Catatan; Faktor penyebab stagnannya suara PKS


Sampai, detik-detik quick count di umumkan, rasa optimisme akan mendulang suara minimal 9%, terus membuncah dalam hati, bahkan saya pribadi optimis di atas 10%, dengan indikator: (a). Kampanye PKS tanggal 30 Maret merupakan kampanye terbesar dan paling tertib, lebih dari 300.000 orang yang ikut kampanye, gelora bung karno putih, dan tumpah ruah, bahkan tercatat di rekor MURI, malamnya ada ustadz dari Jambi yang menelepon konfirmasi seberapa besar massa kampanye tanggal 30 Maret tersebut, dari perbincangan tersebut di Jambi saja untuk kampanye PKS, massa yang hadir mencapai 8.000 orang, untuk ukuran di Jambi, menurut saya ini sangat besar. (b). Rekan-rekan tingkat DPRa (ujung tombak yang ada di tengah-tengah masyarakat), bekerja sunguh-sungguh, bahkan saya merasakan semangat beramal yang luar biasa telah di lakukan oleh jajaran DPRa, mulai pemasangan atribut sampai menyisir satu persatu rumah untuk direct selling. (c). DPP mentargetkan perolehan suara 20%, dalam tradisi PKS biasanya target yang diturunkan DPP, tidak akan jauh dari realita yang akan terjadi.(d). Iklan-iklan PKS di TV sangat cerdas, iklannya Cuma 3 hari (untuk mensiasati minimnya anggaran iklan) namun bisa didiskusikan para pakar dan masyarakat selama berminggu-minggu, termasuk berbagai macam bentuk iklan gambar yang cerdas dan kreatif, sms yang kata-katanya lucu, face book, RBT, dan berbagai macam cara dilakukan.

Namun, kenyataan sementara tidak seperti yang diharapkan, PDIP dan Golkar turun drastis, PKS masih naik walupun belum besar. ada beberapa catatan, sebagai bahan renungan yang perlu sama-sama diskusikan, terkait stagnannya perolehan suara PKS tahun 2009 ini, beberapa faktor yang tercatat dari pengamatan saya adalah:

1. Dari data sementara terlihat bahwa turunnya suara Golkar dan PDIP tidak lari ke PKS, namun turunnya suara dua partai besar tersebut, paling banyak didapatkan oleh Gerindra dan Hanura, dengan demikian keinginan DPP untuk memperluas pasar PKS dengan mencirikan inklusif dan warna-warninya PKS, belum berhasil, malah menurut saya mengakibatkan larinya pemilih yang dulu bersimpati dengan PKS, karena konsisten dan komitment yang kuat terhadap nilai-nilai perjuangan Islam.
2. Menurut saya para anggota dewan periode 2004 – 2009, baik di DPR maupun di DPRD belum mampu menunjukkan prestasi yang signifikan, yang terlihat adalah semangat yang sudah sangat baik untuk menolak korupsi, namun dari sisi profesionalismenya belum terlihat, apalagi berprestasi, sayangnya yang menjadi figur-figur utama untuk menarik massa pada kampanye 2009 ini, masih orang-orang lama yang belum berprestasi tersebut.
Sebagai contoh adalah DPRD Jakarta, PKS menjadi pemenang di pemilu 2004 di Jakarta, namun masyarakat boleh bertanya, apa dampak signifikan yang dirasakan masyarakat dengan kemenangan PKS di Jakarta tahun 2004. kalau alasannya orang nomor satu di DKI bukan kader PKS, seharusnya tidak menjadi alasan bagi PKS untuk berbuat maksimal, bukankah fraksi terbesar di DPRD PKS adalah fraksi PKS?, sekarang era Fauzi Bowo, terlihat kelambatan tim FOKE dalam menyelesaikan masalah, seperti banjir, kemacetan, rasa aman yang belum terwujud di tempat publik, namun fraksi PKS tidak bisa berbuat banyak?
3. Kaburnya pesan kampanye yang di usung, sampai kampanye berakhir, tidak kelihatan diferensiasi tawaran perbedaaan atau perubahan yang ditawarkan PKS jika PKS menang, apa yang berbeda dari Demokrat misalnya?, apa yang akan berubah jika PKS menang?, menurut saya sampai akhir kampanyepun tidak kelihatan.
4. Sistim pemilu dengan partai yang banyak dan suara terbanyak yang sekarang dilakukan juga mempunyai andil, kompetisi kapitalisme di sesama caleg PKS, jika caleg tertentu mempunyai banyak modal, maka pamflet-spanduk, dan beraneka ragam bentuk kampanyenya juga akan kentara, bahkan kita diperlihatkan pertarungan yang yang tidak sehat, ada anak muda kader PKS, mencalonkan kembali menjadi caleg, amunisinya sungguh luuaaar biasa, kader bolehlah bertanya darimana uangnya?, sementara ada ustadz yang bergelar Lc misalnya, kebetulan tidak mempunyai amunisi yang banyak, maka ustadz ini tidak bisa berbuat banyak, bahkan ada kasus caleg yang tidak mampu memberikan amunisi dan modal ke DPRa, tidak akan di kampanyekan oleh DPRa tersebut, apakah ini benar?, apakah kita sudah terjebak pada semangat kapitalisme (bekerja sesuai kehendak pemilik/yang memberikan modal)???, bukankah dulu kita pernah mendengar, ada seorang kader yang dicalonkan untuk menjadi kepala daerah, DPP berusaha mencarikan modal untuk pencalonan kader tersebut, kenapa sekarang seolah-olah setiap caleg harus berupaya sendiri dengan kemampuan sendiri, dimana semangat amal jama’i yang menjadi azas perjuangan dakwah ini?
5. di beberapa TPS yang saya amati, memperlihatkan kecendrungan pemilih lebih banyak memilih partai dari pada individu caleg, hal ini mengindikasikan bahwasanya pemilih tidak terlalu peduli dengan siapa caleg yang di calonkan partai, atau dengan kata lain pemilih lebih percaya partai daripada individu yang dicalonkan partai, kalau kondisi ini bisa di generalisir, maka seharusnya caleg tidak usah berkampanye dirinya, yang membuat pemilih jadi bosan/enek/mual, melihat banyaknya orang yang ambisi menjadi anggota legistatif, dana para caleg bisa dikumpulkan partai dan partai lebih fokus mengkampanyekan partai dan program-program yang akan di lakukan jika partai menang.
6. yang paling ditakutkan adalah hilangnya semangat keikhlasan dalam beramal, yang ada adalah semangat beramal yang disesuaikan dengan modal yang diberikan...(ma’af; saya berharap bukan seperti ini realitasnya)

Namun, apapun dia, kita perlu bersyukur, bahwasanya Allah masih memberikan kesempatan kepada PKS untuk memperbaiki diri, dan mulai sekarang mempersiapkan diri untuk tahun-tahun selanjutnya. Dan setiap kejadian yang menimpa dakwah ini pasti mempunyai hikmah yang baik, dan Allah memberikan yang terbaik kepada setiap umatnya.
Pendapat pribadi
Jakarta, 10 april 2009 (sehari setelah pemilihan legislatif 2009)
email:jaharuddin@gmail.com

0 comments

Write Down Your Responses

catatan2 universitas Kehidupan

"Inti dari Kecerdasan adalah Bermanfaat" . Powered by Blogger.