fakultas ekonomi, yang jelas-jelas ilmu sosial di jejali dengan matematis, apakah ini karena peran sebagian ekonom yang mempunyai latar belakang matematik, statistik, sehingga akhirnya menjadikan ekonomi menjadi matematis, dangan dalil menyederhanakan masalah?
dan negara berkembang seperti indonesia, menerima saja pendekatan tersebut tanpa catatan?
...akan dilanjutkan....
semoga bermanfaat.
Hannover, 30 jan 2012. pkl 14.00 CET/20.00 WIB
Jaharuddin
saya teringat dengan kuliah-kuliah yang pernah saya ikut, ekonomi mikro, isinya angka-angka dan matematis, ekonomi makro isinya angka-angka dan matematis, ekonomi internasional juga begitu, statistik, ekonometrik dan banyak ilmu lainnya saat ini di jejali dengan angka dan matematis....
mengapa demikian, benarkah angka-angka menyederhanakan masalah?, benarkah matematis dan angka bisa mewakili realitas sosial?..apakah ini salah satu pemicu seorang anak baru dikatakan pintar jika matematik dan IPA nya nilainya bagus?
pertanyaan ini mengelitik saya, mungkin saya tidak terlalu suka matematis, namun tetap suka berhitung...namun saya mempertanyakan apakah benar-benar memberikan manfaat ketika mata kuliah di fakultas ekonomi, yang jelas-jelas ilmu sosial di jejali dengan matematis, apakah ini karena peran sebagian ekonom yang mempunyai latar belakang matematik, statistik, sehingga akhirnya menjadikan ekonomi menjadi matematis, dangan dalil menyederhanakan masalah?
dan negara berkembang seperti indonesia, menerima saja pendekatan tersebut tanpa catatan?
...akan dilanjutkan....
semoga bermanfaat.
Hannover, 30 jan 2012. pkl 14.00 CET/20.00 WIB
Jaharuddin
Siapa itu Christopher Paul Gardner?, jika anda pernah melihat film "The Pursuit of Happiness", film ini merupakan kisah nyata tokoh utamanya Christopher Paul Gardner dalam mencari secuil kebahagiaan. Pria kelahiran 9 Februari 1954 ini berulangkali diusir dari tempatnya menginap karena tidak mampu membayar sewa. Gardner juga sering menginap di penginapan khusus tunawisma bersama anak semata wayangnya. Setelah mengantar anaknya ke sekolah, Garner berkeliling menawarkan peralatan kodokteran. Sampai suatu hari dia bertemu dengan seorang yang mengendarai mobil Ferrari merrah yang ternyata adalah seorang penjual saham dengan pendapatan sekitar US$ 80 ribu sebulan. Tak lama setelah itu, dirinya memutuskan untuk menjadi pialang saham dengan menjadi peserta pelatihan di perusahaan penjual saham. Kehidupannya yang sangat miskin, tanpa tempat tinggal, tanpa penghasilan yang layak, bahkan pernah dipenjara karena tidak mampu membayar denda parkir, tidak membuat pria kelahiran Wisconsin, USA ini putus asa. Berkat kegigihannya, pada tahun 1087, Gardner mendirikan perusahaan pialang saham yang ia beri nama Gardner Rich&Co, di Chicago. Pada tahun 2006, ayah dari Christopher Gardner Junior itu menjadi CEO dan pendiri dari Cristopher gardner International Holdings, dengan kantor di New York, Chicago dan San Francisco. (majalah tarbawi)
Banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari kisah ini, seperti kegigihan tanpa henti, modal ternyata bukan hanya uang,dll. namun sebagai seorang muslim, saya mempunyai catatan bahwa, usaha yang dilakukan oleh Gardner, perlu dikritisi, sebagai inspirasi saya rasa syah-syah saja, namun tidak musti di tiru tanpa catatan, karena kenyataannya dunia perdagangan saham saat ini sebagian besar masih didominasi dengan suasana spekulasi, ribawi dan Gharar serta Maisir.
Memang saat ini dibeberapa negara sudah menyediakan saham-saham yang sesuai syariah, walaupun kuantitasnya belum significant. untuk itu bagi anda yang terinspirasi dari kisah ini, dan ingin memulai usaha dengan penjualan saham, maka saya menyarankan anda hanya menjual saham-saham yang sesuai syariah, karena insya Allah itu jauh lebih berkah bagi anda dan keluarga.
semoga bermanfaat.
Jaharuddin
20 Agustus 2011, hari pertama masuk di SD.
keterangan gambar: berdiri (kanan-kiri): Kulsum, Dilaga, Sona, Kati, Malene, Onur, Masio. duduk (kanan-kiri): Alif, Ahmed, Amin, Ramon, Rafael.
keterangan gambar: berdiri (kanan-kiri): Kulsum, Dilaga, Sona, Kati, Malene, Onur, Masio. duduk (kanan-kiri): Alif, Ahmed, Amin, Ramon, Rafael.
Dari namanya, kita tentu sudah tahu apa yang dihasilkan oleh pria Jepang ini. Tentu banyak yang tidak menyangka jalan hidup Soichiro tidak sehebat perusahaan yang didirikannya. Dia juga bukan murid yang pandai dikelasnya, nilainya selalu jelek, tapi dirinya mengaku tidak pernah bersedih. karena dunianya bukan pada buku-buku pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Tapi dia lebih tertarik pada dunia mesin, motor dan sepeda. Kecintaannya pada mesin diwariskan dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi mesin pertanian di Shizuko, Jepang Tengah. Sejak kecil dia banyak menghabiskan waktu bermain-main dengan palu dan paku. Bersepeda merupakan hobinya, hasilnya, ketika berusia 12 tahun, dia menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. di usia 15 tahun, dia dan keluarganya pindah ke kota dan bekerja di sebuah pabrik mesin. Kerjanya yang cekatan membuat atasannya terkesan. Dirinya mulai melakukan inovasi-inovasi, membuat ruji-ruji dari bahan logam (yang sebelumnya terbuat dari kayu) ring piston. Hingga suatu hari dia bermain-main dengan sepeda pancalnya dan "iseng' memasang motor kecil pada sepeda itu. dan itulah cikal bakal motor dan mobil bermerek Honda, yang kini kita kenal. (Majalah tarbawi).
ada beberapa catatan pelajaran yang bisa kita ambil:
(1). Jangan pernah merasa putus asa, walaupun nilai sekolah anda tidak bagus.
Saya adalah sebagian dari orang yang memandang nilai pada posisi "menengah', dalam pengertian saya tidak sepenuhnya bisa setuju dengan nilai yang benar-benar "jeblok", yang berakhir pada DO. dengan alasan dibutuhkan energi lebih dan motivasi yang lebih bagi anda yang pernah merasakan pahitnya "gagal" untuk bangkit kembali, memang kalau anda bisa bangkit, maka kegagalan tersebut menjadi pelajaran super berharga bagi anda, namun bagi saya khawatir anda tidak bangkit lagi!. dengan demikian saya cendrung menyarankan tetaplah perhatikan dengan serius nilai-nilai sekolah/kuliah anda, walaupun tidak perlu menjadi super the best. namun nilai anda masuk dalam jajaran baik saja cukup. dengan nilai anda yang termasuk kategori baik tersebut, lebih mudah bagi anda untuk mendapatkan peluang-peluang pengembangan diri lebih lanjut, misalnya menapatkan beasiswa untuk melanjutkan study dan seterusnya. berapa nilai kategori baik tersebut. kalau skala 0 - 4, angka 3 menurut saya sudah kategori baik. mengapa saya tidak menyarankan anda untuk maksimal mendapatkan nilai 4. karena dengan demikian anda mempunyai waktu untuk mengembangkan diri dan mendapatkan ilmu selain dari dunia akademis, misalnya berorganisasi, hal ini akan mendidik dan melatih anda untuk bergaul, lebih religius, mengatur waktu, berdiskusi, menjadi anggota tim, dan juga menjadi ketua tim, pemimpin, dengan kondisi saat yang sama anda juga berperan sebagai siswa/mahasiswa, seorang anak, dan multi peran lainnya.
kisah ini juga memberikan pelajaran, bagi anda yang saat ini nilai sekolah/kuliah anda super bagus. misalnya 3,8 - 4.0. jangan merasa berpuas diri dulu, karena belum tentu dengan nilai yang super bagus tersebut anda sukses dalam kehidupan nyata nantinya. saya mempunyai beberapa pengalaman, teman-teman yang saya duga nilai IPK nya lebih baik, namun saat saya sudah bertahun-tahun menjadi salah seorang pimpinan di perusahaan, teman ini shilaturahim ke kantor saya, untuk dicarikan lowongan kerja. memang tidak bisa di generalisir, namun ini memberikan kesadaran kepada semua orang jangan berpuas diri dengan nilai-nilai anda, atau saat yang sama jangan berputus asa dengan nilai anda yang belum the best.
(2). Setiap orang tua, hargailah potensi anak kita, dan selalu perhatikan dengan serius dan telaten, setiap perkembangan anak kita.
Coba anda bayangkan, kalau orang tuanya Soichiro Honda, saat ketahuan nilainya sekolahnya tidak bagus, dan orang tuanya tidak memberikan peluang baginya untuk berkembang, atau malah menghakimi Soichiro Honda, sebagai anak yang gagal, dan tidak mempunyai masa depan. mungkin sejarah akan berkata lain. namun saya menduga orang tua berbesar hati menerima apa adanya potensi anaknya, dan memberikan peluang untuk mencoba lagi, dan berkembang. dan jangan menghakimi jelek pada anak (bahkan jangan pernah mengatakan-kata-kata yang jelek kepada anak), karena perkataan orang tua itu bisa menjadi do'a bagi anak anda sendiri. maka berikan kesempatan, support, dan do'akan yang baik-baik untuk anak kita, agar sukses, dan berhasil.
(3). Selalu lakukan inovasi, terus berusaha, dan terus-serta terus berusaha.
salah satu kunci sukses Soichiro Honda adalah kemampuannya melakukan inovasi, pada saat orang lain masih berfikiran seragam, dia melakukan hal baru, dan ini bagian dari tips kesuksesannya. ada kalanya kita harus berfikiran dan bertindak berbeda dengan kebanyakan orang.
5. Setiap orang yang bersungguh-sungguh maka yakinlah, itu tidak akan pernah sia-sia.
apakah dengan berhasilnya Soichiro Honda membuat sepeda, motor, mobil dan seterusnya.... , selesailah tugasnya sebagai seorang yang berhasil?, belum!!!. perjuangan itu sampai kita menghembuskan nafas terakhir, mengapa demikian, semakin besar perkembangan bisnis, semakin banyak yang harus dikerjakan, dan semakin kompleks masalah yang dihadapi, dengan demikian selalu ada fase perjuangan secara continyu jika kita ingin sukses. bahkan, saat ini ketika Honda Group sudah menjadi Holding Company sekalipun, banyak masalah yang dihadapi, dengan demikian tidak ada istilah istirahat dalam berjuang...terus...dan selalu berjuang...dan untuk ini diperlukan kesiapan bagi setiap orang yang ingin sukses untuk siap berjuang secara terus menerus.
Semoga Allah melahirkan Soichiro Honda - Soichiro Honda Lainnya dari bumi Indonesia, yang memberikan karya dan manfaatnya bagi dunia, dan dilahirkan dari keluarga dan lingkungan muslim yang sholeh, sehingga mampu memberikan karya dan manfaat bagi dunia dan diakhirat menjadi penghuni surganya Allah. Amin.
Hannover, 27 jan 2012, pukul 00.18 CET/06.18 WIB
Jaharuddin
Pesagang atau juga disebut Kubu Patembang, sebuah kampong kecil di kecamatan Pasir Pengarayan, Rokan Hulu, Riau. 3 - 4 Jam perjalanan naik bus dari Kota Pekan Baru, kalau anda datang dari arah Pekan Baru, maka kampong ini 8km sebelum Pasir Pengarayan. di apit oleh kampong Okak/Danau Sati dan Batang Samo.
saya pernah mendengar cerita dari Atuk Wahab(alm) dan orang-orang tua di kampong kami, tentang alasan kampong kami dinamakan Kubu Patembang, sebenarnya Kubu patembang itu nama salah satu tempat di daerah perkebunan karet (saat ini sudah menjadi daerah transmigrasi), nah karena tempat tersebut sudah tidak dihuni, dan masyarakatnya pindah ke pinggir jalan raya, nama kampongnya tetap dipakai, yang sekarang dikenal dengan kampong Kubu Patembang, nama Kubu patembang sendiri berasal dari sejarah bahwa dulu di zaman perang dengan Belanda kampong ini (Kubu Patembang lama) menjadi salah satu tempat pertahanan (Kubu)pejuang kemerdekaan.
Mengapa saya menulis tentang kampong ini, karena saya dilahirkan disana, kedua orang tua saya juga tinggal di kampong kecil yang penuh kedamaian ini. saat ini ibunda saya (omak) Sawiyah/Iyut tinggal di kampong ini, di dekat masjid dan dekat jembatan lombah, begitu biasanya orang menamainya. Abah Damunar/Munar(alm), juga dikebumikan di kampong ini. Omak dan Abah memulai kehidupan berumah tangga di kampong ini, dengan kondisi yang sangat bersahaja, tanpa rumah, tanpa lahan/kebun pertanian, abah dan Omak mengawali kehidupan rumah tangga sebagai petani pengarap dilahan orang lain, dengan kerja keras akhirnya Omak dan Abah bisa mempunyai lahan sendiri dan digarap menjadi kebun karet, dan kebun Sawit. Saya masih ingat bagaimana kerja keras omak dan abah ketika saya masih kecil, mungkin umur 2-5 tahun, saya bermain di dalam semak belukar, sambil menunggui abah dan omak bekerja, bukan bermain diarena main seperti layaknya anak-anak di zaman sekarang, namun bermain sendiri di dalam semak belukar dengan apa adanya, saya juga masih ingat sebagian dari kehdidupan saya, tinggal di dedangau di daerah bojuran (nama salah satu tempat di pingir sungai Bojuran), kami tinggal di rumah dedangau tersebut, makan disana, sholat di sana, dan pagi hari saya berangkat ke sekolah dari dedangau ini, dan banyak sekali kenangan manis dan perjuangan sejak saya lahir dan sampai SMA dari kampong ini.
Awalnya saya tahu, Omak dan Abah tidak berharap banyak dari pendidikan saya, karena Omak dan Abah tidak berani terlalu banyak berharap dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas, ya... mengalir sajalah, dan tidak pernah mimpi mampu mengkuliahkan anak! (saat saya menginjak SMA dan masuk perguruan Tinggi, kurang dari 5 orang putra-putri kampong ini yang mampu mengecap pendidikan sampai perguraun Tinggi, yang saya ingat Mamak Said (pernah kuliah tapi tidak dilanjutkan), mamak Anwar (pernah kuliah tapi tidak dilanjutkan), ijek Ipah/Syarifah(akhirnya tamat dari IAIN Susqo Pekan baru, mas Trik (akhirnya tamat dari matematika UNRI, hanya itu).
namun jalan kehidupan memberikan "jalannya sendiri" omak dan abah berhasil mengantarkan saya menjadi sarjana, master dan insya Allah beberapa tahun kedepan menjadi doktor di Jerman. Amin. terima kasih omak dan abah.
Allah mentakdirkan salah satu putra kampong kecil ini, sampai di Jerman, saya meyakini ini adalah bagian dari kerja keras Omak dan Abah, dan do'a-do'a mereka, serta karunia Allah untuk menambah rasa syukur kita kepada Allah. Amin.
teringat masa SD - SMA saya di kampong, ada aneka ragam permainan di kampong saya seperti: main di sungai, main klereng, main mobil-mobilan yang dibuat dari pohon kecil yang kami cari di semak belukar/hutan, dibentuk seperti mobil formula 1, dengan roda dari sandal bekas, yang dibuat dari bekas batang senter, main perangkap puyuh, membuat takalak (perangkap ikan), membuat jerat puyuh,...
Sadar tidak sadar permainan tersebut, membantu tumbuh kembang anak-anak kampong, menjadi anak-anak yang kuat, tidak mudah sakit, karena dengan main di sungai, anak-anak terbiasa dan dilatih dengan berbagai macam kondisi fisik dan juga dari berbagai macam zat yang menempel di kulit, akhirnya sedikit anak kampong yang terkena alergi.
membuat mobil dari kayu dan rodanya dari sandal bekas, ini memberikan pendidikan kreativitas yang tinggi kepada setiap anak, termasuk juga memanfaatkan sumber daya yang ada untuk permainan.
alasan lain kenapa saya menulis tentang kampongku ini adalah, saat ini sebenarnya saya punya tulisan yang saya tulis saat 2 minggu yang lalu, berkunjung ke Paris, bagi banyak orang, Paris merupakan salah satu kota idaman untuk di kunjungi di dunia, sebelumnya saya mengunjungi Polandia. saya juga menulis tentang Polandia, namun kenapa kita bangga dengan kota-kota orang lain, yang sebenarnya tidak mempunyai keterkaitan sejarah langsung dengan kita. kenapa kita tidak bangga dengan kampong kita, dimana banyak sejarah mengiringi kehidupan kita di tempat itu. bahkan sebagian dari air yang ada ditubuh kita mengalir dari air yang dialirkan di kampong kita.
akhirnya saya merasakan, beruntunglah anda yang dilahirkan di kampong/desa, karena anda akan mendapatkan berbagai macam pengalaman, udara yang bersih, suasana kekerabatan yg ini akan mengasah kecerdasan sosial anda, permainan alami yang heterogen dan murah, serta menstimulan kreativitas.
Saya prihatin melihat anak-anak yang saat ini dilahirkan dan dibesarkan di kota-kota besar seperti Jakarta, anak-anak tidak mempunyai lahan yang cukup untuk bermain, udaranya kotor, lingkungan juga kotor, kalau anda mau lingkungan yang bersih, anda diharuskan membayar mahal atau pergi ke Mall, apakah ini sehat dan mendukung tumbuh kembang anak?...saya yakin tidak !!!, bahkan sadar tidak sadar lingkungan ini mendorong semakin banyaknya anak-anak yg tumbuh kembangnya terganggu, seperti autis, a sosial, mudah terserang penyakit, alergi..akhirnya harus diterapi..dan menjamurlah lembaga-lembaga terapi tumbuh kembang.
Semoga dimasa mendatang banyak orang tergerak untuk menyadari kondisi ini, menyadari bahwa perlu keseriusan menciptakan suasana yang kondusif untuk tumbuh kembang anak-anak, karena ini merrupakan tunas bangsa yang akan membawa bangsa menjadi bangsa yang tangguh dimasa depan.
semoga bermanfaat...
daftar istilah:
kampong = bahasa daerah saya untuk kampung
dedangau = gubuk yang dibangun petani selama menunggu ladang padi.
Omak = ibu
Abah = Ayah
Atuk = Kakek
puyuh = burung puyuh liar
dari Jerman, teringat Kampong Pesagang / Kubu patembang.
musim dingin, 24 Januari 2012
pukul 13.24 CET
Jaharuddin bin Damunar Rusalan
saya pernah mendengar cerita dari Atuk Wahab(alm) dan orang-orang tua di kampong kami, tentang alasan kampong kami dinamakan Kubu Patembang, sebenarnya Kubu patembang itu nama salah satu tempat di daerah perkebunan karet (saat ini sudah menjadi daerah transmigrasi), nah karena tempat tersebut sudah tidak dihuni, dan masyarakatnya pindah ke pinggir jalan raya, nama kampongnya tetap dipakai, yang sekarang dikenal dengan kampong Kubu Patembang, nama Kubu patembang sendiri berasal dari sejarah bahwa dulu di zaman perang dengan Belanda kampong ini (Kubu Patembang lama) menjadi salah satu tempat pertahanan (Kubu)pejuang kemerdekaan.
Mengapa saya menulis tentang kampong ini, karena saya dilahirkan disana, kedua orang tua saya juga tinggal di kampong kecil yang penuh kedamaian ini. saat ini ibunda saya (omak) Sawiyah/Iyut tinggal di kampong ini, di dekat masjid dan dekat jembatan lombah, begitu biasanya orang menamainya. Abah Damunar/Munar(alm), juga dikebumikan di kampong ini. Omak dan Abah memulai kehidupan berumah tangga di kampong ini, dengan kondisi yang sangat bersahaja, tanpa rumah, tanpa lahan/kebun pertanian, abah dan Omak mengawali kehidupan rumah tangga sebagai petani pengarap dilahan orang lain, dengan kerja keras akhirnya Omak dan Abah bisa mempunyai lahan sendiri dan digarap menjadi kebun karet, dan kebun Sawit. Saya masih ingat bagaimana kerja keras omak dan abah ketika saya masih kecil, mungkin umur 2-5 tahun, saya bermain di dalam semak belukar, sambil menunggui abah dan omak bekerja, bukan bermain diarena main seperti layaknya anak-anak di zaman sekarang, namun bermain sendiri di dalam semak belukar dengan apa adanya, saya juga masih ingat sebagian dari kehdidupan saya, tinggal di dedangau di daerah bojuran (nama salah satu tempat di pingir sungai Bojuran), kami tinggal di rumah dedangau tersebut, makan disana, sholat di sana, dan pagi hari saya berangkat ke sekolah dari dedangau ini, dan banyak sekali kenangan manis dan perjuangan sejak saya lahir dan sampai SMA dari kampong ini.
Awalnya saya tahu, Omak dan Abah tidak berharap banyak dari pendidikan saya, karena Omak dan Abah tidak berani terlalu banyak berharap dengan kondisi ekonomi yang serba terbatas, ya... mengalir sajalah, dan tidak pernah mimpi mampu mengkuliahkan anak! (saat saya menginjak SMA dan masuk perguruan Tinggi, kurang dari 5 orang putra-putri kampong ini yang mampu mengecap pendidikan sampai perguraun Tinggi, yang saya ingat Mamak Said (pernah kuliah tapi tidak dilanjutkan), mamak Anwar (pernah kuliah tapi tidak dilanjutkan), ijek Ipah/Syarifah(akhirnya tamat dari IAIN Susqo Pekan baru, mas Trik (akhirnya tamat dari matematika UNRI, hanya itu).
namun jalan kehidupan memberikan "jalannya sendiri" omak dan abah berhasil mengantarkan saya menjadi sarjana, master dan insya Allah beberapa tahun kedepan menjadi doktor di Jerman. Amin. terima kasih omak dan abah.
Allah mentakdirkan salah satu putra kampong kecil ini, sampai di Jerman, saya meyakini ini adalah bagian dari kerja keras Omak dan Abah, dan do'a-do'a mereka, serta karunia Allah untuk menambah rasa syukur kita kepada Allah. Amin.
teringat masa SD - SMA saya di kampong, ada aneka ragam permainan di kampong saya seperti: main di sungai, main klereng, main mobil-mobilan yang dibuat dari pohon kecil yang kami cari di semak belukar/hutan, dibentuk seperti mobil formula 1, dengan roda dari sandal bekas, yang dibuat dari bekas batang senter, main perangkap puyuh, membuat takalak (perangkap ikan), membuat jerat puyuh,...
Sadar tidak sadar permainan tersebut, membantu tumbuh kembang anak-anak kampong, menjadi anak-anak yang kuat, tidak mudah sakit, karena dengan main di sungai, anak-anak terbiasa dan dilatih dengan berbagai macam kondisi fisik dan juga dari berbagai macam zat yang menempel di kulit, akhirnya sedikit anak kampong yang terkena alergi.
membuat mobil dari kayu dan rodanya dari sandal bekas, ini memberikan pendidikan kreativitas yang tinggi kepada setiap anak, termasuk juga memanfaatkan sumber daya yang ada untuk permainan.
alasan lain kenapa saya menulis tentang kampongku ini adalah, saat ini sebenarnya saya punya tulisan yang saya tulis saat 2 minggu yang lalu, berkunjung ke Paris, bagi banyak orang, Paris merupakan salah satu kota idaman untuk di kunjungi di dunia, sebelumnya saya mengunjungi Polandia. saya juga menulis tentang Polandia, namun kenapa kita bangga dengan kota-kota orang lain, yang sebenarnya tidak mempunyai keterkaitan sejarah langsung dengan kita. kenapa kita tidak bangga dengan kampong kita, dimana banyak sejarah mengiringi kehidupan kita di tempat itu. bahkan sebagian dari air yang ada ditubuh kita mengalir dari air yang dialirkan di kampong kita.
akhirnya saya merasakan, beruntunglah anda yang dilahirkan di kampong/desa, karena anda akan mendapatkan berbagai macam pengalaman, udara yang bersih, suasana kekerabatan yg ini akan mengasah kecerdasan sosial anda, permainan alami yang heterogen dan murah, serta menstimulan kreativitas.
Saya prihatin melihat anak-anak yang saat ini dilahirkan dan dibesarkan di kota-kota besar seperti Jakarta, anak-anak tidak mempunyai lahan yang cukup untuk bermain, udaranya kotor, lingkungan juga kotor, kalau anda mau lingkungan yang bersih, anda diharuskan membayar mahal atau pergi ke Mall, apakah ini sehat dan mendukung tumbuh kembang anak?...saya yakin tidak !!!, bahkan sadar tidak sadar lingkungan ini mendorong semakin banyaknya anak-anak yg tumbuh kembangnya terganggu, seperti autis, a sosial, mudah terserang penyakit, alergi..akhirnya harus diterapi..dan menjamurlah lembaga-lembaga terapi tumbuh kembang.
Semoga dimasa mendatang banyak orang tergerak untuk menyadari kondisi ini, menyadari bahwa perlu keseriusan menciptakan suasana yang kondusif untuk tumbuh kembang anak-anak, karena ini merrupakan tunas bangsa yang akan membawa bangsa menjadi bangsa yang tangguh dimasa depan.
semoga bermanfaat...
daftar istilah:
kampong = bahasa daerah saya untuk kampung
dedangau = gubuk yang dibangun petani selama menunggu ladang padi.
Omak = ibu
Abah = Ayah
Atuk = Kakek
puyuh = burung puyuh liar
dari Jerman, teringat Kampong Pesagang / Kubu patembang.
musim dingin, 24 Januari 2012
pukul 13.24 CET
Jaharuddin bin Damunar Rusalan
Tulisan ini saya tulis, karena adakalanya ketakutan-ketakutan yang dirasakan oleh setiap orang menjadi penghambat mengembangkan diri. ketakutan tersebut bisa berupa: wah sepertinya saya tidak mampu, wah sepertinya kompetitor saya pintar semua, wah saya dari kampung mereka dari kota dengan berbagai fasilitas yang mendukung, wah saya dari negara berkembang yang bahasa inggrishnya tidak bagus dan seterusnya....
apakah kita yakin bahwasanya Allah menciptakan kita sebagai sebaik-baiknya bentuk?..sebagai muslim yang baik, maka seharusnya kita meyakini hal ini, ini memberikan kesadaran kepada kita bahwa, kondisi kita hari ini bukanlah suatu kebetulan, ini semua adalah bagian dari skenario Allah, kemudian ini juga memberi kesadaran kepada kita bahwa kita diciptakan Allah dengan kelebihan-kelebihan yang luar biasa, cobalah kita identifikasi kelebihan-kelebihan diri kita, maka kita akan menemukan banyaaaaaaaaaaaak kelebihan yang bisa jadi tidak kita sadari sebelumnya.
kemudian, perasaan takut, merupakan perasaan yang wajar, dan bisa jadi dihinggapi oleh banyak orang termasuk orang-orang yang berada di sekitar anda dan kompetitor anada. bisa jadi kompetitor anda malah merasa anda lebih baik, lebih pintar, lebih beruntung dan seterusnya.
selamat mencoba! take action!
Hannover, kamis dini hari 19 jan 2012
jaharuddin
Pemuda: "saya bermaksud melamar putri bapak"
Calon Mertua: "Maksud yang baik, hanya saja putri saya masih sekolah"
Pemuda: "oooo...saya kira sudah libur pak"
Calon Mertua: "?=@#$!! gubrax"
Calon Mertua: "Maksud yang baik, hanya saja putri saya masih sekolah"
Pemuda: "oooo...saya kira sudah libur pak"
Calon Mertua: "?=@#$!! gubrax"
Aku rindu ketika halaqoh adalah kebutuhan, bukan sekedar sambilan apalagi hiburan...
Aku rindu zaman ketika membina adalah kewajiban bukan pilihan apalagi beban dan paksaan...
Aku rindu zaman ketika dauroh menjadi kebiasaan, bukan sekedar pelengkap pengisi program yang dipaksakan...
Aku rindu zaman ketika tsiqoh menjadi kekuatan, bukan keraguan apalagi kecurigaan...
Aku rindau zaman ketika tarbiyah adalah pengorbanan, bukan tuntutan, hujatan dan obyekan...
Aku rindu zaman ketika nasehat menjadi kesenangan bukan su'udzhon atau menjatuhkan...
Aku rindu zaman ketika kita semua memberikan segalanya untuk dakwah ini....
Aku rindu zaman ketika nasyid ghuroba menjadi lagu kebangsaan...
Aku rindu zaman ketika hadir liqo adalah kerinduan dan terlambat adalah kelalaian...
Aku rindu zaman ketika malam gerimis pergi kepuncak mengisi dauroh dengan ongkos yang ngepas dan peta tak jelas...
aku rindu zaman ketika seorang ikhwah benar-benar berjalan kaki 2 jam di malam buta sepulang tabligh da'wah di desa sebelah...
aku rindu zaman ketika pergi liqo selalu membawa infaq, alat tulis, buku catatan dan qur'an terjemah diatmbah sedikit hapalan...
aku rindu zaman ketika binaan menangis karena tidak bisa hadir liqo...
aku rindu zaman ketika seorang ikhwah berangkat liqo dengan ongkos jatah belanja esok hari untuk keluarganya....
aku rindu zaman ketika seorang murobbi sakit dan harus dirawat, para binaan patungan mengumpulkan dana apa adanya....
aku rindu zaman itu....
ya rabb, jangan kau buang kenikmatan berdakwah dari hati-hati kami....
oleh" Ust KH Rahmat Abdullah (alm)
dikutip dari: booklet winter retreat 2011